Echan tahu kesalahan yang dia perbuat pasti membuat Aru jadi sangat kesal. Dia berjanji akan ada di Jakarta sabtu ini, berkunjung ke rumah cewek itu dan malam mingguan dengan berkeliling kota pakai vespa matic-nya sampai masuk angin. Namun Echan ternyata tidak datang. Echan terlambat dua hari dan muncul di senin sore.
"Aru, aku minta maaf."
Aru mengangguk. Kekesalannya sudah pudar. Kalau saja Echan muncul pada minggu pagi, mungkin dia masih bisa cemberut dan memukul laki-laki itu karena berani membuatnya menunggu.
"Nenek gimana kabarnya?"
Echan menghela napas membuat Aru mengeryit. Dari wajahnya Aru memang sudah peka kalau akhir-akhir ini Echan pasti sangat sibuk hingga membuatnya kelelahan seperti sekarang.
"Aru... Aku minta maaf."
"Gue bilang iya, Chan. Gak papa."
Echan menggeleng pelan. Dia tidak berani menatap Aru, jadi fokusnya ia letakkan pada tautan jari-jarinya di atas paha. "Bukan Ru.... Aku minta maaf buat hal lain."
"Kenapa?"
"Aku disuruh pindah ke Bandung."
Aru terdiam jadi Echan buru-buru menyelesaikan ucapannya. "Cuma sampai kenaikan kelas ini. Sisa empat bulan lagi, kan? Aku janji bakal balik ke sini lagi setelah itu. Liburan nanti aku pulang."
"Terus sekolahmu?"
"Pindah." Echan memilin bibirnya gugup. "Kata Bunda kalo pindah sekarang masih sempat. Nenek tuh anak sama cucunya pada jauh semua, Ru. Ada satu adeknya Bunda tapi anaknya masih SD. Cuma aku yang bisa diandelin. Bunda bilang gak papa dia jaga nenek sendirian di sana, tapi aku mana tega? Ayah gak bisa ikut karena kerja di lokasi."
"Chan, kamu memang harus pergi."
Laki-laki itu menatap Aru mengharapkan sebuah keyakinan. Aru memberikan itu, dia malah meraih tangan Echan di atas pangkuan dan menggenggamnya.
"Sebenernya.... Lo gak perlu minta maaf. Emang udah kewajiban lo sebagai anak cowok satu-satunya di sana untuk jaga keluarga lo."
Mata Echan berkaca-kaca. Dia merindukan Aru. Biasanya tiap hari dia akan merecoki gadis itu, menggodanya, dimarahi, namun tetap mengulangi. Sebab suara Aru dalam kondisi apapun selalu mampu membuat Echan merasa bahagia.
Sekarang dia pulang, namun hanya untuk pamit pergi lagi. Dulu sewaktu Echan akhirnya tahu tentang masa lalu Aru, dia berjanji gak akan meninggalkan gadis itu. Sekalipun Aru menolak cintanya dia tetap akan berada di sebelah Aru sebagai seorang kawan. Namun beberapa waktu terakhir Echan sudah terlalu sering meninggalkan Aru saat cewek itu sedang berada di masa-masa sulit.
"Kamu.... Apa kabar?"
Aru tersenyum tipis, membuat Echan juga menarik sudut-sudut bibirnya. "Baik, Chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home ☑️
Fanfiction"Memangnya rumah cuma buat mereka yang punya keluarga?" Suatu kali Jian tiba-tiba bertanya begitu saat mereka sedang makan es krim di bawah pohon mangga. Tujuh orang yang duduk berjejer di sebelahnya menoleh, lalu kompak menggeleng. "Justru dari rum...