Berrr!
Kreeek!!!
Brak!!!
Set!!
Jdeerrr!!!
Aaaaaa!!!
Hujan menjadi lebat, kilatan petir dimana-mana, suara petir yang begitu memekikkan telinga, dan jangan lupakan teriakan para cewek alay yang mendengar bunyi petir yang keras. Gikina hanya terus menulis sesekali terkejut tanpa mengeluarkan suara saat cahaya petir memenuhi penglihatannya dan suara petir yang terdengar sangat jelas disampingnya.
Gikina melihat ke berbagai arah, menatap teman-temannya yang sibuk dengan dunia masing-masing dan guru yang asik menjelaskan pelajaran tanpa memperhatikan muridnya yang tidak mendengarkan. Suara guru yang menjelaskan pelajaran tidak terdengar jelas karena suara hujan yang begitu deras. Anak-anak yang melihat itu semua memanfaatkan kesempatan ini untuk tidak memperhatikan guru didepan. Buat apa dengerin kalo suaranya gak jelas toh percuma aja, gak bakal masuk suara jelas aja gak masuk. Gimana gak jelas begitu tambah gak masuk, iya kan?.
Kreeekk!
Brak!!!
Suara jendela yang tertutup dan terbuka karena mengikuti arah angin membuat suasana semakin mencekam. Gikina yang berada tepat disamping jendela kadang risih dengan suara jendela yang begitu keras tapi gikina hiraukan dan kembali fokus mendengarkan guru didepannya.
Kreeeek!!
Brak!!
Suara jendela kembali lagi berbunyi membuat guru yang sedang mengajar berhenti menjelaskan, melihat beberapa jendela yang mengeluarkan bunyi tertutup dan terbuka dengan keras secara bergantian, tak lupa juga anak muridnya yang sibuk dengan dunianya sendiri membuat guru itu menghela napas kasar.
Gikina menatap kesamping saka masih tidur, apa saka tidak mendengar suara jendela dan petir yang begitu keras? Bahkan suaranya terdengar sampai satu ruangan dengan keras.
"Tutup jendelanya bapak pusing dengernya"
Setelah pak maro guru sosiologi memberi perintah, anak-anak mulai menutup jendela dan menguncinya. Gikina juga karena tempat duduk gikina tepat berada disamping jendela setelah selesai gikina duduk kembali berniat menulis lagi. Pak maro menjelaskan lagi tidak peduli dengan anak muridnya yang asik kembali dengan dunianya.
Tuk
Tuk
Tuk
Gikina menatap bukunya, gikina tidak mimisan itu hanya sebuah tetesan air yang entah jatuh darimana tepat mengenai bukunya. Gikina menatap keatas, air itu jatuh dari ventilasi meskipun ukurannya sangat kecil tapi cukup membuat buku gikina hampir setengahnya basah sehingga gikina tidak bisa menulis lagi. Gikina mencoba mengalihkan air hujan dengan buku lain agar buku yang sedang gikina tulis tidak basah, tak peduli dirinya yang juga terkena air hujan.
"Pak?!" Seorang murid beberapa meja didepan gikina menunjuk tangannya membuat pak maro yang masih menjelaskan menengok kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geekyna (END)
RandomGikina Sonira, gadis yang berpenampilan paling berbeda disekolah Witaya. Sekolah favorit anak-anak, dirinya bisa masuk kesana dengan bantuan orang tuanya. Gikina tidak pintar dan juga tidak cantik, tapi dirinya selalu mendapat perlakuan tidak baik d...