Part 38 🦎🐍

1.3K 81 31
                                    

Hola, hola.... akhirnya up lagi.Cie.... haruli minggu di temenin Daniel dan Ferlita yg gengsinya setinggi langit ke 7 🤣🤣

Seharusnya udah dari kemarin tapi gua lagi mager mau update. 🤣🤣

HAPPY READING...
TERCIUM BAU" MERESAHKAN NIH GUYS, TIBA"... WKWKK...
KABOOOR.....

"Kamu jangan aneh - aneh!" peringat Ferlita membuat Daniel dan Feli sama - sama menatap Ferlita dengan satu alis terangkat.

"Apa yang aneh Ma? Ada hama tentu saja harus di basmi," ucap Feli begitu santainya.

Ferlita tersenyum, kemudian ia mengusap samping kepala sang putri. Ia tidak berkata apa - apa, hanya tersenyum saja dan ia juga tidak menjawab pertanyaan sang putri. Sampai di rumah Ferlita menyuruh Feli berjalan terlebih dahulu menuju lift sedangkan Ferlita kini menatap marah Daniel.

"Kenapa?" tanya Daniel bingung dengan tatapan Ferlita. Apa yang salah dengan dirinya lagi. Apa istrinya benar - benar marah karena kejadian di bandara? Atau Ferlita masih marah karena dirinya tidak memberitahukan kepergiannya ke Indonesia untuk mengurus masalah yang terjadi dengan hotel miliknya?

"Apa maksudmu membasmi hama?" tanya Ferlita seraya bersedekap dan menatap Daniel marah.

"Ya hama, hama menganggu perlu di basmi," ucap Daniel dengan santainya.

"Hama yang kamu maksud siapa? Wanita tadi?" tanya Ferlita.

Daniel hanya tersenyum saja, "ayo kita masuk. Udara di luar sangat dingin," ucap Daniel.

"Mas!" marah Ferlita.

"Mama kenapa?" tanya Feli seraya berteriak dari arah lift.

"Enggak kenapa - napa sayang," jawab Ferlita sedikit meninggikan suaranya.

"Kamu jangan macam - macam mas, aku gak suka kalau apa - apa pakai kekerasan!" ucap Ferlita kemudian ia pun pergi dari sana.

Daniel tersenyum menatap sang istri yang sudah berjalan terlebih dahulu. Istrinya masih malu - malu mengakui jika ia peduli dengan Daniel. Daniel pun segera menyusul Ferlita dan juga Feli.

Sampai di dalam rumah, Daniel langsung pergi ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu, ia memilih merebahkan tubuhnya karena tubuhnya sedikit demam.

Ferlita masuk ke kamar dan mengernyitkan dahinya melihat Daniel yang tidur. Tumben sekali Daniel langsung tertidur. Namun, Ferlita tidak mempedulikannya. Ia menyusun pakaian Daniel ke dalam lemari pakaian. Hanya ada beberapa pakaian saja yng di bawa, mungkin itu pakaian baru makanya di bawa oleh Daniel.

Tidak lupa di dalam koper terdapat beberapa oleh - oleh yang di pesan oleh Feli dan juga dirinya. Tiba - tiba saja ia ingin memakan dodol durian, jadi dia minta di belikan dodol durian pada Daniel. Selain dodol durian, ia juga mengingkan manisan pala.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore tetapi Daniel belum bangun. Mungkin Daniel kelelahan, tapi jarsng sekali Daniel tidur lama seperti ini. Ferlita pun mendekat ke Daniel ia melihat wajah Daniel yang memerah. Ia kemudian menyentuh wajah Daniel yang ternyata sangat panas.

Ferlita membulatkan matanya. "Mas, bangub mas," ucap Ferlita seraya menepuk pelan pipi Daniel.

Daniel tersenyum, "ada apa?" tanya Daniel ketika matanya terbuka.

"Kita kerumah sakit, ya? Kamu bisa jalan sendiri atau aku panggilkan bodyguard untuk membantumu?" tanya Ferlita dengan raut wajahnya yang panik.

"Kamu kenapa, apa perutmu sakit?" tanya Daniel yang langsung mendudukkan tubuhnya, tapi ia langsung menjatuhkan lagi tubuhnya karena terasa lemas dan kepalanya sakit .

"Kamu yang sakit mas, bukan aku yang sakit!" kesal Ferlita.

Daniel tidak menjawab, ia hanya memegangi kepalanya yang sakit. Ferlita keluar dari kamar dan menyuruh dua orang bodyguard untuk membantu Daniel. "Papa kenapa ma?" tanya Feli setelah dua bodyguard pergi ke kamar.

"Badan papa panas tinggi, itu mukanya sampai merah. Mama mau langsung bawa papa ke rumah sakit. Feli mau ikit atau enggak?" tanya Ferlita dengan nada suara lembutnya.

"Mau, ma," jawab Feli.

"Ya sudah, ayo kita berangkat," ucap Feli dan berjalan beririga dengan putrinya.

Mereka sudah di dalam mobil. Feli duduk di kursi depan sevelah supir sedangkan Ferlita duduk di belakang bersama Daniel yang tidur dengan posisi kepalanya di atas paha Ferlita.

Walau posisi ini kurang nyaman karena perut Ferlita, tetapi Daniel tidak mempermasalahkan sama sekali. Sampai di rumah sakit, Daniel langsing segera di bawa ke ugd.

Ferlita menunggu dengan raut wajah kahwatir dan hal itu di sadari loeh Feli. Feli berjongkok di depan sang mama kemudian mengenggam kedua tangan sang mama.

"Mama tenang ya, papa sudah di tangani dokter. Lebih baik sekarang kita berdoa supaya papa baik - baik saja," ucap Feli begitu lembut dan tatapan mata yang begitu meneduhkan hati.

Ferlita tersenyum kemdian menarik putrinya agar berdiri. Ferlita pun meminta putrinya kembali duduk di sampingnya. Ferlita merangkul bahu Feli kemudian ia menyandarka kepalanya di atas kepala sang putri. Satu tangannya yang bebas kini memegang satu tangan Feli kemudian ia mengecup punggung tangan Feli.

Setelah mengecup ia menautkan tangannya pada sang putri. Tidak ada perkataan sedikitpu yang terucapa dari bibir Ferlita dan Feli. Dalam hati Feli merasa sangat tersentug dan juga beruntung memiliki anak seperti Feli. Terlintas dalam benaknya rasa penyesalan karena sidah meninggalkan sang putri selama kurang lebih lima belas tahun lamanya hanya karena egonya.

Putri yang ia sia - siakan tumbuh manjadi gadis yang kuat. Seharusnya saat ini dirinya lah yang memberinya kekuatan agar tidak terlalu kahwatir dengan Daniel. Tapi sebaliknya, putrinya yang melakukan tugasnya. Memberi ketenang untuk dirinya.

Sungguh apakah dia pantas menjadi seorang ibu. Ia lebih mementingkan ego di bandingkan anaknya. Ia semakin meras tidak pantas menjadi seorang ibu. Tekadnya sudah bulat, setelah anak dalam kandungannya lahir. Ia akan pergi dari kehidupan putrinya dan Daniel. Anak yang ia kandung pun akan ia serahkan pada Daniel. Hanya Daniel yang pantas merawatnya. Daniel walau ada di dalam penjara ia tahu bagaiman hubungannya dengan Feli.

Bukan hanya Andreas dan Afikah yang berperan dalam membesarkan Feli, tetapi Daniel juga ikut berperan dalam membesarkan putrinya. Dokter kini sudah keluar dari ruangan. Mereka harus mengecek darah Daniel untuk memastikan Daniel sakit apa.

Mereka kini sudah berada di ruang perawatan, Daniel masih tidur dan wajahnya juga masih merah, bibirnya kering dan pecah - pecah. Ferlita duduk di kursi yang terdapat di sebelah tempat tidur Daniel, sedangkan Feli duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

Ferlita mengenggam satu tangan Daniel seraya menatap wajah Daniel yang masih merah. Suhu tubuhnya pun masih terasa panas, tetapi hal itu tidak membuat Ferlita melepaskan genggamannya.

Ia hanya diam dan terus memandang ke Daniel saja. "Cepat sembuh lah, mas," ucapnya dalam hati.

Ia menyelusupkan kedua tangannya ke sela - sela jemari Daniel. Menghirup tangan itu dan tanpa terasa air mata sudah jatuh dari pelupuk matanya.

Benar - benar tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Bahkan sekuat tenaga ia menahan suara isak tangisnya karena tidak mau membuta Feli kahwatir. Tadi saja Feli sudah bersikap seperhatian itu padanya. Yang artinya sang putri mengkahwatirkan dirinya. Ferlita tidak mau membuat putrinta kahwatir.

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang