Part 10 🦎🐍

4.3K 185 14
                                    

Hai.. Hello... Hula, hula...

Yey... akhirnya up guys. Cung, siapa yang kangen Feli? Wehehehe... Hari ini masihn partnya Feli ya guys...

Happy Reading....



Ketika mereka keluar, bodyguard yang di tugaskan Andreas menjaga Feli itu langsung menundukkan kepalanya. "Maaf, tuan. Ini--" ucapnya yang tidak berani melanjutkan perkataannya sambil mengulurkan paper bag pada Andreas.

"Apa ini?" tanya Andreas sambil mengambil papper bag-nya.

"Tadi ada teman nona Feli yang memberikannya. Katanya nona Feli yang memintanya," jawab Randi seraya menundukkan kepalanya.

Andreas pun membuka paper bagnya. Ia mengernyitkan dahinya kemudian menatap Feli. "Kamu meminta temanmu membelikan ini?" tanya Andreas sambil mengangkat pembalut.

Feli menggeleng cepat untuk menjawabnya. "Terus, kenapa bisa temen kamu memberikan ini?"

"Siapa yang memberikannya?" tanya Feli menatap tajam Randi.

"Lelaki remaja yang memberikan jaket pada nona Feli."

Andreas kini menatap jaket yang melingkari pinggang putrinya. Entah kenapa ia tidak menyukainya, tetapi ia menahan diri untuk tidak melepaskan jaket itu dan membuangnya. Ada rasa tidak suka jika ada pria yang memberikan perhatian pada putrinya. Ia tidak mau anak-anaknya mendapatkan pasangan yang buruk.

Ia mau anaknya fokus pada sekolah terlebih dahulu. Masalah lelaki atau pasangan itu akan menjadi urusannya. Ia akan mencari tahu terlebih dahulu pria yang mendekati putri-putrinya. Mungkin sewaktu muda ia bukan pria baik, tetapi ia mau putri-putrinya mendapatkan pria yang baik.

"Bawa ini!" tegas Andreas sambil memberikan papper bag ke dada Randi dengan sedikit kuat hingga suara benturan tangan Andreas di dada terdengar begitu kuat.

"Ayo, kita beli keperluan kamu!" tegas Andreas sambil menarik pergelangan tangan Feli.

Feli pun mengikuti langkah Andreas yang cukup lebar dan membuatnya kewalahan. Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap Dadynya yang ada di depannya. Wajah Dadynya tampak mengeras dan menahan amarah. Pasti Dadynya saat ini sedang marah. Feli yang tadinya sudah akan marah karena ia tahu siapa pria yang memberikan papper bag itu seketika melupakan kekesalannya melihat raut wajah Andreas yang marah.

Dari kejauahan Ares menatap lesu karena pemberiannya tidak di terima. Ia pun membalikkan tubuhnya dan berjalan lesu untuk pergi dari sana, tanpa menemui teman-temannya yang sedang berada di bioskop.

Hari-hari berlalu, Andreas semakin protektif pada anak-anaknya, terutama pada anak-anak perempuannya. Si kembar juga ikut merasakan ke protektifan dadynya. Si kembar Meysha dan Nesyha yang naik mobil jemputan sekolah kini harus di antar oleh dadynya. Sungguh, mereka kesal sendiri karena jika pergi bersama dadynya mereka harus berangkat pagi-pagi sekali. Alasannya karena sekolah si kembar dan Feli itu berbeda.

"Dad, hari ini kita pakai mobil jemp—"

"Enggak ada!" tegas Andreas memotong ucapan Meysha seraya menatap putrinya.

"Kakak sama abang aja naik bus sekolah, kita—"

"Mereka laki-laki , kalian perempuan!" tegas Andreas memotong ucapan Meysha lagi.

"Kita bisa jaga diri, Dad!" kini giliran Nesya si adik kembar Meysha yang berkata dengan nada dingin dan sorot mata tegasnya.

Nesyah ini anaknya begitu dingin dan memiliki sorot mata tegas seperti Andreas. Berbeda dengan kakak kembarnya yang lebih feminim dan juga manja. Andreas pun menatap Nesyha dengan tatapan tidak kalah tegasnya. Afikah pun yang melihat ayah dan anak kini saling adu tatapan pun melerai mereka berdua. Ia tahu kenapa suaminya bertindak seperti ini, semua karena ketakutan suaminya. Ia takut putri-putrinya mendapatkan pria buruk, karena dirinya sadar bahwa ia dulu seorang pria yang buruk.

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang