2.2

398 59 29
                                    

"Sumpah, kali ini bukan temen-temen gue!" Ucap Yena sambil meletakkan susu kemasan yang isinya sudah habis ia sedot. Karena banyak komentar buruk di instagram Aru yang terbaru, Yena datang ke rumah untuk bermusyawarah— sebab mengingat kejadian dulu, sewaktu awal-awal ia pacaran dengan Jeno teman-temannya memang pernah meneror akun instagram Aru. Akhirnya Yena memutuskan untuk datang sendiri sebelum saudara-saudara Aru menuduhnya.

Jeno mengangguk pada pacarnya, membuat Lele langsung mendengus. Kejadian seperti ini memang bukan yang pertama kali. Dulu waktu baru masuk SMA bahkan pernah lebih parah. Saat orang-orang tahu kalau Aru terlampau dekat dengan Jeno mereka berasumsi kalau Aru adalah perempuan murahan. Mereka bahkan menyindir Aru secara terang-terangan saat cewek itu makan bersama Jian dan Echan di kantin. Belum lagi ketika Aru kedapatan di bonceng Jay atau dirinya.

"Biarin aja cuma orang-orang kurang kerjaan." Balas Aru, lebih mementingkan kuaci di tangannya daripada hal tersebut. Jian sampai berdecak kala Aru malah terlihat biasa saja.

"Lo kalo sakit ati tuh bilang aja sih ngapain pura-pura kuat coba."

"Mau ngapain juga? Tinggal matiin kolom komentar, Ji. Gak penting."

"Tapi gue penasaran deh. Emang ada masalah apa sampe akun Aru jadi rame lagi?"

"Echan udah ada chat lo belum?" Tanya Lele yang segera dijawab Aru dengan gelengan kepala. Lele mengeryit, merasa ada yang tidak beres.

"Takut kali ya dia sama lo?"

Jian menoleh. "Takut kenapa?"

"Lah, kok pada nggak tau? Dia kan abis kelai sama Titan. Gue gak ngerti sih kenapa soalnya liat di instastory ceweknya temen gue. Semalem deh kayaknya. Rame banget."

"Sama Titan?"

Lele mengangguk pelan, lalu menyomot satu kuaci dari tangan Aru. Namun tanpa disangka-sangka perempuan itu langsung mengibahkan semua kuaci tersebut padanya. Tanpa banyak bicara Aru segera berdiri dan pergi ke kamarnya.

Pikirannya jadi tidak tenang lagi. Akan lebih masuk akal jika Echan bertengkar dengan Bian. Namun kenapa jadinya Titan? Bukankah mereka teman baik?

*

Pacar :
chan?

Pacar :
jgn di read aja

Pacar :
lo berantem sm titan?

Pacar :
chan

Pacar :
lo gak akan balas chat gue lgi?

Echan menghela napas berat. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk melupakan Aru semudah itu. Dia ingin sekali memblokir nomornya, namun di satu sisi ini yang selalu Echan tunggu-tunggu. Saat Aru mengiriminya rentetan pesan.

Echan masih enggan membalasnya. Saat Aru terus mengiriminya pesan dan menelpon, Bian juga melakukan hal yang sama. Dia benci melihat bagaimana nama Aru terus saja bersanding dengan nama laki-laki itu.

Dering telepon masuk membuat Echan mengalihkan pandangan dari layar komputer ke ponsel. Aru menelponnya. Kali ini ada sebuah dorongan kecil untuk mengangkat, namun tangannya masih berat untuk melakukan itu. Echan terus menatap benda itu sampai suaranya mati. Lalu kemudian berdering lagi, hingga mati lagi. Begitu terus sampai panggilan ke-5.

Pacar :
chan, waktu festival musik nanti lo ulang tahun

"Terus?" Ucapnya bicara sendiri. Dia merotasikan bola mata, jengah dengan semua keadaan ini. Tiga tahun dia lebih sering merasa sendirian dalam hubungan mereka. Tidak ada timbal balik yang ia dapatkan. Disaat Echan mati-matian berusaha agar Aru tidak merasa kesepian, selalu merasa disayangi, gadis itu malah diam di tempatnya tanpa merespon.

From Home ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang