Chapter 14

558 42 0
                                    

Shaqila mengerjapkan matanya berkali-kali dan melirik jam yang berada di nakas. 11 : 30. Siang juga gue bangun, gumam Shaqila dalam hati.

Shaqila merubah posisinya menjadi duduk dan menarik nafas dalam-dalam saat mengingat kejadian Arsen dan Halimah.

Yatuhan, Betapa ngenesnya gue. batin Shaqila

Aktivitas rutin Shaqila saat terbangun; Mengecek ponsel.

Undangan yang diterima
( 100 Menunggu )

Shaqila mengklik dan matanya melebar saat melihat Display Name; Faraka Aziz

Tanpa ragu Shaqila mengklik Accept.

Took toook

Shaqila menatap pintu kamarnya dengan dahi yang mengernyit. Tanpa beranjak dari tempat tidur.

"Masuk," Shaqila sedikit berteriak. Tak lama munculah Fajri.

"Bangggg! Kok gak bilang-bilang sih mau ke sini pagi-pagi, gini." ucap Shaqila yang memperhatikan Fajri mendekatinya.

"Ila, Ini udah siang dan lo baru bangun? Emang dasar kebo. Dari dulu gak pernah berubah." cibir Fajri yang duduk di sebelah Shaqila.

Shaqila meringis. " Ya.... Mau diapain lagi bang? udah kebiasaan kalo libur. O, ya lo ada apa ke sini?"

"Besok gue ke London. Jadi, seharian ini gue mau pergi seharian sama lo. Dan karena seharian ini gue temenin lo, besok Ila harus anterin gue ke bandara." jawab Fajri.

"Dih. Gue gak minta lo buat nemenin gue seharian, Bang." balas Shaqila.

"Lo mah ngeselin! Gue udah berbuat baik, gak tau diri lo ah. Pantesan aja Arsen gak suka sama lo." cerocos Fajri.

Pantesan aja Arsen gak suka sama lo.
Sampai kapan pun hubungan gue sama dia gak lebih dari sekedar sahabat.

Shaqila tersenyum miris. "Bang, gak usah bahas Arsen. Dia udah ada yang punya." ucap Shaqila yang terdengar lirihan. "Yaudah, pergi sana. Gue mau mandi dulu." Lanjut Shaqila seraya menarik paksa Fajri keluar dari Kamar.

***

Shaqila menyantap makanannya tanpa menghiraukan Fajri yang berada di hadapannya.

"Ila, lo gak mau cerita ke gue?" tanya Fajri menatap serius Shaqila.

Shaqila mendongak dan menatap Fajri dengan tatapan bertanya. Fajri berdecak kesal. "Ck, gak usah nutup-nutupin gitu. Lo gak bisa bohongin gue, La. Gue gak kaya Sahabat lo---- eh emang Pantes ya mereka dipanggil sahabat? Sahabat tapi kok nyakitin." ucap Fajri Sarkastik.

Shaqila bungkam. Ia menggenggam erat garpu dan sendok, matanya menatap tajam Fajri.

"Apa mereka tau, lo selalu pake topeng di depan mereka? Lo selalu tertawa, tapi nyatanya? Lo menangis, La! Dan oh satu lagi masalah Arsen, cara dia agar lo bisa move on dari dia, basi. Kalo dia gak suka sama lo seharusnya gak kaya gitu caranya. Dua kata buat cowok macam Arsen. Gak Gentle." Cerocos Fajri.

"Stop! Lo gak tau apa-apa, Bang. Jangan sok tau deh, Mereka sahabat gue sampai kapanpun." geram Shaqila.

"What ever." ucap Fajri jengkel

Fajri tidak memerdulikan Shaqila yang sedang berkutat dengan ponselnya, tiba-tiba ponsel Shaqila berbunyi menandakan Ada BBM masuk.

Faraka Aziz : Ping!!!

Shaqila AD : Ya?

Faraka Aziz : Lo suka sama Arsen? Kemarin lo nangis gara-gara dia 'kan?

Shaqila mengernyit heran. Darimana dia tau?

Faraka Aziz : Just Read? Berarti iya!

Shaqila tak berniat membalas chat Raka yang menurutnya: Annoying.

"Kalo gue buka hati buat orang lain, gimana menurut lo, Bang?" tanya Shaqila hati-hati.

Fajri menaikan sebelah alisnya dan menatap lekat-lekat Shaqila. "Secepat itu lo berpaling? Gue gak yakin." 

Iya, emang gue gak yakin tapi... gak mungkinkan gue stuck di Arsen aja? Pikir Shaqila.

"Gak usah terlalu pikirin masalah itu. umur lo masih muda, perjalanan lo masih panjang. Kejar cita-cita lo, buat kedua orangtua lo bangga punya anak seperti lo. Jodoh gak akan lari ke mana, dia akan datang seiring berjalannya waktu." lanjut Fajri.

Shaqila tersenyum mendengar Kata-kata Fajri. Kata-kata yang menenangkan bagi Shaqila.

umur lo masih muda, perjalanan lo masih panjang. Kejar cita-cita lo, buat kedua orangtua lo bangga punya anak seperti lo. Jodoh gak akan lari ke mana, dia akan datang seiring berjalannya waktu

***

Shaqila terburu-buru keluar dari taksi, Ia terlambat mengantar Fajri. Shaqila celingak-celinguk mencari sosok Fajri, Ada seorang pria yang melambaikan tangan ke Shaqila dengan satu koper berada di sampingnya.

Shaqila berlari dan langsung menghambur pelukan ke Fajri. "I'm Sorry Brother. I'm late." ujar Shaqila memeluk erat Fajri.

Fajri mengusap puncak kepala Shaqila dan menciumnya. "No problem, Babe. Yang penting sekarang kamu udah dateng. Ngerepotin banget ya gue? lo ke sini 'kan jadi naik taksi."

Shaqila merenggangkan pelukannya. Ia tersenyum. "Enggalah, Sekali-kali gapapa." jawab Shaqila. "Jaga diri lo baik-baik di sana, Bang. Gue bakalan kangen banget sama lo. Dan oh ya jangan lupa kenalin cewek yang udah berhasil memikat hati lo." lanjut Shaqila.

Fajri terkekeh. "Okey, Mom." sahut Fajri, Shaqila terbahak.

Fajri menangkup wajah Shaqila dengan kedua tangannya. "Pertahanin Senyuman dan tawa lo yang asli ini tanpa adanya kepalsuan. Gue benci sama lo yang pura-pura kuat, kalo lemah yaudah lemah aja. Gak usah berpura-pura yang ada malah nyakitin diri lo sendiri." cerocos Fajri.

"Kalo ada apa-apa hubungin gue, jangan lo pendam sendiri. I'll be there for you, Babe." lanjut Fajri seraya mencium puncak kepala Shaqila, membuat ia bisa mencium aroma anggur di rambutnya Shaqila.

Tanpa sadar mata Shaqila terpejam menikmati moment terakhir kalinya bersama Fajri.

"Don't worry brother, I'm okey. But, thanks before." ucap Shaqila seraya menatap manik mata Fajri.

"Sebenernya gue gak mau bilang ini, tapi karna terpaksa yaudah lah. Gue harus segera masuk, La. Jaga diri lo baik-baik, Jangan pikirin masalah di rumah, lo gak sendirian. Hati-hati pulangnya jangan nyasar. Byeee." pamit Fajri mencium sekilas kening Shaqila dan berlalu tanpa menengok Shaqila.

Dia tidak mau lihat Shaqila walaupun cuma sekilas, Ia takut tekadnya untuk kembali lagi ke London itu tergoyahkan. Dengan berat hati Fajri harus meninggalkan Shaqila yang sedang dilanda masalah. Namun, Shaqila selalu tersenyum di depan semua orang untuk menutupi kesedihannya.

Shaqila menatap punggung Fajri yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang. Ia menghela nafas kemudian menaiki taksi yang tadi mengantarkannya kebandara.

Sepanjang perjalanan Shaqila menyumpal telinganya dengan headset dan mengalihkan pandangannya ke jalanan.

Gue gak sendirian di sini. Masih ada Sahabat gue yang selalu ada buat gue, yang selalu mewarnai hari-hari gue yang kelam. Batin Shaqila

- TO BE CONTINUE -

Fajrinya gone;(
Shaqila nya Alone again;( eh engga deng masih ada The Star ;p wkwk

Jangan lupa Vomment ya
Thankyou

Shaqila ADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang