32. Extra Part

3.9K 141 16
                                    


Warning ⚠️

Peringatan untuk siapa yang belum siap turn on secara mendadak ya 😏

Skip part ini kalo kamu masih adek-adek.
Kalo masih bandel, tahan diri aja ya 🙈

Part ini mengandung scene bawang merah anti panas...
Author aja sampe nutup mata ngetik ceritanya hahah (becanda deh)
Oke silahkan dibaca yang sudah punya E-KTP

Mitha

Sena menarikku ke tepi danau setelah adegan ciuman di danau tadi dan masih bersemangat untuk mengajakku ke rumah kakeknya.

"Gaunku." Ingatku pada Sena, ingin berbalik arah untuk mengambilnya tetapi Sena justru menarikku lagi. Ia menggendongku ke pundaknya dan melangkah dengan semangat.

Ia menurunkanku di depan rumah kakeknya dan aku melihat teras rumah sudah sepi.

"Tadi keluargamu ada disini." ucapku pada Sena.

"Jangan pedulikan mereka." Sena menarikku masuk ke dalam rumah.

Dan kemana tante Elia juga kakek Darry?

Apa mereka sudah beristirahat di kamar?

Atau benar-benar pergi?

Sena mengajakku menaiki tangga ke lantai dua dan melihat pintu kamarnya disana. Ia masuk ke dalam dan disusuli olehku.

Aku melihat keluar jendela kamar, melihat matahari akan benar-benar terbenam. Dan dalam hitungan detik, langit sudah merah kegelapan hingga akhirnya malam sudah tiba. Sena memelukku dari belakang dan memutar tubuhku untuk mendapatkan ciumannya.

Bahkan jemarinya sangat lihat saat membukakan setiap kancing kemejanya di badanku sementara dia masih memberikan ciuman memabukkan ke bibirku.

Tubuhku sudah setengah telanjang, ia bahkan menarikku ke gendongannya. Aku melingkarkan kedua kakiku ke pinggangnya dan ia membawaku ke ranjang kecil miliknya di sudut kamar ini.

Masih dalam keadaan setengah basah, Sena memangkuku di atasnya sambil mencumbu setiap sudut leherku. Ia lanjut mencium bibirku, menggigit pelan bibir bawahku sementara aku menyentuh perut yang terbentuk sangat rapi miliknya.

Kami belum berhentinya saling memberikan ciuman dan dia bahkan mengajariku french kiss. Mulutku terbuka lebar dan begitu juga mulutnya, ia memainkan lidahku dengan lidahnya.

Sena membaringkan tubuhku di bawahnya, menarik celana dalamku juga disusuli oleh celananya sehingga tidak ada yang membatasi sentuhan antara kulit kami. Keadaan kini justru semakin memanas saat kulit kami bergesek. Tubuhku seolah mendesak tubuh Sena untuk merapatkan dirinya padaku. Tanpa kata, tanpa isyarat, Sena sudah mendesakkan dirinya untuk merengkuhku.

Di ranjang kecil ini  yang hanya cukup satu orang membuat kami serasa semakin intim.

"Jangan pernah potong rambutmu pendek." Suaranya seperti memerintah sekaligus penuh ancaman.

Apa dia menyukaiku saat berhubungan dengannya dalam keadaan rambut panjang berantakan?

"Kau tidak bisa melarangku un-" Sena membungkam mulutku dan tidak ingin beradu mulut di awal mulainya peraduan panas kami.

Bagian bawah tubuhnya seolah ingin memintaku untuk membuka lebih lebar kedua kakiku. Sena memberi permulaan baik untuk memulai, ciuman panas hampir di seluruh permukaan kulitku bahkan sampai ke kakiku sendiri.

Kepalanya kembali terangkat, menaruh wajahnya tepat di atas wajahku, satu tangannya menyisip ke paha dalamku, lalu merengkuh pinggulku untuk mendesakkan bagian keras itu ke dalamku. Aku mengigit bibir, menahan erangan kecil milikku sendiri.

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang