Epilog

3.5K 132 33
                                    




Aku hanya ingin melindungimu dan mencintaimu tetapi hanya saja perasaanmu bukan untukku.

Aku tidak pernah menuntut banyak darimu, cukup menjadi wanita yang selama ini ku kenal dan berada di sisiku, itu sudah menjadi permintaan terindah ku dapatkan seumur hidupku.

Tetapi, kau memilih kebahagiaan menurutmu bukan menurutku meski aku mampu memberikan segalanya untukmu.

Hanya saja, aku harus tahu bahwa kau ingin pergi.

Pergilah kasih, jikalau itu mau mu karena segala kemauanku sudah dihapuskan oleh jejak langkah balikmu pada pria lain.

Meski perasaanku masih terikat dengan segala aromamu, aku tidak tahu apakah bisa melupakan tentang kita karena senyummu juga tatapanmu masih melekat dalam kepalaku.


Masih menunggu Mitha untuk datang, Hadyan melihat ke belakang, memikirkan puteri satu-satunya apakah datang atau tidak. Sejujurnya dia gugup juga takut kalau saja Mitha benar-benar pergi mencari Sena.

Tetapi bagaimanapun, dia harus melakukannya, berani menjadi tameng untuk puterinya meskipun banyaknya cibiran jikalau Mitha benar-benar pergi dari pernikahannya sendiri.

Lima belas menit lamanya, Mitha tidak juga datang sementara para tamu sedikit khawatir dan saling berbisik apa yang sedang terjadi sampai pengantin wanita tidak tampil juga.

Di depan altar, Axel masih bersikap tenang di depan orang lain tetapi pikirannya sudah dipenuhi ketakutan kalau saja Mitha benar-benar menggagalkan hari besar mereka.

Sasha sekali-kali menoleh ke belakang, memperhatikan calon kakak iparnya apakah sudah datang atau belum sementara Sonia menarik satu tangan Sasha sambil bertanya pelan,"apakah Mitha baik-baik saja?"

Sasha juga tidak tahu dan melihat kakaknya di depan sana seolah tidak terbaca. Raut mukanya benar-benar tenang tapi Sasha tahu bahwa kakaknya sedang sangat khawatir.

Lima menit kemudian, Mitha benar-benar tidak datang sampai ada seorang wanita datang pada Hadyan.

Semua pandangan menatap ke mereka berdua dan menunggu.

Hadyan mengisyaratkan wajah tenang, berusaha menormalkan suasana hatinya sementara dia tahu harus berbuat apa.

Melihat wajah itu, Axel tahu apa yang sedang terjadi tetapi dia harus bersikap tenang, menunggui Hadyan yang sedang berjalan padanya.

Hadyan gagal membawakan puterinya untuk pergi ke altar itu dan ia harus memberikan selembar kertas itu untuk Axel, calon suaminya yang gagal menikah dengan anaknya hari ini.

Semua orang-orang berbisik-bisik dalam tanya mereka dan tidak ada satupun yang tahu apa sedang terjadi saat itu.

"What's going on, dad?" tanya Alisa pada Reihan,"did aunty.."

Reihan tentu saja membungkam mulut kecil anaknya yang hendak berteriak senang karena pengantin wanitanya pasti kabur.

"We should tell uncle." bisik Alisa ke Reihan, tahu dia harus memelankan suara mereka karena ini salah satu dari misinya yang diberikan oleh pamannya sendiri untuk mendapatkan Mitha agar bisa menjadi aunty nya secara sah.

Reihan menggeleng,"sisanya adalah urusan uncle sama aunty, kita hanya diam saja. It would surprise your uncle."

"I'm proud of Sena." ujar Erlan, menyilangkan kedua tangannya dan menatap Alisa dari sebelah Reihan,"thank you, Alisa. You did it."

Alisa mengangguk dengan senang dan memeluk Reihan,"tetaplah biasa sayang, semua orang akan curiga denganmu."

Erlan sejenak melihat Indira duduk berdampingan dengan Demian. Wanita itu seperti tidak lagi menganggap keberadaannya sementara dia sedang berjuang untuk menyakinkan kembali Indira bahwa dia benar-benar serius dengannya.

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang