Part 25 🦎🐍

2K 123 16
                                    

Hello...hai, hai, hai... apakabar semua... Maaf ya lama banget, ternyata aku masih belum pulih guys.... wkwkwkw...
Stay helthy semuanya....

Happy reading...

Btw yg punya tiktok boleh dong mampir ke akuku. Kalian juga busa requet vidio atau cerita apa aja di sana. 🤭🤭 lagi gak sehat malah nantangin pembaca untuk ngasih tantangan. Ya... siapa tahu kan sakitku bisa sedikit pulih. 🤣🤣

Guys... guys... jan lupa share ke temen" ya... supaya banyak yg mampir. Kan kalau banyak yg mampir, koment plus vote bisa jadi penyemangayku. Soalnya itu support terbaik untuk seorang author. Eeeeakkk.... 🤣

Mereka sudah sampai di penthouse Ferlita tanpa adanya bodyguard yang ikut. Tidak ada alasan khusus kenapa Feli harus di jaga. Hanya itu perintah daei Andreas, apalagi ini bukan di negara mereka. Jika terjadi sesuatu yang tidak di iginkan, akan lebih baik jika ada bodyguard.

Ferlita meyakinkan bodyguard bahwa Feli akan aman dengannya. Jadi, mereka tidak perlu kahwatir. "Wah, penthouse mama lebih luas dari papa," ucap Feli seraya mendudukkan dirinya di sofa.

Ferlita hanya tersenyum mendengarnya. "Mau minum apa sayang?"

"Mau minum yang seger-seger, ma," jawab Feli seraya mengambil majalah yang ada di atas meja.

Ia membuka majalahnha di mana foto mamanya terpampang di sana. Tak ada satupu  foto yang membuat Feli senang. Foto-foto sang mama memakai pakaian yang begitu sexy, ia tidak suka sama sekali. Ia kemudian melemparkan majalah itu ke tong sampah yang ada di dekat televisi.

Tidak masuk sama sekali membuat Feli kesal. "Apa itu Feli?" tanya Ferlita sedikit berteriak karena ia masih membutkan minum.

"Gak ada!" jawab Feli ketus.

Ferlita hanya mengernyitkan dahinya mendengar jawaban dingin putrinya. Ia melanjutkan membuat minuman sedangkan Feli kembali membuka beberapa majalah yang ada di atas meja. Majalah yang menampilkan tubuh Ferlita Feli  buang ke tempat sampah hanya tinggal beberapa majalah yang berpenampilan tertutup saja yang saat ini Felu sedang lihat. 

Ferlita datang seraya membawakan kukis, buah dan juga minum untuk dirinya dan putrinya. Ia mengernyitkan dahinya melihat majalah yang berantakan di atas meja belum lagi beberapa majalah di dekat tempat sampah yang jatuh. "Kenapa majalah mama berantakan?" tanya Ferlita seraya membereskan majalah-majalahnya. 

"Yang di dekat tempat sampah di buang Ma. Feli enggak suka!" kesal Feli seraya menatap mamanya yang sedang memberekan majalah yang ada di meja.

"Kenapa?" tanya Ferlita mengernyitkan dahinya seraya menatap sang putri yang sudah cemberut.

"Feli enggak suka mama pakai pakaian seperti itu,!" ucap Feli dengan bibir yang sudah mengerucut kesal. Terlihat mengemaskan bagi Ferlita.

"Ini pekerjaan mama sayang," ucap Ferlita dengan lembut seraya berjalan ke arah putrinya duduk.

"Tapi kan bisa pakai, pakaian seperti ini," ucap Feli seraya menunjuk majalah dimana Ferlita memakai pakaian tertutup. 

"Pekerjaan model memang seperti ini, kalau mama enggak bekerja terus yang ngasih mama uang siapa?" ucap Ferlita seraya merangkul putrinya.

"Papa," ucap Feli begitu saja membuat Ferlita terdiam, hanya sebentar kemudian ia tersenyum.

Ferlita mengusap lembut pipi putrinya seraya tersenyum, Feli yang merasa salah akan ucapannya hanya diam menatap mata mamanya yang juga menatapnya. "Maaf ya ma," ucap Feli kemudian menundukkan kepalanya.

"Maaf untuk apa sayang?"

Feli hanya diam tidak menjawab, Ferlita pun hanya diam saja dengan tangan yang kini mengusap rambut panjang putrinya. "Ayo di makan cemilannya," ucap Ferlita seraya tersenyum.

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang