Rafa membaringkan tubuh Febi di atas kasurnya, senyum miring pun kembali terbit pada wajahnya. Tangannya membelai pipi Febi lembut, dengan berguman, "Mine."
Rafa segera menutupi tubuh Febi dengan selimut, Febi yang merasa nyaman pun langsung memeluk guling yang berada di sampingnya tanpa sadar. Bagaiman tidak nyaman, kamar Rafa begitu harum dan bersih.
Rafa melepaskan bajunya kemudian melempar asal, ia berjalan mendekati lemari dan mengeluarkan baju kaos.
"Apapun yang udah jadi milik gua, maka selamanya akan tetap jadi milik gua."
Rafa berdecih kala mendengar suara Leon.
"Woy! Raf, lo ngapain Bawak tu cewek ke kamar?!"
"Jangan macam-macam sama anak prawan orang!" teriak Gevin membuat Rafa geleng-geleng kepala.
Rafa berjalan mendekati Febi kemudian mengecup kening gadis itu lama.
***
Rafa duduk pada sofa dengan tangan sibuk bermain game pada ponselnya. Kepalanya menoleh kala Gevin duduk di sampingnya sambil meminum minuman bersoda.
Gevin merentangkan tangannya, menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Jangan tanya Leon di mana! Anak itu tengah asik menghabiskan isi kulkas Rafa yang selalu penuh.
Dengan pandangan berbinar, Leon mengambil tiga eskrim dan lima bungkus cemilan. Membawanya ke tempat Rafa dan Gevin berada. Ia duduk pada sofa singel, lalu mulai membuka satu bungkus eskrim.
"Mana tu cewek?" tanya Leon dengan menggigit eskris rasa coklatnya.
"Kamar, lagi tidur dia," jawab Rafa. Pemuda itu tersenyum tipis kemudian meletakan ponselnya di atas meja dan beralih mengambil satu bungkus cemilan.
"Nggak lo apa-apain 'kan?" Gevin melemparkan kaleng bekas minumannya ke sembarang arah.
Mata Rafa menajam membuat Gevin menyengir dan langsung mengambil kembali kaleng yang ia buang. Rafa menggeleng kemudian menoleh pada pintu kamarnya yang ia kunci dari luar. Gadisnya sedang berada di dalam sana, dan ia tak akan membiarkan gadisnya pergi begitu saja.
***
Febi masih bergelung dengan selimut yang menutupi tubuhnya, ia merasa sangat nyaman sekarang. Entahlah, kamar ini harum sekali, tapi harumnya berbeda dari biasanya. Kenapa kamar ini wangi parfum cowok? Ia rasa ia tak pernah memakai parfum laki-laki.
Tangan Febi bergerak, meraba kasur yang sangat nyaman hingga matanya langsung terbuka lebar kala tangan itu memegang baju kaos yang entah punya siapa.
"Ini dimana?" Febi duduk dan menatap sebuah kamar yang ia tempati. Dengan cepat ia membawa langkah kakinya untuk pergi dari sana. Takut? Sudah pasti.
Cklek! Cklek! Cklek!
Mata indahnya memanas, ia takut sungguh. Seingatnya tadi ia tengah menangis di pelukan Rafa. Apa ia berada di kamar Rafa? Oh, Tuhan! Tolong Febi.
"Buka!" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu dengan kuat. "Buka!" teriaknya lagi.
Rafa yang tengah bermain game di ponselnya menulikan telinganya. Membiarkan Febi terus berteriak minta dikeluarkan. Anggap saja itu hukuman karena telah berani mencoba kabur.
"Rafa berengsek!"
Rafa meremat ponselnya kuat, kemudian langsung bangkit, berjalan menemui gadisnya. Dengan emosi yang meluap ia membuka pintu dengan kuat membuat Febi yang berdiri di belakang pintu terjungkal ke belakang.
Dengan gerakan perlahan Febi memundurkan tubuhnya ke belakang ketika melihat Rafa yang menatapnya marah. Ck, ia salah apa?
'Aduh, kok ngeri sih,' gerutu Febi dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [On Going]
Fiksi Remaja"Kesalahan terbesar elo adalah udah berani ikut campur dalam urusan gua dan apa lo tau? Karna hal itu lo masuk dalam kehidupan gua dan lo nggak akan bisa keluar dari kehidupan gua apapun caranya." Reyrafa Aditama Aflastar