Part 36 🦎🐍

1.1K 75 14
                                    

Mobil melaju meninggalkan area penthouse, Ferlita menatap kesal ke arah mobil yang membawa Daniel. Ia berharap Daniel akan turun dan memberinya pengertian atau Daniel tidak jadi pergi. Namun apa yang ada di pikirannya tidak ada yang terjadi sama sekali.

Ferlita masuk dengan perasaan yang sangat kesal, ia melangkahkan kakinya seraya di hentak- hentakkan. Bodyguard yang Daniel sewa hanya menahan senyumannya saja melihat tingkah istri bosnya ini. Ia di beri tahu Danie jiak istrinya sangat sensitif dan mudah marah. Jadi mereka benar - benar harus menjaga perasaan Ferlita supaya tidak sampai meledak. Setiap malam pun Daniel meminta salah satu dari mereka yang di tugaskan menjaga Ferlita untuk memijati kaki Ferlita sebelum tidur.

Daniel memberitahukan semua, apa saja yang harus mereka lakukan pada Ferlita. Dari aktifitas Ferlita setiap harinya, makanan yang tidak boleh dimakan dan segala hal tentang Ferlita.

Sepanjang perjalanan, Daniel memikirkan Ferlita. Ia ingin kembali menemui istrinya yang sedang cemburu, tapi saat ini ia harus kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan urusannya. Andreas tidak bias karena dirinya saja juga banyak perusahaan yang harus di pantau. Hotel yang diberikan Andreas pada Daniel sedang mengalami masalah sehingga Daniel mau tidak mau harus turun tangan langsung.

Ia akan berusaha secepatnya untuk kembali ke Los Angeles. Apalagi Ferlita sedang hamil, ia ingin bias menemani istrinya ketika melahirkan. Karena setelah melahirkan Daniel berencana akan melamar Ferlita untuk kembali meresmikan hubungan mereka. Awalnya ia tidak ingin meresmikannya lagi, tetapi setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk melamar Ferlita.

Awal pernikahan mereka semua hanya atas perintah dari Andreas, dan sekarang ia ingin memulai semuanya dengan hal yang baik. Dia yang sudah jatuh cinta pada Ferlita dan ingin menghabiskan masa hidupnya bersama Ferlita dan juga anak - anaknya. Sampai akhir hayatnya, ia ingin Ferlitalah yang menjadi pasangannya.

Daniel sudah sampai di bandara, ia pulang sendirian dan selama ia pulang ke Indonesia, perusahaan akan di kelola oleh orang baru yang sudah satu bulan ini di tunjuk untuk menjadi wakil CEO di perusahaan yang sedang ia kelola. Daniel yang memutuskan untuk memulai kehidupannya di Los Angeles akhirnya di berikan kekuasaan untuk menjadi CEO perusahaan yang ia tangani oleh Andreas. Dan perusahaan yang Andreas berikan padanya tetaplah menjadi milik Daniel.

Daniel sudah duduk di pesawat, ia menatap layar handphonenya yang ber-wallpapper Ferlita yang sedang tertidur. "Aku akan berusaha untuk segera kembali. Tunggulah aku," ucap Daniel.

Di penthouse Ferlita sedang duduk di dekat kolam renang, ia beberapa kali melihat handphonenya tetapi tidak ada sedikitpun notif pesan masuk. Ia mengharapkan Daniel mengiriminya pesan, tetapi tidak ada sama sekali pesan yang masuk.

Kesal sangat kesal, karena Daniel tidak mempedulikannya sama sekali. Padahal ia sedang hamil, tapi kenapa di tinggal sendiri di sini. Tanpa sadar air mata sudah jatuh membasahi pipinya, ia mengusap perutnya yang buncit. "Papamu jahat, papamu ninggalin mama. Padahal mama butuh papa kamu, hiks... hiks..." ucapnya seraya tangannya bergerak naik turun mengusap perutnya, ia juga menatap perutnya.

Bodyguard wanita yang di tugaskan menjaga Ferlita merekam aktifitas Ferlita selama Daniel pergi dan seluruh aktifitasnya akan di kirimkan ke Daniel. Disaat Ferlita masih menangis, ia tidak sadar jika Feli sudah pulang dari sekolahnya. Tubuh Feli yang memang sedari pagi sedang tidak enak akhirnya siang ini ia harus ijin pulang.

''Ma...'' panggil Feli tetapi tidak di jawab oleh Ferlita.

''Kalian siapa?'' Tanya Feli melihat dua bodyguard wanita yang baru ia lihat.

''Kami di tugaskan untuk menjaga mrs. Ferlita selama mr. Pratama sedang pergi ke Indonesia,'' jawab salah satu bodyguard itu yang tentu saja menggunakan logat inggrisnya.

Feli hanya mengangguk - anggukan kepalanya, pertanda ia mengerti. Ia kemudian melihat ke arah kolam renang dimana sang mama berada. ''Ma...'' panggil Feli seraya berjalan mendekat kea rah Ferlita yang masih menangis seraya mengusap perutnya.

''Mama,'' panggil Feli lagi ketika ia sudah berdiri di samping Felrita.

''Mama kenapa ma?'' Tanya Feli menjadi kahwatir seraya berdiri di depan Ferlita.

Ferlita cukup terkejut dengan kehadiran sang putri yang tiba - tiba saja berada di depannya. Dengan cepat Ferlita mengha[us air matanya, ''Sayang, kok kamu sidah pulang?'' Tanya Ferlita ketika ia sudah menghapus air matanya.

''Mama kenapa, mama kok nangis?'' Tanya Feli tanpa menjawab pertanyaan Ferlita.

''Mama hanya kelili[an saja,'' jawab Ferlita seraya tersenyum menatap Feli.

''Bohong!'' ucap Feli. ''Mama jangan bohong, mama nangis kenapa?'' Tanya Feli lagi yang raut wajahnya masih terlihat kahwatir.

Ferlita tersenyum, ''adikmu bergerak saja, membuat perut mama sakit,'' ucap Ferlita membuat Feli kini menatap perut sang mama. Ia kemudian berjongkok dan satu tangannya kini mengusap lembut perut mamanya.

''Dedek, kamu kenapa buat perut mama sakit? Jangan nankal ya dek, kasian mama kalau kamu nakal dalam perut mama,'' ucap Feli dengan nada suara lembut.

Ferlita mengusap puncak kepala Feli lembut dan menatapnya saying, ''Apa masih sakit ma?'' tanya Feli seraya mendongak untuk menatap mamanya.

''Hum... sepertinya adek nurut sama kakak Feli,'' ucap Ferlita.

''Benarkah ma?'' tanya Feli dengan mata berbinarnya.

''Iya sayang,'' jawab Ferlita seraya tersenyum.

Tangan Ferlita kini memegang pipi gembil putrinya membuat ia mengernyitkan dahinya. ''Kamu sakit sayang?'' Tanya Ferlita dengan raut wajah kahwatir.

''Sedikit ma,'' jawab Feli seraya tersenyum.

''Ya ampun sayang, kenapa enggak bilang kalau kamu enggak enak badan,'' ucap Ferlita yang kemudian berdiri dari duduknya.

''Ayo masuk ke dalam, udara di luar buat kamu makin sakit,'' ucap Ferlita dan merangkul pundak sang putri dan membawanya masuk ke dalam rumah.

''Kamu ke kamar duluan ya, biar mama ambilkan kamu makan juga obat,'' ucap Ferlita dengan nada suara lembutnya.

''Iya, ma,'' jawab Feli singkat.

Feli berjalan ke kamarnya sedangkan Ferlita pergi ke dapur untuk mengambil makanan dan juga obat untuk Feli. Dua bodyguard tadi akan membantu Ferlita untuk membawakan makanan dan juga obat untuk Feli tetapi Ferlita menolaknya. Alhasil mereka pun hanya memperhatikan Ferlita saja.

Ferlita masuk ke kamar dan Feli sudah tiduran di ranjangnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas bahu. Ferlita meletakkan nampan yang berisi obat dan makanan di atas meja samping tempat tidur Feli.

''Sayang bangun, makan dulu habis itu minum obat,'' ucap Ferlita seraya mengusap pipi sang putri.

Feli membuka matanya dan menatap sang mama, ''Ma, boleh enggak Feli bobo aja?'' Tanya Feli.

''Iya, Feli bobo aja. Tapi makan dulu sedikit dan minum obatnya. Baru nanti kalau Feli mau bobo, feli bobo,'' ucap Ferlita dengan nada suara lembutnya.

''Feli ingin langsung tidur ma,'' ucap Feli seraya mendudukkan tubuhnya.

''Setelah minum obat ya sayang,'' ucap Ferlita kemudian menempelkan koyo penurun panas di kening Feli. Setelah menempelkannya, ia pun menyuapkan makanan ke Feli.

Feli pun memakan makanan yang di suapkan padanya. Satu piring yang Ferlita ambilkan ternyata habis juga di makan Feli. Setelah itu Feli meminum obatnya dan kemudian ia pun tertidur setelah meminum obatnya.

''Kakak cepet sembuh ya,'' ucap Ferlita dengan nada suara lembutnya seraya mengusap pipi gembil Feli. Ia berdiri dari duduk di tepi ranjang Felid an tidak lupa memberikan kecupan di kening sang putri.

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang