"Pagi, Pa." Febi mengecup pelan pipi sang ayah kemudian segera duduk pada bangku yang telah tersedia.
"Pagi," jawab Ferdy dengan senyum mengembang.
Pria paruh baya itu meletakkan koran yang tadi ia baca kemudian menatap sang putri yang kini telah memakan sarapannya.
"Gimana sama sekolah baru kamu, Sayang?" tanyanya lembut sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
Febi menatap sang ayah sebentar kemudian menganggukan kepalanya.
"Ya kek gitu."
"Siapa aja teman kamu?" tanya mamanya yang baru saja duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan anak gadisnya.
"Karin sama Aldi," jawab Febi kemudian ia segera menenggak habis air yang berada di dalam gelas.
"Cuma itu?" tanya Ferdy dengan menatap sang anak yang tampak acuh.
"Kan Papa tau sendiri aku nggak suka berteman sama perempuan dan Papa juga nggak ngizinin aku buat temenan sama banyak laki-laki 'kan?"
Sang ayah menghela napas pasrah.
"Tapi kamu itu perempuan Febi, masak temenannya sama laki-laki terus, emangnya kenapa kalo temenan sama perempuan?" tanya mamanya dengan menatap lekat sang putri.
"Berteman sama perempuan itu terlu banyak derama beda kalo sama laki-laki."
Febi bangkit dari duduknya kemudian memcangklung tas yang berada di sampingnya.
"Febi berangkat dulu."
Cup!
Cup!
Gadis itu mengecup pipi sang papa dan mamanya kemudian melenggang pergi sambil berteriak, "Assalamualaikum!"
"Wa'alaikum salam."
"Apa kita nggak terlalu berlebihan, melerang Febi berteman dengan laki-laki?"
Ferdy yang tadi menyuapkan makanannya ke dalam mulut kini kegiatannya terhenti kala sang istri melonggarkan pertanyaan.
"Papa cuma nggak mau kalo hal itu terjadi lagi, Ma. Papa nggak mau lihat Febi terpuruk sampe nekat mau bunuh diri kayak waktu itu," ujar Ferdy lembut ia mendekati sang istri yang tengah menangis dalam diam.
"Bukan cuma Febi, Pa tapi juga mama. Mama udah anggap dia kayak anak mama sandiri."
***
Febi berjalan kaki menuju sekolah yang lumayan dekat dengan sekolahnya hingga tak lama senyumnya mengembang kala menemukan Karin yang tengah tersenyum ke arahnya. Gadis itu tampak menunggu Febi, ia cukup senang kala Febi mau berteman dengannya.
Karina Anidya Putri, gadis cantik dengan rambut berwarna coklat, kulit putih, serta memeliki kecerdasan di atas rata-rata tapi sayang ia terlahir dari keluarga yang kurang mampu membuat semua orang tidak ada yang mau berteman dengannya.
"Hey, monyet," sapa Febi dengan tersenyum kala ia sudah berdiri di depan Karin.
"Pagi, monkey," balas Karin dengan tersenyum pula membuat Febi mendengus sebal.
"Cantik-cantik kok dibilang monkey," gerutunya membuat Karin tertawa.
"Elo sendiri yang mulai."
"Masuk yok!" Febi menggenggam tangan Karin erat, ini adalah pertama kalinya ia menjalin persahabatan dengan perempuan. Semenjak kecil ia memang tidak suka berteman dengan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [On Going]
Teen Fiction"Kesalahan terbesar elo adalah udah berani ikut campur dalam urusan gua dan apa lo tau? Karna hal itu lo masuk dalam kehidupan gua dan lo nggak akan bisa keluar dari kehidupan gua apapun caranya." Reyrafa Aditama Aflastar