Part 31🦎🐍

2.1K 125 24
                                    

Hello.... apakabar guys...
Udah hampir sebulan atau udah sebulan nih. 🤣🤣
HARAP BERSABAR INI UJIAN... 🤭🤭
HAPPY READING GUYS...
OH IYA, YG MAU BACA CERITANYA DEDEK XAVIERO Anaknya Yayah Jarek dan Bunda Vio cus meluncur ke tiktok ya. Ceritanya lebih pendek di bandingkan baca. 🤣🤣
Klik playlist cowok kulkas dan cewek bar" ya...

Sampai ketemu di tiktok....

"Iiih... Awas!" kesal Ferlita seraya mendorong tubuh Daniel. Dorongan dari Ferlita sebenarnya tidak terlalu kuat hanya saja Daniel berpura-pura dorongan istrinya kuat.

"Uhuk..uhuk... Yank jangan kuat-kuat dong dorongnya, umur aku udah gak muda lagi loh..." ucap Daniel dengan wajah sedihnya. Ferlita memutar malas bola matanya, dia bilang tidak kuat, lantas apa yang dia lakukan selama ini. Menarik dirinya di hadapan teman-temannya apalagi menggendong dirinya saja ia kuat. Sedangkan dirinya hanya mendorong dan ia yakin dorongannya tidak kuat sudah seperti itu.

"Gak usah lebay pa, kemarin papa habis menghajar orang saja masih kuat," cibir Feli menatap malas papanya.

"Kamu bilang apa sayang?" tanya Ferlita seraya menjauhkan tubuh putrinya dengan memegang kedua bahu sang putri.

"Ah... aku lapar ma," ucap Feli dan segera berlari meninggalkan mama dan papanya di dalam kamar.

Kini Ferlita menatap Daniel yang sedang mengalihkan padangannya menatap seisi kamar. Ia tidak berani menatap sang istri karena seharusnya ia tidak melakukan hal itu lagi. Lima belas tahun di penjara apakah masih belum cukup untuk membuatnya berubah. "Apa yang dikatakan Feli tadi benar?" tanya Ferlita dengan raut wajah yang sudah marah.

Daniel diam tidak menjawab pertanyaan sang istri, ia masih melihat kesekeliling kamarnya. Sikap Daniel benar-benar seperti abg labil. Terkadang ia bisa marah, bisa bersikap manis hingga menyebabkan dia betes dan terkadang seperti anabul yang takut dimarahi oleh pemiliknya. "Mas Daniel!" teriak Ferlita kesal karena Daniel hanya diam dan tidak mau menatapnya.

"Kamu udah mau punya anak dua, apa kamu tidak bisa berubah, huh? Kau mau anak-anakmu menerima karmamu, karena kamu sudah banyak membunuh orang?" tanya Ferlita dengan wajah kesalnya.

"Mereka pantas mendapatkan pukulan ma, soalnya hampir buat Feli celaka," jawab Feli yang sedang berdiri di depan pintu seraya memegang satu humberger di tangan kanan dan satu paha ayam bagian bawah di tangan kirinya. Sudah seperti anak kecil yang tangan kiri dan kanan harus terisi makanan.

Ferlita mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Feli, "Memangnya tidak bisa di bicarakan baik-baik?" tanya Ferlita seraya menatap Daniel dengan tatapan kesalnya. Feli memang hampir celaka tetapi seharusnya bisa di bicarakan baik-baik, bukan main pukul saja. Semakin berumur seharusnya ia lebih bisa mengendalikan kemarahannya. Ah, tapi ia ingat bahwa lelaki dihadapannya ini tabiatnya belum berubah.

"Ah, aku lupa. Kamu mana mungkin bisa berubah!" cibir Ferlita seraya melipat ke dua tangannya di dada.

"Enggak gitu sayang, aku enggak akan biarin anak-anakku celaka," ucap Daniel dengan suara lembut, Sedetik kemudian ia menatap serius sang istri "Berarti itu anakku, kan?" tanya Daniel sambil menunjuk perut Ferlita.

Ferlita membalikkan tubuhnya, "engak! Ini anakku!" tegas Ferlita kemudian berlalu meninggalkan kamar. Feli yang sedari tadi masih di depan pintu seraya duduk di lantai menikmati makanannya seketika berhenti mengunyah ketika sadar dengan ucapan papanya. Ia tadi tidak begitu mendengarkan obrolan sang mama dan papanya. Ketika ia tadi kembali ke kamar orang tuanya yang ia dengar hanya kamu sudah membunuh banyak orang.

Feli sama sekali tidak terkejut, karena ia sedari kecil sudah tinggal dengan keluarga Andreas di mana sang dady sudah biasa menyiksa orang dan membunuh orang yang memang pantas menerimanya. Kenapa tidak di serahkan ke kantor polisi jawaban sang dady membuat dirinya sadar bahwa tidak semuanya bisa di selesaikan secara hukum negara.

Mereka tidak melupakan apa yang di sampaikan dalam ajaran agama tetapi terkadang tidak semua orang pantas di berikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Lidah manusia tidak bertulang, mudah baginya membalikkan fakta sebenarnya apalagi jika mereka begitu licin seperti belut, hingga bisa menyembunyikan bukti yang terkadang sudah jelas mengarah padanya. Andreas yang memiliki uang banyak dan koneksi bagus pun terkadang masih bisa kehilangan info akurat. Bukan berati orang-orangnya bodoh atau ada orang dalam yang membocorkan rahasianya tetapi terkadang ia mendapatkan pecundang yang seperti belut.

Dididik dengan hal-hal semacam itu supaya anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang berani dan tidak mudah untuk di tindas. Terkadang mungkin mereka diam, tetapi diamnya mereka karena perbuatan teman-teman atau orang yang mengusik mereka masih bisa mereka maklumi. Namun jika sudah di batas kesabaran mereka, mereka pun bisa bertindak keras. Anak sekolah hanya butuh di sentak dan di pukul jika memang perlu pukulan.

Kehidupan sekarang sudah berbeda saat dulu, pembullyan semakin banyak. Jaman dulu mungkin sudah ada tetapi tidak seperti sekarang di mana anak-anak yang terlihat lemah menjadi korban bully. Tapi Andreas pun masih mengawasi pergerakan anak-anaknya, walau dirinya sendiri mengajarkan cara berkelahi bahkan menggunakan pistol.

"Maksud papa apa, pa? Mama hamil? Berarti Feli mau punya adik?" tanya Feli dengan wajah bersemangat.

"Iya," jawab Daniel singkat.

"Mama.... Mama..." panggil Feli seraya berlari menghampiri Mamanya. Ia memberikan makanannya kepada bodyguard sebelum memeluk mamanya yang sedang berdiri di dekat kolam renang yang ada di area belakang penthouse mereka.

''Mama...'' panggilnya dengan wajah yang ceria seraya memeluk tubuh mamanya.

''Kenapa?'' tanya Ferlita seraya menatap sang putri.

''Feli mau punya adek? Benarkah?'' tanyanya begitu semangat.

''Memangnya kalau Feli punya adek enggak apa-apa?'' tanya Ferlita seraya mengusap samping kepala sang putri.

''Enggak apa-apa, lah ma. Memangnya kenapa kalau Feli punya adek. Feli emang pingin punya adek,'' jawab Feli.

Ferlita hanya tersenyum saja seraya mengusap samping kepala putrinya. Ia tidak menyangka jika sang putri akan menerima kahamilannya. Ia pikir Feli akan marah jika tahu dirinya hamil apalagi ia yang selama lima belas tahun tidak pernah datang menemuinya.

Feli mengusap perut sang mama "Adek jangan nakal-nakal ya di dalam perut mama," ucapnya seraya tersenyum, ia juga mencium perut sang mama.

Ferlita hanya bisa tersenyum melihat sang putri, ia benar-benar merasa beruntung memiliki putri seperti Feli. Padahal dirinya sudah jahat tidak pernah menemui Feli sama sekali hanya karena ia tidak mau terlibat dengan Daniel lagi. Tanpa sadar Ferlita menitikan air matanya karena terharu dengan sikap sang putri yang menerima dirinya dengan lapang hati tanpa ada kebencian sedikit pun padanya. Mungkin kemarin Feli sempat marah dan dia juga terkejut, tetapi sekarang semuanya sudah baik-baik saja.

"Kenapa menangis, ma?" tanya Feli yang melihat ada air mata di ujung mata mamanya.

"A.." Ferlita sedikit terkejut dengan pertanyaan sang putri ia pun dengan cepat ia menghapusnya, ia kemudian tersenyum menatap sang putri.

"Mama hanya senang, karena Feli bisa menerima adik Feli."

"Kenapa Feli harus enggak suka punya adik, Feli justru bahagia ma karena akhirnya Feli punya sodara kandung. Dulu Feli Cuma bisa bermimpi punya adik kandung, sekarang udah enggak perlu bermimpi punya adik lagi. Enggak perlu iri sama anak-anak lain yang punya sodara kandung, karena Feli sekarang udah mau punya adik. Feli bisa pamer sama mereka karena sekarang Feli sama seperti mereka," jawab Feli dengan wajah polosnya.

Perkataan Feli seperti itu sukses membuat hati Ferlita bagaikan tertusuk ribuan jarum. Kenapa bisa ia mementingkan egonya dan meninggalkan putrinya yang bisa menerima kedaan keluarganya. Kenapa dirinya tidak bisa berdamai dengan masalalunya dan memberikan kasih sayang yang utuh untuk putrinya. Ferlita pun berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang putri. Memeluk erat tubuh sang putri dan ia pun hanya bisa menangis dalam diam.

Tbc....
Siapa yg naruh bawang di sini. 😭😭😭
#authorlebay ya, gimana emang bombay, rasanya nyesek banget bisa punya anak sedewasa Feli itu syusah. 🤧🤧 Bisa menerima keadaan tanpa banyak bertanya itu syusah guys... jadi nyesek banget baca ini. 🤧🤧


My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang