Chapter 29

636 36 6
                                    

Gue duduk di sofa dengan kaki yang berada di atas meja, like a boss. Hahaha. Jangan tanya yang lain ke mana, karena mereka sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri; ada yang tidur, ada yang masih beres-beres pakaian, ada yang lagi di halaman belakang sedang pacaran, ah banyaklah, intinya gue sendirian di ruang tamu.

Gue menatap langit-langit dengan tatapan kosong, "Sebenernya apa alasan Mama dan Papa pengin berpisah?" tanya gue pada diri gue sendiri.

Gue menghembuskan nafas berat, "Sudahlah nggak usah dipikir 'kan, ini saatnya untuk melupakan masalah itu. Untuk apa gue berlibur ke sini kalau pada akhirnya gue masih mengingat itu semua?" gue tersenyum simpul dan beranjak ke kamar.

***

Gue menatap diri gue di cermin sambil tersenyum senang, ya... hari ini The Star ingin keliling kota Bandung. Setelah kemarin kita gunakan untuk istirahat, sekarang seharian kita gunakan untuk hangout.

"Jadi, kita ke mana dulu?" tanya gue menatap satu-per satu The Star yang sedang berkumpul di ruang tamu.

Alfat mengusap dagunya layaknya orang sedang berpikir. "Hmm, gimana kalau kita kuliner dulu?"

"Boleh juga, kebetulan gue lagi laper." sahut Arsen.

"Yaudah, fix nih ya, kita kulineran dulu? Yaudah ayo sekarang kita langsung cabs." ucap Rena sembari beranjak dari tempatnya.

Kami menempuh perjalan yang lumayan jauh dari tempat kami menginap, memang tempat yang dipilih Alfat enak karena banyak penjualan makanan di sini dan ini sangat menggoda dompet gue, guys!

"Matilah gue, kenapa tempatnya banyak yang jual makanan." Vina menepuk jidatnya.

"Gue tau, Vin. Itu semua menggoda dompet kita." bisik gue, dan Vina mengangguk setuju.

Alfat menyeringai, "Kalau gitu, berarti gue dibayarin nih ya? Kan gue udah milih tempat yang cocok buat makanan." ucap Alfat.

"Oke, sepertinya akan ada acara makan-makan gratis." timpal Arsen.

"Oke, dompet gue berarti aman, kan ada makan-makan gratis." Kenzie menyengir.

"Dasar cowok nggak modal." cibir Rena dan berlalu.

"Tau! Maunya gratisan mulu," timpal gue sembari menarik tangan Vina mengekori Rena.

Kami menyecipi beberapa makanan khas Bandung, sebenernya bukan kami tapi gue dan Vina doang. Itu membuat gue dan Vina nggak sanggup lagi untuk jalan, dan memutuskan untuk duduk-duduk.

"Lo sih daritadi beli ini, beli itu, nggak bisa lihat makanan yang enak dikit langsung beli." hardik Kenzie.

"Yaelah, Ken. Lo kayak nggak tau gue sama Shaqila aja. Gue juga yakin sebenernya Rena juga kekenyangan itu." sahut Vina.

"Iya, gue juga kekenyangan. Jadi, begah banget." ucap Rena.

"Gue nggak kenyang, gue biasa aja." celetuk Arsen.

"Lo semua 'kan emang cowok rakus, daritadi makan mulu tapi nggak kenyang-kenyang. Perut tuh?" kata Rena.

"Setelah ini kita mau ke mana?" tanya Kenzie.

"Gue mau ke Lembang, gue pengin main outbound di sana. Pasti seru, apalagi kalau flying fox teriak-teriak gitu," jawab gue sembari menatap lurus ke depan seperti orang sedang menerawang.

"By the way, gue mau nanya sama lo, Sha. Sejak kapan di rumah lo pake jasa pembantu?" tanya Vina.

"Oh iya yang tadi keluar dari kamar nyokap lo itu pembantu?" tanya Kenzie.

Shaqila ADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang