36

126 14 0
                                    

Hana menatap sebuah kertas berisi formulir mengikuti perkemahan. Perkemahan dilaksanakan dua bulan nanti, Hana harus membayarnya selama satu bulan sebelum keberangkatan. Hana menghela napas bingung, apakah Jeno mempunyai uang untuk membayar wisatanya ini? Kalau dilihat Jeno pasti bisa membayarnya. Tapi, Hana masih ragu takutnya Jeno tidak mempunyai uang dan ia akan membebankannya. Lihat saja, bayaran untuk perkemahan sekitar 1,2 juta dan Hana tidak punya uang untuk itu.

"Oh Gikina?"

Hana menatap orang didepannya merasa familiar dengan orang tersebut.

"Ini bos'e. Bos kamu di retoran dulu." Ucap bos'e.

Hana terdiam beberapa detik dan langsung berseru heboh, "ooohhh bos'e." Ingat Hana setelahnya.

"Iya ini bos'e. Ngapain kamu disini? Abis pulang sekolah? Itu kertas apa?" Tanya bos'e menunjuk kertas yang dipegang Hana.

Hana menyembunyikan kertas tersebut, bosnya tidak boleh tahu. "Bukan apa-apa ini cuman ... cuman kertas eskul hehehe."

Bos'e mengernyitkan matanya, Gikina yang ia kenal dulu selalu menundukkan kepalanya bila bertemu dengannya atau karyawan restorannya siapapun itu. Tapi kali ini, Gikina bahkan tidak gugup dihadapannya sama sekali.

"Ini bener Gikina kan?"

Hana menatap bos'e didepannya, apa-apaan bos Gikina ini, "iyalah bos'e ini Gikina kok." Jawab Hana mencona tersenyum ramah.

"Kayaknya beda ... " bos'e menelisik Hani dari atas sampai bawah. " ... mirip, tapi biasanya kamu itu selalu nunduk loh. Gak pernah selalu angkat kepala kayak gini."

Hana mengulum bibirnya, apa ia salah lagi? Oh jangan salah! Hana gak siap untuk menjelaskan semuanya ke orang-orang. Hana menundukkan kepalanya, "Gikina ... Gikina mau coba rubah sifat Gikina aja."

Bos'e terdiam sebentar, "bagus. Tapi, jangan dipaksa kalau gak suka. Nanti kamunya yang sakit." Nasihat bos'e.

"Iya."

"Yaudah bos'e mau ke restoran lagi. Kamu kalau butuh kerja lagi bilang sama bos'e nanti bos terima kamu lagi disana, oke?"

"Oke."

Hana menatap kepergian bos'e lalu menatap kertas formulir lagi. Sekarang Hana ingin minta persetujuan dengan Jeno bahwa ia diwajibkan untuk ikut perkemahan ini.

Disnilah Hana duduk berhadapan dengan Jeno diruang tamu. Ia baru bisa bertemu Jeno saat malam hari, tadi siang Hana sudah memberi pesan pada Jeno di hpnya. Ia ingin meminta izin tapi Jeno tidak bisa pulang cepat. Hana mengeluarkan kertas dari sekolah dan meletakkannya di atas meja. Sani yang datang dari dapur membawa minuman untuk Jeno dan ditaruh di atas meja lalu duduk disamping Jeno.

"Berapa bayarnya?" Tanya Jeno sambil melihat-lihat isi formulir tersebut.

'Kebiasaan orang tua gini nih. Udah dikasih kertasnya masih nanya harga.' Batin Hana tapi tetap menjawab.

"Satujuta dua ratus ribu rupiah." Jawab Hana lengkap tanpa kurang satupun kata.

Jano menganggukkan kepalanya, "kemahnya di gunung risma?" Tanya Jeno lagi.

"Hm."

"Sampai kapan batas pembayarannya?"

Hana mengepalkan tangannya, ia harus sabar menghadapi seorang Jeno ini. "Sampai sebulan Yah. Sebulannya lagi persiapan kemah." Jelas Hana mencoba tersenyum disaat kesal.

"Kemahnya berapa hari?"

"Ayah, disitu sudah ditulis kenapa tanya lagi?" Tunjuk Sani pada kertas yang dipegang Jeno.

Geekyna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang