"Hm...Kata Bundanya Saka. Saka ngajakin Gikina jalan?" Gikina memainkan tali tasnya, dirinya gugup dan malu.
Saka mengernyitkan dahinya. Sungguh aneh dengan Bundanya yang baru pertama kali menyuruh orang untuk jalan bersamanya. Apalagi yang ia ajak sekarang Gikina. Gak masalah sih tapi agak aneh aja gitu.
Saka berbalik dan menaiki motornya, "ayo."
Gikina yang tadinya terdiam menatap pemandangan dibelakang Saka terkejut. Gikina menatap Saka yang sudah diatas motor dengan bingung. Apanya yang 'ayo'?.
Selesai memakai helm Saka melihat Gikina yang masih bergeming ditempatnya. "Ayo, katanya mau jalan?"
Gikina hanya membuka kecil mulutnya lalu berjalan kearah Saka yang sudah memakirkan motornya. Dengan perlahan Gikina naik ke atas motor Saka yang agak tinggi, apalagi motor ninja. Gikina kesulitan menaikinya lihat saja, joknya saja sudah sepinggang Gikina, mana bisa Gikina naik hanya dengan modal pijakan kaki dan tangan yang memegang jok. Tidak ada sesuatu yang bisa Gikina pegang. Sehingga membuat Gikina kesusahan.
Saka yang diam memperhatikan Gikina berdecak kesal lalu menepuk bahunya beberapa kali. Gikina terdiam melihat kelakuan Saka yang menepuk bahunya sendiri. "Pegang pundak gue."
Gikina memelototkan matanya, pundak? Gak ada yang lain selain pundak gitu? Kenapa harus pundak?. Gikina hanya menuruti Saka daripada gak jalan kan repot. Dengan ragu Gikina memegang kedua pundak Saka lalu menginjak pijakan kaki dan yap! Bisa!. Setelah naik Gikina menunggu Saka jalan tapi tidak jalan-jalan juga.
"Hm...Saka? Gak jalan?" Tanya Gikina dengan suara yang kecil.
"Pegangan."
Setelah mendengar ucapan Saka. Gikina bingung. Tidak ada yang bisa menjadi pegangan. Gikina menatap depan, belakang, kanan, kiri cukup lama. Saka yang melihat dari kaca spion berdecak kembali. Dengan lancang Saka memegang kedua tangan Gikina yang berada di tali tasnya lalu menuntunnya untuk memeluk pinggangnya.
Gikina terdiam. Tangannya tidak bisa menggenggam ataupun bergerak. Dirinya cukup kaget dengan perlakuan Saka padanya. Memang sederhana tapi bagi orang seperti Gikina mungkin terkesan lebay.
"Udah siap?"
"U-u-udah."
Saka menancapkan gas dan pergi meninggalkan perkarangan rumah Gikina. Gikina yang tidak berpegangan erat sedikit terjungkal kebelakang. Seketika tangannya memeluk erat pinggang Saka. Bodo amatlah daripada jatoh ke bawah kan gak lucu.
Setelah beberapa menit akhirnya motor Saka sampai ditempat yang ramai dengan orang-orang. Gikina turun dengan sedikit kesusahan mengingat tingginya motor Saka.
Saka melepas helmnya lalu menaruhnya di kaca spion. Lantas turun dari motornya sebelum pergi Saka melihat Gikina yang masih berkutat dengan helm yang Saka kasih sebelum jalan ketempat ini. Saka menunggu Gikina selesai dengan helmnya. Makin menunggu makin Saka kesal melihatnya. Saka berdecak mengambil tali helm yang masih terpasang otomatis Gikina tertarik kedepan. Jarak wajah Gikina dan Saka sangat dekat. Gikina hanya menahan napas sambil mengalihkan pandangannya kearah lain agar tidak tertuju ke Saka yang berada dibawah wajahnya. Saat asik menatap sekeliling. Tiba-tiba saja muncul wajah Saka didepannya yang sedang menatapnya dingin. Gikina hanya diam membalas tatapan Saka yang dingin itu dengan lembut.
"Udah gue lepas. Buka helmnya." Ucap Saka lalu berbalik pergi.
Gikina buru-buru melepas helmnya dan menaruhnya di jok motor. Lalu mengejar Saka yang sudah pergi menjauh. Ia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Saka walau sulit Gikina tetap mengikuti langkah Saka. Ia melihat berbagai macam stand makanan, ini seperti bazar yang sering Gikina masuki saat malam hari. Tapi ini beda, bazar ini diadakan pada pagi hari. Kalau bukan bazar lalu namanya apa?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geekyna (END)
RandomGikina Sonira, gadis yang berpenampilan paling berbeda disekolah Witaya. Sekolah favorit anak-anak, dirinya bisa masuk kesana dengan bantuan orang tuanya. Gikina tidak pintar dan juga tidak cantik, tapi dirinya selalu mendapat perlakuan tidak baik d...