Chapter 26

678 37 5
                                    

Kalian tau? Raka sudah berdiri di depan kelas gue dan pandangannya hanya fokus ke satu titik, yaitu gue. Mungkin menurut dia, kalo dia mengalihkan pandangannya sedetik aja, gue akan menghilang.

"Sha, kayaknya Raka nggak mau banget lo pergi." bisik Vina sambil terkekeh geli.

"Mungkin. Tapi, entahlah." sahut gue sambil menyangkutkan tas ke bahu, "gue duluan ya, salam sama yang lain." pamit gue dan berlalu

"Akhirnya, kamu nggak kabur lagi dari aku." ujar Raka sambil tersenyum senang.

"Emang gue bisa kabur? Sedangkan, lo udah berdiri di depan kelas gue lima menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi." balas gue datar sambil berjalan menuju parkiran

"Kalo aku nggak begitu, kamu pasti langsung pulang dan menghindar dari aku." kata Raka yang berjalan santai di sisi gue.

Gue terdiam malas berbicara dengan orang Brengsek semacam Raka. Hingga selama di perjalanan diisi dengan keheningan.

***

Raka duduk di depan gue, Ia berkali-kali menyeruput minumannya tanpa berkata apa-apa.

"Katanya mau jelasin, Tapi daritadi lo nggak ngomong apa-apa." celetuk gue datar.

Ya, gue dan Raka berada di sebuah Cafe yang nggak terlalu jauh dari sekolah. Ia berdehem sebelum berbicara, sepertinya untuk menghilangkan rasa gugup.

"Ehm. Aku-"

"Gue--lo. Jangan aku--kamu." ralat gue.

"Oke, gue. Gue Minta maaf sama lo, awalnya gue memang pengin membalas dendam gue sama Fajri melalui lo, Sha. Tapi saat lo bercerita tentang keluarga lo, gue merasa bersalah." ujar Raka.

"Lo bukan merasa bersalah, Ka. Tapi lo merasa kasihan dengan gue karna mempunyai kedua orangtua seperti mereka." koreksi gue dengan setia mempertahankan sikap gue yang dingin.

Gue berusaha menutup kesedihan gue saat mengingat keluarga gue yang mau pecah bagaikan kaca yang terjatuh dan menjadi serpih-serpihan kaca.

Gue melihat Raka menarik nafas berat. "Entah mengapa timbul gejolak aneh saat gue lihat lo sama Kenzie ataupun sama Bastian." Ia tidak memerdulikan  perkataan gue.

Eh? Tunggu tunggu. Tadi dia bilang apa? Bastian?

Dan sepertinya dia menangkap raut wajah gue yang bingung saat ia menyebutkan nama Bastian.

"Gue lihat lo sama dia di depan kelas, Sha. Gue dengar apa yang lo katakan ke Bastian, dan saat itu gue mau menghampiri kalian dan mau meluk lo, mau ngejelasin, Sha. Tapi, saat gue mau berjalan menghampiri lo, temen gue bilang ke gue, kalo gue dipanggil guru BK." tuturnya.

Dia mengembuskan nafas, mengacak rambutnya dan memejamkan matanya. Sangat terlihat kalo dia frustasi. "Mendengar lo ngomong seperti itu kepada Bastian, sangat menyayat hati gue, Sha. Lo nggak tau? Malamnya Bastian ke rumah gue dan dia marah banget sama gue hingga dia kalap dan memukuli gue, yang berakhir gue tak sadarkan diri. Karena itu juga, gue sadar kalo ternyata gue sayang dan cinta sama lo. Gue nggak rela lihat lo Nangis di pelukan Bastian." lanjutnya (Chapter 21)

Gue tertegun mendengarnya, Ternyata dia mengetahuinya? Kak Bas dengan relanya memukulinya demi gue?

Pantesan waktu itu dia tidak masuk sekolah selama dua hari, ketika masuk ada beberapa luka di wajahnya.

"Maka dari itu gue mulai mengubah sikap tak acuh gue, dan mulai perhatian sama lo, Sha. Gue pun bilang ke Harry dkk, kalo gue mau berhenti balas dendam dan mulai mencintai lo tulus dari hati gue tanpa adanya dendam-dendaman. Untuk yang masalah Gaby, gue hanya menganggapnya sebagai teman nggak lebih dari itu." ujarnya.

Shaqila ADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang