Senna POV
Aku telah mengemasi barangku. Kak arsenna juga telah siap pergi meninggalkan penginapan pagi ini. Ia kini tengah menunggu diluar. Tadi pagi pagi sekali ia menjemput mobil yang kami tinggal di lokasi longsor kemarin.
Aku telah turun dan keluar dari penginapan. Aku menemukan kak arsenna yang berbeda dari kemarin. Ia terlihat lebih tampan, bukan ia terlihat lebih berenergi kembali. Hehe
"Masuklah. Semua sudah siap. Sebelum tambah siang dan ada longsor lagi" ia menyuruhku untuk segera mengikutinya masuk kedalam mobil.
Entahklah kata katanya yang pelan terkadang membuatku takut. Aku lari ke arah mobil dan segera masuk menuruti permintaannya.
Perjalanan hari kedua kami kini telah dimulai. Jalanan masih tampak sepi. Tuhan aku harap tak ada rintangan lagi hari ini. Rintangan yang membuat kami harus menunda perjalanan kami ini.
"Terimakasih untuk semalam"
Apa ia baru saja berterima kasih padaku.
"Apa?"
"Terimakasih telah merawatku. Aku sembuh berkatmu"
"Ohh"
Senna bodoh. Kau tuli ya. Kau membuatnya mengulang perkataanya.
Senang sekali.
Apa?
Biasa saja.
Aku tidak mengantuk sama sekali saat ini. Jelas, semalam aku telah tertidur lama. Padahal siangnya aku juga sudah tidur lama.
Saat ini, aku harus fokus pada jalan dan kak arsen. Aku harus membuatnya tak bosan dengan perjalanan kami ini. Agar ia tak merasa ngantuk dan tetap fokus pada jalanannya. Karna jika sampai itu terjadi, itu akan membahayakan nyawa kami.
1 jam di mobil . . .
Berlama lama di dalam mobil seperti ini sama sekali tak membuatku bosan. Karna sejak tadi aku dan kak arsen banyak mengobrol. Kejadian kemarin membuat kami semakin dekat.
Tak sedikit obrolan kita yang membuatku tertawa. Ia sedari tadi tak henti hentinya melucu. Begitupun sebaliknya. Baru kali ini aku merasa lebih dekat dengannnya. Kedekatan yang tak pernah kami rasakan selama kami menikah. Ia tidak bersikap dingin seperti biasanya. Dan seorang pria dingin seperti arsenna Kendrick dapat membuat lelucon seperti ini. Haha lucu. Ini bukan sulap kan.
Kebanyakan ceritanya yang membuatku tertawa adalah saat ia bercerita tentang luke.
Bukan hanya aku yang tertawa, tapi ia juga, saat aku bercerita tentang johanes dan evelyn. Tingkah konyol sahabat sahabat kami inilah yang membuat kami tertawa saat ini.
Obrolan kami tak terasa hingga saat ini kami telah memasuki kawasan villa. Kami telah berjam jam melewati perjalanan, tapi tak terasa bahwa kini kami telah sampai.
Mama katt dan om john mendatangi kami saat mobil kami telah sampai dipekarangan villa. Mereka terlihat khawatir dengan keadaan kak arsen yang kemarin sempat sakit.
"Kalian berdua membuat kami khawatir" mama menampakkan wajah cemasnya pada kami. Ia tengah memeluk putra laki lakinya itu saat ini.
Sedangkan ayah, om john, ia mengandengku, menuntunku masuk kedalam villa.
Villa ini mengingatkanku pada masa kanak - kanak kami dulu. Saat itu keluargaku masih utuh. Ada ayah, kakek, nenek, dan ibu. Saat kecil kedua keluarga kami sering berlibur bersama kemari. Banyaklah kenangan yang tak bisa kulupakan dari villa ini.
Kini aku telah berada di balkon kamarku. Kamar yang dulu menjadi tempat tidurku bersama ibu dan ayah.
Mengingat kenangan masa lalu membuatku meneteskan air mata. Tanpa kusadari genangan air mata telah membasi pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Your Hug (On Going)
Ngẫu nhiênHubungan yang berawal dari keterpaksaan. "Tak ada kata bahagia, karna kami adalah korban kedua keluarga kami yang egois" - Senna Alexandra Madilyn "Perjanjian 'sialan' yang mengharuskan kami menjalin suatu hubungan sakral" - Arsenna Oliver Kendrick ...