Senna POV
Kami selalu berbicara secara diam - diam saat disekolah. Kami akan mencari tempat sepi, yang sekiranya tidak ada orang tau. Entah itu di perpustakaan, taman belakang sekolah, lapangan basket, kadang juga di kelas yang sepi. Dan sekarang, ia mengajakku ke perpustakaan.
Kami sangat menjaga jarak satu sama lain saat disekolah. Saat berjalanpun, kami tetap menjaga jarak. Kak arsen jalan duluan, dan aku mengikutinya jauh dibelakang.
"Tadi, kau bicara apa dengan luke?" ia berbicara membelakangiku.
"Banyak" aku memperhatikan tubuhnya dari belakang.
"Aku rasa dia menyukaimu"
"Mungkin"
"Tadi kau menangis?"
"Aku hanya rindu dengan sahabatku, stella"
"Berhenti mengingatnya jika itu membuatmu sedih"
"Kau tidak menyesal"
"Kematiannya bukanlah salahku"
Ia terlihat mengecek handphonenya saat tiba - tiba saja bunyi. Sepertinya ia baru saja mendapat pesan dari seseorang.
Arsenna POV
New Message
From : Brianna
"Arsennaaaa, kau dimana? Aku mencarimu sejak tadi. Balas cepat. Kau membuatku rindu :)"Padahal, baru saja kita bertemu, sebelum aku menggajak senna ke perpus. Dia sudah mengirimiku pesan saja.
Aku rasa seseorang sedang ribut diluar. Suaranya terlihat jelas sekali seperti suara brianna. Sepertinya dia berada tidak jauh dari sini.
"Hey, apa kau tidak melihat arsenna"
"Tidak lihat"
"Bagaimana bisa kau tidak lihat dia. Dia kan kapten basket sekolah kita, huuuh"
"Kau banyak bicara sekali. Aku disini juga sedang mencari temanku"
"Sudahlah luke, untuk apa mengurusi wanita ini. Mending kita lanjut mencari senna"
"Dasar jalang"
Mendengar suara sahabatnya itu, senna lantas hendak keluar dari sini. 'Bodoh', jika dia keluar, maka semua akan tahu kalau kita berdua tadi disini bersama.
"Mereka akan tahu" aku menarik tanggannya agar ia tidak lagi melangkah keluar.
"Aku akan lewat pintu belakang" ia menepis tangganku dan pergi melewatiku. Ia selalu membuatku terlihat jahat di depannya.
- skip time -
Gadis ini.
Brianna, sejak tadi kita bertemu di perpus. Ia sama sekali tidak melepas tanggannya dari lenganku. Tentu saja aku risih, tapi menurutku percuma saja memintanya untuk melepaskan pegangannya. Karna ia tidak akan pernah melepaskannya. Sejak smp dia selalu keras kepala.
"Kau tahu aku kangen denganmu"
"Brianna, kita kan seharian bersama dikelas" sejak smp brianna dengan aku selalu sekelas. Tentu saja bukan karna kebetulan, tapi karna brianna dulu selalu meminta agar ayahnya membuat dia sekelas denganku. Ayahnya adalah seorang pejabat, bagi ayahnya menentukan hal begitu saja bisa mudah, semudah membalikan telapak tanggan.
"Tapi aku tidak bisa berpisah semenit saja denganmu" ia mencoba untuk memelukku, tapi sesegera mungkin aku menjauh darinya.
"Aku benci dipeluk brianna"
"Huh, kau itu. Kalau begitu nanti antarkan aku pulang"
"Aku ada acara dengan adam, allan, dan luke hari ini. Kami sudah lama tidak jalan bersama"
"Bagus. Kalau begitu aku ikut" rajuknya.
"Tidak bisa"
"Aku kan juga teman smp kalian. Ayolah"
"----" mana mungkin aku menggajaknya ini kan pesta geng kami. Aku pergi meninggalkannya, mengabaikan tatapan memelasnya saat ini. Tapi dia malah mengikutiku, dan memaksa untuk tetap ikut.
"Ayolah hari ini aku tidak dijemput, siapa yang mau menggantarku pulang" ia berjalan terus mengikutiku dari samping, hingga sekarang kami sudah berada di parkiran. Dia memang keras kepala. Dia akan melakukan apapun agar keinginannya terpenuhi.
"Stop brianna"
"Arsennaaa. Hhikks" merepotkan. Kini dia menangis. Dasar.
"Aku akan menggantarkanmu pulang. Tapi stop, jangan ikuti aku"
"Oke tak apa, senna memang baik. Haha"
Saat kami jalan menuju motorku, aku melihat senna. Ia sedang berdiri di halaman sekolah bersama dua teman perempuannya. Mungkin dia sedang menunggu jemputan. Sopir bodoh, dia selalu telat saat menjemput senna.
Kini senna melihat kearahku. Ia melihat aku, dan brianna yang sejak tadi merangkul lenganku. Dia tidak akan cemburu kan, haha.
Author POV
"Kau melihat apa sen" ucap evelyn, ia melihat senna yang sejak tadi menoleh kearah belakang nya.
"Tidak ada"
"Ohh si brianna, dia dengan arsenna itu sudah seperti handphone dengan batrai saja. Selalu berduaan" ucap evlyn yang sedikit jengkel dengan brianna. Orang yang suka dengan brianna memang banyak, tapi yang tidak suka juga banyak.
"Tidakkah kau lihat wajah arsenna. Ia terlihat risih dengan brianna yang menggandengnya" ujar johannes. Ia memang sedikit mengidolakan arsenna, mengingat arsenna adalah kapten basket.
"Sudahlah, jangan membicarakan orang lain"
"Iya iya" ujar kedua sahabatnya itu.
"Eh promnight lima bulan lagi?. Kalian mau pakai baju apa?"
"Ibukku sudah membelikan ku gaun yang cantik. Haha. Aku tidak bisa bayangkan semeriah apa pesta promnight nanti. Huuu"
"Bagaimana denganmu sen"
"Aku masih belum tahu ev. Aku tidak terlalu tertarik dengan pesta"
- skip time -
"Kamu nggak belajar sen" ujar katt, sang ibu yang kini sedang menemani sang suami menonton TV.
"Aku ada janji dengan teman lamaku ma"
"Mau kemana lagi kamu sen. Setiap hari kamu selalu pulang malam" dan saat ini sang ayah mulai ikut bersuara. Melihat sang anak yang hendak pergi.
"Aku sudah 18 tahun pa. Aku janji hanya sebentar" arsen langsung lari keluar rumah.
"Coba lihat senna setiap hari dia selalu belajar seperti itu" katt menoleh pada senna yang sedang belajar di ruang keluarga. Katt memang selalu membeda - bedakan anak kandungnya itu dengan sang mantu.
Tidak ingin mendengar sindiran sang ibu, ia segera pergi keluar dan meninggalkan si ibu. Meskipun kini ia belum tentu diberi izin keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Your Hug (On Going)
RastgeleHubungan yang berawal dari keterpaksaan. "Tak ada kata bahagia, karna kami adalah korban kedua keluarga kami yang egois" - Senna Alexandra Madilyn "Perjanjian 'sialan' yang mengharuskan kami menjalin suatu hubungan sakral" - Arsenna Oliver Kendrick ...