16. Complicated

1.6K 154 13
                                    




Sena

Lihatlah wanita itu. Bagaimana dia masih seperti dulu, merasa lebih hebat dariku dan mengumbar tentang bagaimana ia akan menjadi isteriku, apakah dia mampu menjadi seorang isteri yang penurut bahkan sikap angkuhnya masih melekat.

Aku tidak mungkin bisa menerima ini. Wanita itu benar-benar..

"Sena, kemarilah." suruh papa tiba-tiba untuk mengikutinya.

Terakhir kali, ia menegurku sangat keras dan sekali lagi pasti membicarakan tentang pernikahanku dengan Mitha.

Aku masuk ke dalam ruang kerja papa dan ia memintaku duduk di kursi depan mejanya.

Papa terlihat melamunkan sesuatu sambil terus memperhatikanku.

Dan ia membuka suara,"turuti saja keinginan mamamu."

"Pa, aku tidak ingin terus-menerus dijodohkan. Kalian tidak pernah merasakan apa yang ku alami. Bagaimana bisa papa-"

"Papa dijodohkan."

Aku mengernyit kening, bingung mendengar papa dijodohkan.

"Dengan mamamu. Dan tentu saja papa sangat senang karena melihat mamamu yang cantik dan berkelas. Dia sangat anggun dan menawan, sosialita pada zamannya. Juga dikagumi oleh banyak pria. Tebak?"

"Papa adalah pria paling beruntung saat itu karena dijodohkan dengan mamamu."

Aku mendecak kesal dan tidak menyangka kenapa papa selalu mendukung perjodohan ini karena dia adalah keberhasilan perjodohan dari orangtuanya juga.

"Tapi ini sudah bukan zamannya lagi, pa." Aku masih membantah.

"Yaps. Ini sudah zaman kebebasan tapi tidak berlaku untuk dunia bisnis, Sena. Banyak pernikahan diatasnamakan sebuah kerja sama atau penyatuan. Kau hanya mengemban tugas besar dari seluruh Mitha punya untukmu. Papa mendengar kesungguhan Mitha untuk mempercayakan seluruhnya padamu."

"Ambillah kesempatan itu darinya. Karena kesempatan akan sangat sulit datang untuk kedua kalinya."

Papa mengakhiri pembicaraan kami dengan menyuruhku pergi dari ruang kerjanya.

Bahkan papaku sendiri tidak mendukungku.

Aku kebetulan melihat Mitha sudah terlihat rapi dan mengacuhkanku. Wanita itu benar-benar sombong. Dia bahkan seperti merasa orang penting sekarang ini.

Langkah kami berbarengan pergi menuruni tangga, ia ada di depanku dan aku hanya melangkah  pelan di belakangnya.

Terdengar suara ponselnya berdering dan ia mengangkat.

Tentu saja aku tidak menguping, karena suaranya sangat jelas terdengar.

Aku baik-baik saja, Axel. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.

Oh Megan, aku tidak bersamanya lagi untuk saat ini

Dan kenapa kau banyak bertanya?

Terimakasih Axel.

Baiklah, aku akan menemuimu sekarang.

Jadi berhenti hubungi aku lagi karena aku sudah menuju tempatmu

Tidak, aku tidak ingin kau menjemputku.

Tentu saja aku bisa membayar ongkos taksiku, Axel.

Mitha terhenti sejenak dan memutar badannya, melihatku masih di belakangnya.

"Sampai jumpa disana, Axel." Mitha menutup teleponnya dan tersenyum sedikit angkuh.

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang