Senna POV
Aku berangkat pagi pagi sekali hari ini. Kenapa? Karna aku tidak ingin sarapan semeja dengannya. Siapa lagi? Ya dia, orang yang bertengkar denganku semalam, orang yang membuatku menangis semalaman. Dan lagi aku tak ingin sopir atau pembantu rumah tau jika kami sedang bertengkar.
Sebenarnya sejak semalam aku tidak enak badan. Mungkin karna terkena air hujan kemarin. Sejak pagi tadi aku tak henti - hentinya bersin dan batuk.m
"Apa anda baik - baik saja nona?" Wajahku memang sedikit pucat, sampai - sampai sopir yang mengantarku bertanya soal keadaanku.
"Aku baik - baik saja" aku tersenyum sumringan ke arah kaca yang memperlihatkan wajah sopirku.
Keadaan sekolah saat ini masih belum terlalu ramai. Saat aku dikelas juga begitu, aku belum melihat dave ataupun johanes disana. Hanya evlyn dan beberapa anak lainya yang baru datang untuk saat ini.
"Maaf soal kemaren sen"
"Tak masalah ev"
"Kemarin dave menelfonmu katanya tidak bisa. Ia masih di florida saat ini, baru akan pulang besok. Ia titip salam untukmu"
"Ohh padahal hari ini kita ada praktikum kelas biologi lagi. Kemarin memang handphoneku lowbatt aku lupa mencharger nya"
"Ohh begitu. Kau terlihat pucat sen, apa kau sakit"
"Aku baik - baik saja ev"
"Bagaimana dinnermu semalam. kau pasti happy bisa berduaan dengan luke. Tapi apa bibimu tidak marah?" Saat ev, johanes dan dave tau soal ibuku yang bekerja di luar negeri aku berbohong jika untuk saat ini aku tinggal bersama bibi dari ibuku.
"Karna pamanku sudah memberi izin, jadi bibiku tak melarang. Apa sih ev, kami hanya dinner biasa"
"Diantara dave dan luke siapa yang kau suka"
"Tidak ada, aku hanya mengangap mereka sahabat"
"Emhh jahat sekali, mereka kan menyukaimu. Setidaknya pilihlah salah satu. Lagipula keduanya sama - sama tampan"
"Aku tidak ingin pacaran dulu ev. Sudahlah" ev memang selalu menggodaku. Dia selalu menyuruhku mencari kekasih, padahal dia saja masih single sejak putus dari adam. Adam? Iya adam teman se geng kak arsenna. Cerita cinta mereka sangatlah rumit.
"Kau sakit" melihat wajahku yang pucat luke langsung mengontrol suhu tubuhku, ia meletakkan punggung tangannya didahiku. Namun segera mungkin aku menampis tangganya yang berada di dahiku.
"Aku baik - baik saja luke" aku mencoba meyakinkannya kalau aku baik - baik saja. Aku tak ingin terus menerus menyusahkannya.
"Jangan bohong sweety, wajahmu sudah pucat begitu"
"Mungkin karna aku kurang istirahat. Sudahlah luke jangan khawatirkan aku. Lagipula sebentar lagi sopirku sudah mau jemput, jadi aku bisa istirahat dirumah"
"Kau selalu ngeyel. Benar tidak apa?"
"Iyaa. Sudah sana, kembalilah ke lab biologi. Katanya ingin jadi dokter seperti aku"
"Iya iya. Jaga dirimu baik - baik. Jangan lupa minum obat. Nanti aku akan bilang kau tidak ikut kelas karna sakit"
"Thanks lukas"
"You're welcome sweety" lukas telah pergi meninggalkanku. Aku dapat melihatnya dari kejauhan, ia melemparkan kiss bye ke arah ku. Ia memang paling bisa membuatku malu. Sejak tadi ia pergi semua murid perempua disekolah ini memandangiku dengan sinis. Mungkin mereka iri melihatku bersama dengan luke yang terbilang hampir sempurna itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Your Hug (On Going)
DiversosHubungan yang berawal dari keterpaksaan. "Tak ada kata bahagia, karna kami adalah korban kedua keluarga kami yang egois" - Senna Alexandra Madilyn "Perjanjian 'sialan' yang mengharuskan kami menjalin suatu hubungan sakral" - Arsenna Oliver Kendrick ...