45

172 11 1
                                    

"Kenapa kalian gak kepergok? Gedungnya kan luas, pasti banyak orangnya." Heran Jeni setelah keluar dari area gedung yang ternyata gedung geng wolf.

"Takut kali sama kita pas tau kita dateng kesitu." Jawab Eza dengan ringan.

"Nggak, berasa aneh aja gue." Pikir Jeni yang sedari tadi tidak tenang.

"Udah, jangan pikirin kayak gitu, masih untung kita selamat." Tutur Klaudi.

Saka menatap Gikina yang berada di gendongannya. Terlihat lesu dan lelah. Saka mengepalkan tangannya, apa maksud Adyan mengurung Gikina seperti itu? Apa mungkin karena Gikina memang tau rahasia kakak kelasnya itu? Saka tidak bisa terus membela Gikina. Mungkin saja gadis ini memang benar salah atau tidak salah sama sekali. Yang ingin Saka lakukan saat ini menanyakan semua kejadian di kelas 10 IPS 4. Walaupun Gikina sudah menjelaskan di ruang eskul, mungkin saja karena banyak tekanan yang diterimanya. Gikina tidak memberi tahu yang sejelas-jelasnya kepada yang lain.

"Ya ampun! Kalian darimana saja? Kita dari tadi nyari sampai minta bantuan orang lokal. Ternyata kalian disini?" Tanya Bu Tuti guru yang terkenal galak itu wajahnya seperti orang ketakutan. Bu Tuti menatap Gikina yang digendong tertidur pulas di dalam gendongan Saka. "Ini Gikina kenapa?" Tanya Bu Tuti menunjuk Gikina.

"Ceritanya panjang Bu." Balas Saka.

"Oh yaudah, tapi kalian bisa bantu Ibu gak?" Pinta Bu Tuti.

Yang lain hanya mengerutkan dahinya bingung. Bu Tuti yang biasanya terkenal killernya meminta bantuan kepada mereka? "Minta bantuan apa ya Bu?" Tanya Eza dengan sopan.

"Tolong kami nak, semua murid dan guru di sandra sama Adyan kakak kelas kalian." Pinta Bu Tuti.

"Apa?!"

"Ibu tidak tahu, kenapa hanya Ibu saja yang Adyan bebaskan." Jelas Bu Tuti.

Eza memegang pundak Bu Tuti. "Tenang aja Bu, serahin semua sama murid Ibu yang ganteng nan tampan ini." Ucap Eza berbangga diri.

Bu Tuti yang mendengarnya terharu. Guru galak sepertinya meminta bantuan kepada muridnya? Mungkin bagi orang itu hal yang memalukan tapi untuk guru yang selalu mengajar dan mendidik mereka selama dikelas itu bukan hal yang memalukan. Kelak jasanya akan dipakai untuk bekal anak muridnya nanti. Jadi, kenapa harus malu?.

"Tapi, kita gak punya rencana apapun." Ucap Jeni.

"Bener, awalnya kan rencana kita hanya buat nolongin Gikina dari Adyan dan sekarang kita gak punya rencana lagi." Khawatir Eza setelah menyemangati Bu Tuti dirinya menjadi tidak percaya diri.

"Ibu yakin kalian pasti punya rencana. Kalian anak pintar, apalagi kalian sering menghadapi masalah kayak gini."

"Kita emang gak punya rencana, apa Kak Adyan sendiri kesininya?" Tanya Ani.

"Nggak, dia bersama anak buahnya dan mereka bersenjata."

"Senjata ya?" Jeni tersenyum kecut mendengarnya. Apa Kakak kelasnya itu tidak memberi mereka sedikit waktu? Baru saja mereka membebaskan Gikina dari tangan Adyan dan sekarang Adyan malah menyandra teman juga guru.

"Kenapa? Kalian gak bisa?" Bu Tuti menatap anak muridnya yang terlihat lesu. Apa mereka sama sekali tidak punya ide? Bagaimana nasib teman dan guru mereka jika seperti ini?.

"Bisa Bu." Jawab Saka setelah menunduk lama akhirnya ia mengangkat kepalanya. "Tanpa senjata kita bisa melawan mereka."

"Gimana caranya?" Tanya Key.

"Senjata apa yang mereka pakai?" Tanya Saka pada Bu Tuti.

"Pistol dan pisau."

"Pistol?" Saka berfikir sebentar membuat yang lain menunggu. "Kalian semua ayo merapat, Bu Tuti juga." Saka meletakkan Gikina yang masih menutup mata diatas rumput dan Saka menjelaskan rencananya kepada yang lain.

Geekyna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang