🌸PART TIGA BELAS🌸

10.4K 978 47
                                    

Jeritan histeris dan penuh kagum dari kaum Hawa saat Rafa berjalan di tengah koridor menuju kelas Febi ternyata tak juga berhasil menarik sedikit perhatian Rafa.

Laki-laki itu tampak acuh dan tak perduli berjalan begitu saja dengan rahang yang terlihat lebih erat dari biasanya. Bahkan, otot-otot di lehernya juga ikut menonjol membuat tak sedikit dari mereka menyadari jika Rafa tengah memendam amarah saat ini, tapi walau bagaimanapun, Rafa terlihat semakin tampan di mata mereka, walau juga terlihat mengerikan.

Pemandangan yang berhasil membakar api cemburu setelah api kemarahan adalah, Febi yang duduk berdua bersama laki-laki bernama Fean.

Tanpa aba-aba.

Bugh! Bugh!

Pukulan dua kali namun begitu kuat dan berhasil membuat sang korban menjerit kesakitan membuat seisi kelas menjadi gempar. Teriakan heboh ada yang mendukung tanpa ada yang memisahkan membuat Febi merasa nge-blank seketika.

"Rafa, udah!" Gadis itu berteriak tapi tak membuat Rafa berhenti memukul cowok bernama Fean itu.

"Kamu nakal lagi, Sayang." Puas menghajar Fean. Rafa kini beralih menarik tangan Febi menuju halaman belakang sekolah.

"Rey, sakit ..." Febi merintih merasakan sakit di pergelangan tangannya membuat Rafa membalikan tubuh tanpa melonggarkan cengkramanya sedikit pun.

"Aku udah bilang semalam, jangan dekat-dekat sama laki-laki lain. Kamu tuli?!" bentak Rafa membuat Febi memejamkan mata takut. "Kamu itu cuma punya aku, ngerti nggak?!"

"Aku bukan barang yang bisa kamu miliki gitu aja!" jerit Febi membuat tangan Rafa tak bisa ditahan untuk tak menampar perempuan itu.

Plak!

Air mata Febi mengalir semakin deras berbarengan dengan cairan kental berwarna merah dengan bau anyir yang menetes dari sudut bibirnya yang robek.

"Kami bilang apa tadi? Aku nggak bisa klaim kamu sebagai milik aku gitu aja? Kalau kayak gitu, gimana kalau aku milik kamu dengan cara ...." Rafa menjeda ucapannya sebentar. Tangannya beralih mengelus perut datar Febi. "Menanam benih di rahim kamu," lanjutnya membuat Febi langsung  menggeleng takut.

"Gimana? Kedengarannya menarik kan?" tanya Rafa dengan seringai.

Rafa kembali menarik Febi, kini menuju gudang. Ia memojokkan tubuh Febi di sudut ruang. Tangan Febi sudah ia tahan dengan satu tangannya, sementara satu tangannya lagi bekerja untuk membuka kancing Febi satu persatu.

Saat dua kancing terbawah milik Febi sudah terlepas ....

"Argh!" Rafa menjerit kesakitan kala juniornya di hadiahi oleh kekuatan lutut Febi yang membuat anunya terasa ngilu dan sakit tak karuan.

"Jangan kabur, Febi!" Rafa berteriak saat Febi sudah berlari sejauh mungkin setelah perempuan itu mendorong dirinya hingga terjungkal ke belakang.

***

Febi terus berlari sekuat tenaga dengan sesekali menetap ke belakang. Di belakang sana, Rafa tengah berjalan santai dengan seringai yang terbit di bibirnya membuat Febi sedikit heran, pasalnya, Raga tadi ikut berlari mengejar dirinya.

"Hap."

Febi terkejut bukan main saat kedua tangannya ditangkap oleh Leon dan Gevin yang ternyata sudah menunggunya.

"Lepasin!" Gevin dan Leon hanya memberikan senyum manisnya saja tanpa melepaskan tangan Febi.

"Kamu gak bisa kabur lagi sayang." Tubuh Febi menegang. Entah sejak kapan Rafa sudah berada di belakangnya, dan kini, laki-laki itu mengambil alih tanganya untuk ditahan.

YOU ARE MINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang