Happy Reading^^
.
.
.
Hari ini pernikahan kedua insan itu dilangsungkan. Si mempelai pria -Hendery yang sudah rapi mengenakan jas berwarna hitam, kini tengah duduk di pinggir ranjang sembari menautkan jemarinya dengan gelisah.
"Nak, kita harus segera berangkat ke gedung." ucap Johnny yang baru saja masuk ke kamar. "Kenapa kamu, kok kelihatannya gelisah gitu?" tanyanya.
"Dery gugup, Pa. Takut ada kesalahan pas baca janji suci nanti." jawab Hendery. Bisa malu seumur hidup dia kalo sampe ada kesalahan nanti.
Johnny duduk di sebelah Hendery lalu menepuk-nepuk bahu anak sulungnya itu. "Papa juga dulu sama kok, gugup. Tapi Papa punya cara ampuh buat ngilangin rasa gugup itu."
"Gimana tuh, Pa?" tanya Hendery penasaran.
"Sini Papa bisikin!" Johnny mendekatkan bibirnya ke telinga Hendery. "Bayangin pas lagi malem pertama sama istri kamu." bisiknya.
"Dih ngada-ngada nih!"
"Eh, Papa serius loh ini. Coba aja!" balas Johnny.
"Masa sih?" Hendery memejamkan matanya, mencoba membayangkan apa yang di katakan Papanya.
"Heh!" Johnny menepuk bahu Hendery kencang. "Jangan dibayangin sekarang, nanti anu-mu malah tegang!"
"Katanya suruh dibayangin. Gimana sih?!" tanya Hendery kesal.
"Maksudnya tuh nanti, Seo Hendery." jawab Johnny. "Udah, ayo cepetan, nanti kita telat!"
.
.
.
"Njun, demi tuhan gue gugup banget!" ucap Dejun entah untuk yang keberapa kali. Ia meremas kuat tangan Renjun yang berada di sebelahnya.
"Iya kak, gue tau lo gugup." balas Renjun. "Tapi nggak usah ngeremes tangan gue juga dong, sakit nih!" sungutnya, ia menarik tangannya yang memerah karena terus menerus diremas dengan kuat oleh Dejun.
"Eh iya maaf Jun, sumpah gue nggak sengaja." ucap Dejun merasa bersalah.
Yuta sedari tadi memperhatikan interaksi kedua anaknya dengan senyum haru. Tanpa sadar airmata turun dari kedua bola matanya.
"Eh, ayah kenapa nangis? Kita ada buat salah?" tanya Dejun.
"Nggak sayang." jawab ayah Yuta sembari menghapus sisa air matanya. "Ayah cuma nggak nyangka aja, waktu berjalan cepet banget. Bayi kecil yang dulu ayah gendong-gendong, hari ini udah mau nikah." ucapnya bergetar menahan tangis.
"Hiks, ayah!" Dejun berhambur ke pelukan sang ayah. "Ayah jangan ngomong gitu, Dejun jadi sedih." Mau nangis, takut make up luntur:")
Ayah Yuta mengusap-usap belakang kepala Dejun dengan sayang, "Kalo ada apa-apa, kamu cerita ke ayah ya Nak. Ayah bakal selalu nerima kamu dengan tangan terbuka."
Dejun menganggukan kepalanya, ia melepas pelukannya lalu mendongak dan mengelap air mata ayah Yuta. "Ayah jangan nangis!"
"Iya, Nak. Maaf ya, gara-gara ayah suasanya jadi mellow gini." ucap ayah Yuta. "Kita harus segera pergi ke gedung. Ayo, Nak!" Ayah Yuta merangkul Dejun dan Renjun sekaligus, lalu mereka pergi dari sana.
.
.
.
Lelaki tampan itu sudah berdiri di altar dengan gagahnya. Ia tinggal menunggu ke datangan calon istrinya. Dejun dan Ayah Yuta berjalan menuju altar. Saat mereka sudah berhadap-hadapan, Yuta mengulurkan tangan Dejun pada Hendery.
"Apa kalian sudah siap?" tanya sang pedeta. Kedua mempelai itu pun menganggukan kepala dengan yakin.
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, maka saya Seo Hendery, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu, Nakamoto Dejun menjadi istri saya. Saya berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidup saya. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya."
Semua tamu undangan berdecak kagum saat anak sulung keluarga Seo itu berhasil mengucapkan janji suci pernikahan dengan lancar.
Sekarang giliran Dejun yang harus mengucapkan janji suci itu. Sebelumnya ia menghela napas dalam-dalam guna menetralkan rasa gugupnya.
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, maka saya Nakamoto Dejun, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu, Seo Hendery menjadi suami saya. Saya berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya."
Suara decakan kagum lagi-lagi tersengar saat Dejun berhasil dengan lancarnya membaca janji suci pernikahan di hadapan pendeta dan para tamu undangan.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri." ucap sang pendeta membuat suara riuh tepuk tangan terdengar.
"Kamu dipersilahkan untuk mencium pasanganmu."
Hendery mengusap sisi wajah Dejun sebelum menyatukan belah bibir keduanya. Mencium dan sedikit melumatnya dengan lembut sebelum melelasnya.
"I love you, Nakamoto Dejun!"
"Aku udah ganti marga!" protes Dejun.
"So, who are you know?" tanya Hendery main-main.
"Uhm..Seo Dejun."
Hendery terkekeh kecil. Istrinya ini sangat menggemaskan. Ia pun mendaratkan ciuman pada kening Dejun. "I love you, Seo Dejun!"
"I love you too, my husband!"
END
***
Yay finally!!
Tunggu epilog sama bonchapnya ya.
Btw, kasih tau aku dong siapa yg biasa jadi anaknya henxiao di ff, atau saran nama buat anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENEMY (Henxiao)✔
FanfictionHendery sama Dejun ini bermusuhan. Dejun benci Hendery, dan Hendery benci Dejun. Tapi nggak ada yang tau kan kalo suatu saat rasa benci itu bisa berubah jadi cinta? NOTE: [BxB] [Hendery X Xiaojun] [Yaoi] DONT READ IF U DONT LIKE IT! JIKA ADA KESAMAA...