0.7

319 59 27
                                    

Echan nggak menduga kalau pertemuan mereka dengan Bian semalam bakal membuatnya kesal sampai sekarang. Biasanya kalau Echan nongkrong sama anak-anak Garuda, Bian selalu absen karena alasan yang nggak mereka tahu- atau lebih tepatnya, nggak pernah mereka tahu karena cowok itu selalu jadi yang paling misterius.

Sudah lama Echan nggak melihat Bian. Semalam harusnya dia bisa lebih santai kalau saja nggak ada Aru di sana, namun sayangnya takdir memang senang bermain-main dengan mereka.

 Semalam harusnya dia bisa lebih santai kalau saja nggak ada Aru di sana, namun sayangnya takdir memang senang bermain-main dengan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Echan menghela napas berat, kelihatan kayak orang yang punya banyak masalah hidup. Padahal kerjaannya cuma mikirin Aru siang dan malam.

"Minggir kakinya." Ujung sapu menyentuh betisnya, membuat Echan menoleh kemudian segera memperbaiki posisi duduknya agar Bunda bisa menyapu.

"Main hapeee aja terus. Dipelototin aja terus hapenya. Mandi sana!"

"Kalo libur nggak perlu mandi, bun."

Echan kembali meringkuk di atas sofa, masih dengan mata yang terus menatap layar ponsel dimana foto Aru dan Bian tertera. Memang kayaknya dia senang sekali membuat hatinya makin sakit. Bukannya menghindari, dia malah membuka postingan di Instagram Aru yang sudah lama diarsip.

Terdorong rasa penasaran, Bunda akhirnya mengintip apa yang sejak bangun tidur Echan lihat. Bunda mengeryit saat merasa tidak asing dengan orang dari dalam foto.

"Itu Aru, Chan?"

Echan mengangguk lemas.

"Yang disebelahnya siapa? Kok kayak nggak asing?"

"Bian."

Bunda nampak berpikir. "Bian..... Yang dulu SMP sering main ke sini? Temen SMP-mu, kan?"

"Iya bunda..." Nada suara Echan makin sedih. "Yang dulu Echan ceritain kalo Bian ternyata juga suka sama Aru."

"Perasaan dulu mereka udah pacaran deh."

"Deket doang, belum jadi. Aru di ghosting sama ini kunyuk."

"Mulutnya, Erdalan." Bunda memukul paha Echan yang terekspos karena cowok itu menggunakan celana pendek. "Terus kamu ngapain galau begini?"

"Semalam pas makan seblak sama Aru kita nggak sengaja ketemu Bian, bun."

"Terus kenapa? Kamu cemburu? Dih, orang Aru akhirnya jadi pacarmu juga."

"Kalo Aru klepek-klepek lagi sama Bian gimana?" Echan mengubah posisinya jadi duduk. Dia kini menghadap Bunda yang masih memegang sapu.

"Udah lama kenal Aru kamu masih nggak bisa percaya dia?"

Echan terdiam, nggak bisa menjawab Bunda. Kalau dipikir-pikir, iya juga, kenapa dia jadi kesal dan galau cuma karena semalam mereka nggak sengaja ketemu? Toh, Dia dan Aru akhirnya pacaran.

Echan jadi makin bersalah karena semalam bicara dengan nada kesal pada Aru.

"Chan, kamu nggak boleh tuh begitu."

From Home ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang