Part 14 🦎🐍

3.2K 155 17
                                    

HAI SEMUANYA... UDAH LAMA KITA TIDAK BERSUA.... SALAM KANGEN SEMUANYA.... MMMUACHH... WEHEHEHE...

MAAF YA, AKU LAMA UP DATENYA. LAGI TERSERANG MAGERNYA GUYS... WKWKWKW....

HAPPY READING GUYS....





Pintu kamar terbuka ketika Ferlita baru saja memakai kemeja Daniel. Daniel terdiam beberapa saat menatap Ferlita yang juga menatapnya. "Ah, ini sarapan untukmu," ucap Daniel seraya berjalan masuk.

Daniel meletakkan nampan berisi sarapan dan juga teh hangat itu di atas nakas samping tempat tidur."Aku pinjam bajumu," ketus Ferlita dengan logat amerikanya suaranya juga begitu dingin.

"Ah, iya," jawab Daniel sedikit gugup. Entah kenapa ia menjadi gugup saat ini berhadapan dengan wanita yang mirip dengan istrinya. Ferlita turun dari tempat tidur dengan wajah dinginnya. Ia melangkah sedikit kesusahan karena Daniel bermainnya terlalu kasar. Ferlita berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Suara air keran mengalir membuat Daniel tersadar. Melihat wajah wanita di hadapannya barusan membuatnya enggan untuk mengalihkan pandangannya. Ia seperti di beri kesempatan bertemu dengan istrinya dan memperbaiki semua yang sudah terjadi.

"Entah kamu Ferlita atau bukan, tapi...." Daniel menghentikan ucapannya.

"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku kembali dan kita akan membesarkan Felita bersama," ucapnya seraya menatap ke arah pintu kamar mandi.

Walau ia belum mendapatkan informasi siapa wanita yang mirip dengan istrinya itu, tetapi ia yakin jika wanita yang miripi istrinya itu memanglah istrinya. Walau sudah bertahun - tahun lamanya ia merasa ia seperti sedang melakukan bersama dengan istrinya. Wanita yang memiliki identitas bernama Anabella Walden, itu yang baru Daniel ketahui karena ia baru melihat kartu identitas wanita itu. Ia lahir di Inggris dan memiliki tanggal, bulan dan tahun lahir yang sama dengan almarhum istrinya.

Namun, hati kecilnya meyakinkan jika wanita itu istrinya. Ia pun meletakkan sarapan di atas nakas kemudian ia berjalan mengambil pakaian berserakan di lantai kemudian ia mengambilkan pakaian baru di dalam lemari untuk dipakai Ferlita. Ia juga mengambilkan handuk untuk Ferlita. Ia berjalan ke arah kamar mandi kemudian mengetuk pintu kamar mandinya.

"Aku letakkan sarapan di nakas dan pakaian baru juga handuk ada di atas tempat tidur," ucap Daniel dengan bahasa inggrisnya.

Tidak ada jawaban sama sekali, Daniel pun tidak mengetuk lagi ia memilih ke luar dari kamarnya dan pergi untuk memakan sarapannya. Ia menatap handphonenya yang ada di samping tangan kanannya. "Ada apa sama Feli?" tanyanya entah pada siapa.

"Apa aku harus menelponenya?" tanyanya lagi.

Daniel pun akhirnya menelpon Andreas karena jika menelpon anaknya sepertinya tidak akan di angakat. ["Hallo, kak,"] jawab Afikah di sebrang telpon setelah sambungan tersambung.

"Afikah, apa Andreas ada?"

["Mas Andreas sedang di lantai atas menemani Feli tidur,"]

"Feli kenapa? Apa Feli sakit."

["Di tanya tidak menjawab, dia hanya menangis saja. Jadi, mas Andreas menemaninya,"] jelas Afikah.

"Hum, begitu."

"Apa ada yang mau di bicarakan dengan mas Andreas?" tanya Afikah.

"Iya, hanya saja masih bisa di bicarakan besok pagi. Ya sudah, salam buat semuanya saja," ucap Daniel.

"Iya, kak." Panggillan pun berakhir dan Daniel menghela napasnya.

"Ada apa dengannya. Apa yang membuatnya menangis, apa mungkin ada anak yang menyakitinya lagi?" tanya Daniel entah ada siapa.

"Ah, aku haru menelponenya," ucap Daniel dan segera mendial nomor seseorang yang selalu menjaga anaknya.

["Hallo, pak Daniel,"] jawab seorang pria di sebrang telpon sana.

"Fadel, apakah hari ini ada anak - anak yang membully Feli?" tanya Daniel tanpa basa - basi.

["Tidak ada pak, hanya saja ada seorang anak laki -laki yang sering mendekati nona Feli.]

"Mendekati bagaimana?" tanya Daniel terlihat jelas raut wajah tidak sukanya bahkan ia sampai berdiri dari duduknya.

["Mengajak nona Feli mengbrol, pak,"] Ferlita yang baru saja ke luar dari kamar sedikit mengernyitkan dahinya melihat Daniel berdiri dari duduknya dan terdengar jelas nada dingin dari pertanyaannya.

"Siapa namanya dan dari keluarga mana?"

["Dia bernama Ares Baswara Putra, pak,]

"Oh, Ares. Tidak apa - apa kalau dia. Hanya saja, jika dia macam - macam, kamu tahu, kan, harus melakukan apa?" tanya Daniel dengan suara yang lebih tenang.

"Iya, pak," jawab Fadel.

Setelah selesai berbicara Daniel pun menutup panggilan telponnya. Ferlita yang mendengarkan hanya diam saja. Sudah bertahun - tahun, bahkan Daniel pernah mendekam di penjara pun sama sekali tidak membuat sikap Daniel berubah dalam mengawasi orang.

Daniel kembali duduk kemudian menikmati makanannya. Ia bisa sedikit lega karena tidak ada yang menganggunya. Hanya ada Ares yang mendekati putrinya. Ia sudah mengetahui tentang biodata Ares dari Andreas. Apalagi ketika Daniel mendengar cerita dari Andreas, ia menahan tawanya karena Andreas yang tidak suka putrinya di dekati seorang pria. Ia menganggap putrinya masih kecil dan seharusnya tidak dekat - dekat dengan seorang anak anak lelaki.

Berbeda dengan Andreas, Daniel justru membiarkan pria manapun mendekati anaknya asalkan latar belakang keluarga serta latar belakang anak itu baik - baik saja. Dan dari cerita Andreas Ares anak baik - baik walau sering menjahili putrinya. Menurutnya itu hal biasa yang anak lelaki lakukan untuk membuat wanita yang ia sukai meresponnya. Daniel menolehkan kepalanya ketika mendengar suara langkah kaki.

Ferlita sedikit terkejut tetapi ia berusaha tidak terlihat terkejut. Ia sudah melangkah dengnan hati - hati tetapi ternyata Daniel masih mendegarnya. "Kau sudah mau pergi? Apa mau aku antarkan pulang?" tanyanya dengan nada suara lembut dan logat bahasa Inggrisnya.

Ferlita hanya diam tidak menjawab, ia berjalan ke arah depan untuk segera ke luar dari appartement Daniel. "Apa kamu tidak membutuhkan ini?" tanya Daniel menggunakan bahasa Inggris.

Ferlita menghentikan langkahnya kemudian menolehkan kepalanya. Dompetnya ada di tangan Daniel. "Anabella Walden, apa itu nama aslimu?" tanya Daniel sambil mengambil kartu pengenal Ferlita.

Ferlita segera melangkah cepat ke arah Daniel untuk mengambil dompetnya. "Kembalikan dompetku!" tegas Ferlita seraya mengulurkan tangannya ketika ia sudah berdiri di depan Daniel yang masih duduk dengan santainya.

"Hum... barang yang sudah ada di tanganku susah untuk di kembalikan," ucap Daniel seraya tersenyum senang tanpa beban.

"Apa kau mau laporkan ke polisi?" tanya Daniel yang kini sudah berdiri.

"Silahkan saja, aku tidak takut" jawab Daniel dan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ferlita membuat sang empunya sedikit menahan napasnyanya karena terkejut.

Ferlita sempat terdiam sebelum ia mendorong kuat bahu Daniel agar menjauh. Daniel menegakkan tubuhnya tidak terdorong sama sekali dengan dorongan Ferlita. "Kamu milikku sekarang," ucap Daniel dengan santainya.

"Siapa kamu? Kita tidak mengenal sama sekali. Aku tidak akan segan - segan menelpon polisi jika kau masih saja bersikap kurang ajar!" tegas Ferlita.

"Laporkan saja, aku tidak takut," jawab Daniel begitu tenang.

Daniel berjalan mendekatkan tubuhnya lebih dekat dengan Ferlita. Ferlita berusaha tidak terintimidasi dengan tatapan menilai Daniel itu. Namun, jantungnya berdegup dengan cepat seolah - olah ia melakukan kesalahan. Apakah dengan mudah rahasianya akan terbongkar oleh Daniel tetapi, papa tirinya seorang diplomat apakah datanya bisa dengan mudah terakses.

"Kau!" tunjuk Ferlita tepat di wajah Daniel membuat sang empunya tersenyum menyeringai.

TBC....

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang