Part 20 🦎🐍

2.3K 127 29
                                    

Hai ho.... hula hula... up again guys... 🤭🤭
Guys... guys...guys... yg punya tiktok merapat nyok ke akunku. Nama akunnya sama kok kek nama akun ini chi_hyo_ki95

 Nama akunnya sama kok kek nama akun ini chi_hyo_ki95

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kumpulan haluku ada di KangNgegasFamily💙 ya guys...

Btw, ada yg mau ngasih tantangan aku buat cerita 60 detik/ 1 menit sekali tamat. Atau buat cerita berapa episode dan 1 episode cuma 1 menit. Kalian juga bisa nentuin temanya. 🤭🤭
Ah, kak yg melody to story aja belum jalan. Iya, memang. Sebeneranya ada yg mau jadi, tapi aku masih belum sempat lanjut. 🤭🤭 Kalian bisa langsung komeny di akun tiktok ku ya guys... weheheh...

Happy Reading guys... n happy holiday...

Ferlita terdiam melihat putrinya yang pingsang hingga suara Daniel yang berusah membangunkan putrinya menyadarkannya. Kini Daniel sudah berdiri seraya menggendong putrinya. Ia memerintahkan salah satu bodyguard untuk ikut dengannya. Tubuh Feli ternyata panas dan sepertinya ia sedang sakit.

Ferlita menggeser tubuhnya ketika Daniel akan melewati pintu. Wajah Daniel begitu kahwatir bahkan ia mengabaikan Ferlita yang masih ada di situ. Ferlita hanya diam memandangi punggung Daniel. Hatinya meragu, apakah ia harus ikut atau tidak.

Pada akhirnya ia pun memilih ikut. Ia segera berlari menyusul Daniel yang akan memasuki lift. Sebelum masuk lift Ferlita berkata, "Apa aku boleh ikut?" Daniel hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Pintu lift pun tertutup dan lift pun segera turun ke basement. Ketika pintu lift sudah terbuka dengan langkah cepat dan lebar Daniel menuju mobilnya. Ia berhenti di samping mobil dan meminta bodyguardnya untuk mengambil kunci yang ada di saku celananya.

Sang bodyguard ragu-ragu karena harus merogoh kunci mobil di celana Daniel, akhirnya Ferlita yang mengambilnya. Ia memberikan kuncinya ke bodyguard. "Biar aku yang menjaganya di belakang. Kamu duduk depan," ucap Ferlita menatap Daniel.

"Tidak, kamu saja yang di depan!" tolak Daniel.

"Kamu yang di depan Daniel!" sentak Ferlita kesal.

Tidak mau berdebat lebih lama, Daniel pun menuruti apa yang di katakan Ferlita. Ferlita masuk terlebih dahulu baru kemudian Feli. Setelah posisi Feli aman, Daniel menutup pintu mobil bagian belakang supir kemudian ia pun segera masuk ke dalam mobil duduk di samping supir. Mobil segera melaju meninggalkan area basement penthaouse.

"Ada apa dengan Feli, kenapa badannya panas. Dan kenapa tidak ada yang memberitahu jika Feli datang kemari?" tanya Daniel mentap marah bodyguard yang sedang menyetir.

"Maaf pak Daniel, nona Feli yang meminta agar kedatangannya tidak di beritahukan kepada bapak. Sudah beberapa hari ini, nona Feli tidak makan dengan teratur dan dia juga hanya makan beberapa suap saja. Tuan dan nyonya sudah melarang nona Feli, tetapi dia kekeh untuk pergi menyusul pak Daniel."

Ferlita yang memangku kepala Feli hanya diam mendengarkan apa yang di katakan bodyguard. Ia memperhatikan wajah putrinya yang pucat dengan bibir merah dan pecah. Belum lagi tubuhnya yang begitu panas.

Tangan Ferlita tidak ada henti-hentinya mengusap wajah sang putri. Daniel yang tadinya ingin berucap melihat apa yang di lakukan Ferlita hanya terdiam. Tatapan mata Ferlita yang hanya memandang Feli dalam diam membuat Daniel pun merasa sedikit tenang. Entah kenapa ia merasa tenang saja melihat pemandangan di depannya ini.

Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Daniel dengan cepat segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil belakang. Ia dengan hati-hati menggendong Feli. Dengan langkah cepat dan lebarnya ia pun segera membawa masuk Feli.

Daniel segera masuk ke rumah sakit dan dengan cepat dokter dan para susternya memberikan pertolongam pada Feli. Kini Daniel menggu dengan wajah cemas di depan ruangan Feli yang sedang di periksa. Sementara iti Ferlita hanya diam tidak berkata apapun, tatapan matanyapun tidak terbaca. Entah apa yang di pikirkan Ferlita saat ini.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit, dokter pun keluar. Dokter mengatakan jika Feli sakit typus dan juga asam lambung. Setelah mengatakan Feli sakit apa dan bagaiman kondisi Feli saat ini dokter pun pergi. Daniel masuk ke dalam ruang perawatan Feli, tetapi tidak dengan Ferlita. Ia hanya diam di depan pintu masuk sedikit lama hingga akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan pergi dari ruang perawatan Feli.

Ferlita terus berjalan tanpa berkata apapun pada Daniel. Daniel sendiri yang mengkhawatirkan Feli tidak menyadari kepergian Ferlita dari sana. Ferlita terus berjalan dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Sampai di luar ia segera menghentikan taxi untuk pulang ke penthousenya.

Sampai di penthouse, Ferlita langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Meringkuk seperti bayi di dalam perut dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Cara Ferlita menyendiri sekarang berubah. Jika sewaktu sekolah ia selalu marah-marah tidak jelas, menghancurkan barang-barang dan juga bermain dengan Afikah. Kini ia hanya akan meringkuk dan perlahan menangis.

Sekuat apapun ia mencoba menolak bahwa ia ingin bertemu dan memeluk putrinya, nyatanya ia tidak bisa menolak apa yang terpendam di dalam hatinya. Kehadiran putrinya di dalam hidupnya merubah segala hal dalam hidupnya termasuk ia yang menyukai wanita akhirnya bisa mencintai seorang pria.

Pria sakit seperti mantan suaminya Danieolo Pratama, satu-satunya pria yang membuat luka tetapi juga membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Ia benci harus bertemu dengan Daniel, tetapi ketika mendapatkan sentuhan itu lagi dari Daniel ia menikmatinya. Bodoh, ya, dia bodoh karena menikmati sentuhannya.

Ia terus berusaha menghindari mantan suaminya, tetapi melihat Feli hatinya tergerak. Ia ingin memeluk putrinya, memberi kehangatan untuk putrinya. Namun, ia masih ragu apakah ia harus mengakui jika benar ia Ferlita.

Ferlita hanya terus meringkuk dengan air mata yang terus mengalir memikirkan putrinya. Wajah pucat, bibir pecah-pecah dan suhu tubuhnya yang begitu terasa panas ketika ia tadi menyentuhnya teringat jelas.

"Feli!" teriak Ferlita seraya menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.

Ferlita mendudukkan tubuhnya seraya memejamkan matanya. Ternyata tanpa sadar ia tertidur. Sekarang sudah pukul sembilan malam. Ia diam cukup lama hingga akhirnya ia membuka matanya. Menatap lurus kedepan tanpa berkata apapun.

Wajahnya begitu sembab karena terlalu banyak menangis. Ia kemudian turun dari tempat tidur kemudian keluar kamar untuk membersihkan wajahnya juga tubuhnya.

"Ana, ada apa dengan wajahmu? Kamu habis menangis?" tanya Harris membuat Ferlita sedikit terkejut. Ia lupa jika papanya masih ada di penthousenya.

"Enggak kenapa-napa kok pa," jawab Ferlita kemudian ia kembali berjalan menuju kamar mandi.

Harris hanya menatap putrinya yang terlihat lesu. Sejujurnya ia tahu jika Daniel ada di sini. Ia mendapat kabar dari ibu Sophia jika Daniel sedang mengurus pekerjaan di sini. Mendengar hal itu Harris segera menyelesaikan pekerjaannya kemudian ia pergi menemui putrinya. Dan hari ini ia mendapatkan kabar jika Feli menyusul kesini. Ia tadi sempat mengecek keberadaam Feli yang sedang berada di rumah sakit. Ternyata benar Feli sedang berada di rumah sakit. Ia tadi juga sempat menemui Daniel dan berbincang sebentat sebelum pulang.

Kondisi Feli sudah lebih baik, itu informasi yang ia dapatkan dari Daniel. Harris ingin mengatakan tentang keberadaan Feli, tetapi melihat keadaan Ferlita yang sepertinya sedang ada masalah membuat ia mengurungkan niat untuk memberitahukan tentang Feli.

"Lebih baik besok saja aku memberitahukan tentang Feli padanya," ucap Harris.

Bersambung....
Menurut kalian salah gak sih, sikapnya Ferlita?

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang