22. Regretted

3.2K 31 8
                                    

"Kau sudah merekam semuanya"

"Tentu"

"Bagus. Ini bahkan lebih menarik dari rencana awal"

"Kau benar" lalu laki laki tersebut menyerahkan sebuah cd kepada lawan bicaranya. "Ini"

"Bayaranmu akan segera kutransfer"

Senna POV

Di tengah hiruk piruk keramaian kota aku memberanikan diriku untuk berjalan seorang diri. Wajah, tubuh, dan pakaianku terlihat sangat mengenaskan. Aku tak perduli dengan mata orang orang yang menatapku aneh. Aku tak perduli, yang kuperdilikan saat ini adalah diriku. Nasibku yang malang.

Aku tak menyangka kejadian semalam benar benar terjadi kepadaku. Air mataku jatuh kala mengingat kejadian itu. Ini semua membuatku stress hingga pakaianku saat inipun tak aku pedulikan. Gaun yang kupakai semalam, kupakai kembali karna memang aku tak ada pakaian lain.

Di jalanan kota ini aku melangkahkan kakiku dengan pelan. Nyeri dibagian bawah perutku membuatku berjalan sedikit tertatih. Entah apakah benar langkahku ini sedang menuju rumah. Aku hiraukan itu, yang jelas aku ingin segera pergi menjauh, sejauh mungkin dari pria yang memperawaniku semalam.

Kuteteskan lagi air mataku. Rusak sudah harapanku selama ini. Kehormatan yang harusnya kujaga untuk orang kucintai. Kini telah direbut oleh orang yang sejak saat ini sangat aku benci. Tuhan, mengapa kau beri aku cobaan seperti ini. Aku bercinta, tidak, lebih tepatnya diperkosa oleh suamiku sendiri. Suami yang sama sekali tak aku cintai. Suami yang selama ini menginginkan perceraian.

Bagi wanita lain di amerika mungkin hal yang wajar memberikan kehormatannya pada pria yang dicintai. Tapi aku, kehormatanku sangat aku jaga.

Langkahku yang tak aku sadari ternyata kini telah mengantarku kerumah. Kerumah yang selama ini aku tinggali. Rumah mertuaku.

Kuhapus air mataku dan mulai melangkah masuk kedalam rumah. Rumah terlihat sangat sepi. Kemana mama katt. Biasanya pagi jam segini mama masih dirumah. Ayah juga, biasanya sepagi buta ini ayah masih sarapan dirumah.

Tiba tiba saja seseorang menepuk pundakku dan menjawab rasa penasaranku.

"Tuan dan nyonya sedang ada bisnis keluar kota" ucap seorang wanita yang ternyata itu adalah maid rumah ini. "Beliau berangkat semalam jam 9 karna ada urusan mendadak nona" cecarnya kembali. Syukurlah mama tak ada dirumah. Itu lebih baik dari pada mama dirumah dan mengetahui aku sedih begini. Dan lagi aku tak usah mendapat pertanyaan pertanyaan tentang aku yang tak pulang semalam.

"Kalau begitu aku masuk kamar dulu" aku melangkah pergi meninggalkan maid dan melangkah menuju kamarku.

Arsenna POV

Dia beranjak dari apartemen ini setelah ia sadar dari pinsannya semalam. Ia pinsan sesaat setelah aku melakukan tindakan keji itu. Saat aku kehilangan akal sehatku.

Aku berpura pura masih tidur saat ia pergi tadi. Aku terlalu takut padanya, atas tindakanku semalam. Aku takut hanya sekedar untuk minta maaf padanya. Aku takut hal apa yang harus kukatakan pertama tadi. Itu semua karna kurasa tindakanku tak bisa dimaafkan oleh siapapun.

Aku benar benar merasa marah pada diriku sendiri. Begitu bodohnya aku yang tak bisa menahan hawa nafsuku dan dengan tenganya aku melakukan itu padanya. Aku mencengkram kuat sprei ranjang yang sempat aku duduki tadi. Dan kini aku menariknya dari kasur, membuang seluruh bantal diatasnya ke lantai. Dapat kulihat ada banyak bercak merah di sprei putih itu. Sekeji itulah aku semalam. Sialan, kuhempaskan lampu tidur di meja samping ranjang. Kuhantamkan lampu itu kesembarang arah.

"Kau benar senna. Setan apa yang merasukiku semalam"

"Aaaagggghh" aku terduduk lemas disisi bawah ranjang. Kutumpukan kepalaku pada lengan yang kutumpukan pada lututku yang sengaja kutekuk. Dan tanpa kusadari air mataku menetes tanpa kuminta, seperti seorang perempuan.

Inside Your Hug (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang