2.0

263 51 26
                                    

Dua minggu berlalu dengan cepat. Hari ini akan jadi hari terakhir ulangan kenaikan kelas. Jian tersenyum lebar saat ia akhirnya bisa keluar dari gerbang sekolah dengan perasaan lega. Padahal, dia sebenarnya tidak belajar seserius itu. Kebanyakan Arunika yang akan menjambak rambutnya agar berhenti bermalas-malasan dan mendengarkan penjelasan untuk mata pelajaran yang akan diujikan besok.

Karena kegigihan Aru sampai mulutnya berbusa dan tangannya pegal menjambaknya agar fokus, Jian rasa ulangannya pasti akan punya hasil bagus.

"Ayo, gue traktir es krim!"

Jian sudah siap menarik kerah bagian belakang Aru, namun urung saat melihat gadis itu berdiri lemas sambil bersandar di pohon mangga depan sekolah. Jian melotot, lantas menarik gadis itu agar menjauh.

"Ih, semut! Jauh! Hus-hus!"

Aru mendelik. "Lo ngusir semut apa kucing?!"

"Apa yang salah dari cara gue??"

"Mana ada ngusir semut tangannya malah melambai-lambai gini!" Aru memperagakan apa yang Jian lakukan tadi. Bukannya pergi semut-semut itu mungkin akan kesenangan karena dapat angin sepoi-sepoi. "Ck, Jian! Jangan megangin kerah gue!!"

"Galak banget sih! Mau dibeliin es krim apa nggak??"

"Maunya magnum." Balasnya, membuat Jian langsung ternganga.

"Kamu sangat tidak tahu diri...."

"Gue gak banyak komen sih. Masalahnya udah semingguan ini gue tuh ngerasa kayak kurang tidur dan kerja bisa berkali-kali lipat. Ya... gimana, ya? Soalnya mesti ngejelasin—"

"Hhhhh iya!" Jian menyerah. "Oke, magnum!"

"Sama silverqueen.."

"Ru—"

"Duh, pegel banget tangan gue nyatet mesti dua ka—"

"Oke." Pundak Jian langsung turun. Dia lemas, namun tidak bisa menolak karena perjuangan Aru untuknya memang tidak bisa dikatakan kecil. Meskipun uang simpanannya mesti dia pakai untuk membayar semua itu, Jian rasa lebih baik begitu daripada membayangkan Ibu marah karena nilai rapotnya merah semua.

"Sama Lays, deh. Itu aja!"

"Nggak! Nggak ada ya!!" Jian langsung melotot. Ekspresinya membuat Aru tertawa geli. "Beliin lo dua itu aja berarti gue gak bisa beli es krim tau!"

"Jangan melas gitu dong mukanya."

"Ya elo abisnya..."

"Perasaan duit lo di gue masih banyak deh."

Jian mengembungkan pipinya, lalu menggandeng Aru untuk menyebrang. Hari ini mereka akan pulang dengan angkot.

"Buat beli sesuatu."

Aru segera menoleh. Perasaannya jersey yang waktu itu ingin Jian beli sudah dibayar oleh Bang Rendra. Selain itu Jian juga baru ini menyinggung soal ingin membeli sesuatu lagi.

"Mau beli apaan?"

"Kepo."

"Cih!" Aru melepas pegangan Jian di pergelangannya. Jian tidak menanggapi. Dia malah memperhatikan bagaimana cara Aru berjalan dengan tidak nyaman.

"Kenapa sih? Gitu banget langkahnya?"

"Gak papa."

Jian mengeryit, tidak percaya. Aru semakin mepet padanya. "Ck, kenapa??"

"Kak..."

Jian menelan ludahnya. Hanya ada dua kemungkinan Aru memanggilnya begitu. Pertama, jika di rumah. Kedua, jika dia sedang malu.

From Home ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang