Chapter 33 (Re-post)

548 35 3
                                    

Shaqila menatap layar laptopnya sembari tersenyum, ia sedang melihat video clip terbaru One Direction yang berjudul Perfect.

Shaqila menoleh ke arah pintu sekilas, saat terdengar pintu terbuka. Terlihat Fajri berjalan ke arahnya.

"Lagi ngapain, La? Asik banget kayaknya." Fajri duduk di sebelah Shaqila dan ikut menonton video clip 1D.

"Keren ya, bang. Gue pengin foto kayak Niall dan Harry, foto dekat jendela besar dan ada pemandangan yang bagus, gitu. Ah! Keren! Kapan ya gue bisa begitu." Shaqila berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Fajri mengacak rambut Shaqila dan tertawa, "Lo bener-bener udah gila One Direction, La. Denger-denger mereka mau ngadain konser di Jakarta, kan?"

"Iya, tapi..." Shaqila menggantungkan kalimatnya, tatapannya berubah menjadi sendu.

"Tapi apa, La?" tanya Fajri dengan suara yang lembut dan tangan yang membelai rambut Shaqila, ia sangat menyayangi Shaqila.

Tiba-tiba Shaqila memeluk erat Fajri, saat itu juga ia menangis. Awalnya Fajri kaget karna Shaqila menangis dipelukannya. "Hei, ada apa? Apa ada sesuatu yang gue nggak tau selama gue di London?" tanya Fajri sembari mengusap punggung Shaqila.

Shaqila hanya mengangguk di dalam pelukan Fajri tanpa mengeluarkan satu katapun. Fajri membiarkan Shaqila terus menangis, ia yakin Shaqila pasti akan cerita ke dirinya.

"Yaudah, puasin dulu nangisnya nanti baru cerita ke gue, itupun kalo lo udah siap."

***

Setelah Shaqila menangis Fajri membawanya ke sebuah cafe, ia tau Shaqila tidak akan mau bercerita di rumahnya. Maka dari itu Fajri mengajaknya keluar rumah. Sekarang di sinilah mereka, Cafe yang letaknya jauh dari rumah Shaqila. Fajri dan Shaqila duduk berhadapan.

"Chocolate tiramisu, Red velvet, dan dua hot chocolate." ucap pelayan tersebut, Fajri mengangguk. Setelah meletakkan pesanannya pelayan tersebut pergi.

Shaqila tersenyum menatap Fajri, "Gue kira lo lama tinggal di London, lo lupa sama makanan favorite gue." ejek Shaqila sembari menyesap minumannya perlahan.

Fajri tergelak, "Kayaknya gue lama banget gitu ya perginya, hahaha. Gue nggak sejahat itu kok, tenang aja, La."

Shaqila mengedikan bahunya, kemudian menyantap makanannya. Hening.

"Lo bener-bener nggak tau apa yang terjadi, bang?" Shaqila menatap Fajri dengan tatapan yang sulit dimengerti. Fajri menaikan sebelah alisnya dan menggelengkan kepalanya, "Emang ada apa sebenernya, La?"

Shaqila mengembuskan nafasnya berat, "Banyak." jawabnya singkat.

Fajri terus menatap Shaqila terlihat jelas bahwa Shaqila seperti mempunyai beban yang entah harus berbagi ke siapa. Fajri sengaja tidak berbicara, ia menunggu Shaqila membuka suara.

Mata Shaqila menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong, "Gue nggak tau kenapa masalah ini datangnya ke gue bukan ke oranglain, gue nggak tau harus cerita ke siapa, dan gue juga nggak tau kenapa hidup gue selalu ada beban." Shaqila mengucapnya dengan ekspresi datar, tidak ada tanda-tanda ia ingin menangis. Apa dia udah capek karna terus menerus menangis? Pikir Fajri.

"Pertama, gue pernah pacaran sama orang yang ternyata cuma mau balas dendamnya doang. Namanya Raka, awalnya gue kira dia orang yang baik, pengertian, dan saat gue cerita sama dia, dia selalu kasih saran ke gue. Dia juga berhasil buat gue nyaman didekatnya, Sampai akhirnya, gue bisa move on dari Arsen dan menjalin hubungan sama Raka. Namun, itu nggak berlangsung lama. Karena, dia pacaran sama gue karna mau membalaskan dendamnya ke lo melalui gue, bang.

Shaqila ADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang