23. Siapkan hati 🧡

2.1K 166 23
                                    







Sena

Aku mengunjungi mama di rumah kakek. Keadaannya semakin tidak sehat, dan Mauren memilih untuk merawatnya dan datang ke rumah setiap hari untuk memastikan keadaan mama.

Mauren juga sering memasakkan makanan untuk mama dan kakek.

Selagi ia menyiapkan makan malam, aku melihat wajah mama yang berusaha tersenyum padaku. Dia menyentuhkan tangannya ke wajahku,"bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja, ma."

"Papa bakalan datang ke sini lagi untuk melihat mama." Aku menggenggam tangan mama dan mengecupnya pelan.

Mauren datang ke kamar ini dan mengatakan,"aku sudah siapkan makan malam."

Mama tersenyum lembut dan mengangguk, aku lantas membantu mama turun dari ranjang. Dia menolak karena masih bisa melakukannya.

Aku melihat Mauren yang tersenyum sambil menyentuhkan jemarinya ke tanganku, menatapku seolah tidak apa. Dia menangkap perasaan khawatirku dan menenangkan keadaan ini.

Mama berjalan keluar kamar, ingin tetap terlihat baik-baik saja di depan kami. Sejenak aku merangkul bahu Mauren, mengecup keningnya.

"Ayo kita makan." senyum Mauren dan menarik langkah untuk keluar.

Saat di meja makan, Mauren mengingatkan mama untuk meminum obatnya dan perlahan komunikasi mereka semakin hangat.

Apa mama sudah mulai menerima Mauren?

Selesai makan malam ini, mama kembali ke kamar dan ingin langsung istirahat saja sementara Mauren membersihkan sisa makan malam. Aku membantunya mencuci piring kotor dan bertanya,"apa kau baik-baik saja merawat mama?"

"Tentu saja." Mauren tersenyum dan menyentuh lengan bahuku dengan lembut, lalu menaruh dagunya disana, menatapku dengan mata berbinar,"mama mu sudah ingin mengajakku banyak bicara, minum teh bareng bahkan kami berbelanja bersama. Dan setiap kali ada orang menyapanya, mengajaknya berbicara, dia pasti memperkenalkanku adalah calonnya, karena aku adalah kekasihmu."

"Untuk pertama kalinya, aku sangat senang setelah sangat lama tidak pernah mendapatkan pengakuan mama mu. Dia sekarang justru mendukungku." Mauren terlihat sangat bahagia dan mengecup bibirku.

"Terimakasih Sena."

"Kau pantas mendapatkannya, Mauren." Aku mengecup pipinya dan tersenyum sejenak sampai kami memutuskan kontak mata lalu melanjutkan kegiatan tadi.

Melihat Mauren lagi, aku tersenyum saat dia begitu senangnya merapikan meja makan lalu membersihkan seluruhnya dengan rapi.

Aku membersihkan piring ini lagi dan membayangkan sejenak tentang mama dan Mitha. Bukankah ini yang ku minta? Aku sudah mendapatkan kesempatan dari mama untuk bersama Mauren.

Lalu mengapa aku sendiri memikirkan Mitha?

Kami sudah melewati masa yang cukup lama untuk bersama tapi tidak untuk menjalin hubungan asmara seperti yang ku lakukan pada Mauren. Dengan waktu cukup singkat, Mitha banyak mengubah hal dalam diriku. Meski haluanku tidak berubah, tapi dia cukup menggoyangkan kapal yang ku miliki.

Dan semua terasa sangat berubah, bahkan aku melihat akan ada gelombang yang lebih besar disebabkan Mitha. Aku tahu akan ada hari di mana ia pasti akan menghancurkanku dan aku harus bersiap-siap.

Mauren menyadarkanku dari lamunan dan bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku hanya mengangguk dengan senyum lalu menyelesaikan pekerjaan ini.

Aku mengeringkan tanganku dengan selembar kain yang tergantung di dekat bak cuci piring. Setelah melihat semua sudah rapi, aku merangkul Mauren untuk melangkah bersama. Kami pergi ke kamarku di lantai atas.

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang