Part 7 🦎🐍

4.4K 201 8
                                    

Hai... hula hula... yey... akhirnya up juga.

Happy Reading guys...

Daniel sudah berada di bandara vip, ia kini sedang bersama Feli yang saat ini dipangkuannya. Feli memeluk tubuh Daniel karena sebentar lagi Papanya itu akan berangkat untuk mengecek keadaan perusahaan Andreas California.

"Pa, Feli ikut, ya," ucap Feli dengan suara lirihnya.

"Feli harus sekolah sayang," ucap Daniel sambil membelai puncak kepala putrinya.

"Bisa ijin, Pa," ucapnya yang mulai kembali merengek.

"Kita udah bahas, sayang. Jadi, jangan bahas lagi, hum," ucap Daniel dengan lembut.

Apa yang dikatakan Andreas ternyata benar. Putrinya akan sulit untuk di tinggal. "Gini aja, kalau Feli udah libur sekolah dan Papa belum pulang, Feli bisa datang menemui Papa di sana," ucap Daniel sambil membelai puncak kepala putrinya untuk memberi solusi agar Feli tidak seperti ini.

"Beneran, Pa?" tanya Feli langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Papanya dengan wajah bersemangat.

Daniel mengangguk sebagai jawaban. Feli pun segera turun dari pangkuan papanya. "Kalau gitu, papa boleh pergi. Kalau papa belum pulang, Feli akan main ke tempat Papa," ucapnya penuh semangat.

Daniel hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang mood-nya bisa berubah dengan sekejap. Lagi-lagu kenangan istrinya kembali muncul melihat semangat putrinya. Almarhum Ferlita juga seperti itu saat ia di janjikan sesuatu. Ia akan bersemangat kembali walau tadinya ia sudah merasa bersedih.

Daniel berdiri saat bodygurad memberi tahukan jika pesawat yang ia tumpangi akan segera berangkat. Ferlita memeluk tubuh papanya, "Papa hati-hati, kalau udah sampai langsung telpon atau chating Feli," ucapnya seraya tersenyum sambil mendongak menatap papanya.

"Hum," jawab Daniel seraya tersenyum kemudian mengusap pipi gembil putrinya.

Felita melambaikan tangannya ketika Daniel sudah melangkah menjauhinya. Setelah Daniel tidak terlihat ia membalikkan badannya dan menghapus air matanya. "Om aku mau main," ucapnya tanpa menatap lawan bicaranya.

"Iya," jawab bodyguard yang berjalan di belakangnya. Main yang di maksud Felita bukan main di arena bermain atau mungkin berain dengan temannya. Namun, main yang di maksud Felita adalah beramin di rumah untuk pelatihan tebak.

Saat di pintu keluar, tidak sengaja ada teman sekolah Feli yang akan masuk ke bandara. Tadinya ia akan menyapa Felita, tapi ia urungkan melihat wajah dingin dan juga orang-orang di belakang tubuh Felita yang menurutnya mengerikan.

"Ar, kenapa diam? Apa kamu tidak mau mengantar kami?" tanya seorang wanita yang berumur sekitar 39 tahun itu pada anaknya.

"Ah, iya, ma," jawab si anak yang di panggil dengan nama Ar.

Ares Baswara Putra, anak dari pengusaha textil yang cukup terkenal. Mereka sebenarnya tinggal di Jakarta, hanya saja perusahaan mereka ada di Bandung jadi mereka sering ke Bandung. Seperti hari ini, mereka akan pergi ke Bandung, lebih tepatnyaa orang tua Ares.

"Kenapa dengan wajahnya, ya?" tanya Ares bergumam tidak jelas sambil berjalan terus mengikuti orang tuanya.

Hari berlalu, seperti biasa Ares berdiri di gerbang sambil menunggu Felita datang. Saat mobil yang biasa membawa Felita datang ia tersenyum, tetapi senyumannya langsung menghilang ketika Felita turun dari mobil.

"Dad, nanti siang enggak usah jemput. Feli mau pergi ke tokbuk," ucap Feli yang bisa di dengar Ares.

"Sama siapa?"

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang