3. Shame

2.2K 182 2
                                    


Mitha

Hampir dua bulan aku bekerja sebagai pelayan. Megan memintaku ikut untuk bekerja sebagai waitress sebuah acara pernikahan. Kami bisa mengambil pekerjaan harian ini jikalau ada acara besar. Dan ia berkata harus lebih ekstra bekerja juga hati-hati. Ini adalah pekerjaan yang terlihat mudah tetapi sangat harus sigap. Kami akan menjamu banyak tamu elit.

Akan banyak sosialita disana, juga pria-pria sukses. Maka itu, tak heran gajinya lumayan besar untuk sehari saja.

Aku memandang pintu sebuah ruangan dimana kami harus keluar masuk untuk membawa makanan yang disajikan oleh para chef dan minuman untuk para tamu.

Jantungku terasa deg-deg an. Megan meremas tanganku, paham kalau aku sedang gugup lalu mengajakku bergabung dengan para pelayan lain. Seorang kepala dapur bagian pelayan akan memberi arahan.

"Come on, everybody. Just treat them as well." seru pria itu dengan nada semangat sambil menepuk kedua tangannya.

Ini seperti waktu bertempur bagi kami. Dapur sudah mulai memanas dan para pelayan dengan setelan rapi juga profesional masuk ke dalam membawa nampan dengan minuman cocktail terbaik.

Saat aku masuk ke dalam aula besar itu. Tubuhku sedikit tersentak kaget. Megan menoleh padaku, bingung melihat keterkejutanku.

"Mitha, kenapa kau berdiam disana?"

Aku memutarkan pandanganku ke sekeliling, lalu menelan ludahku dengan gugup. Ini adalah pernikahan Lauren dan Reihan. Wanita itu sedang berjalan menuju Reihan yang menyambutnya, dan semua orang bertepuk tangan. Ada seorang MC sibuk berbicara dengan mic untuk memberi selamat pada mereka. Kebahagiaan itu terpancar di semua wajah. Aku juga melihat Sena bertepuk dengan bersama keluarganya.

"Mitha." panggil Megan, "apa yang kau lakukan?"

"Aku tidak bisa melakukan ini, Megan."

"Kau tahu apa tujuan kita bekerja. Kita harus bekerja keras dan ini cara kamu mendapatkan banyak uang."

Aku bingung bercampur rasa malu. Apa yang akan ku lakukan jikalau mereka melihatku bekerja sebagai pelayan. Mereka pasti akan mempermalukanku.

Megan berjalan ke arahku, "kau pasti bisa menghadapinya."

Dia belum tahu siapa yang aku hadapi.

"Kau wanita yang percaya diri."

Aku mengangguk paham dan segera melangkahkan kedua kaki sambil menopang nampan berat ini di tanganku.

Dengan senyuman ramah, aku melayani satu per satu tamu. Ada beberapa yang mengenalku dengan tatapan tidak percaya. Aku belum berani ke tengah aula untuk melayani tamu VIP nya. Aku meminta Megan yang mengurus mereka.

Aku menemukan seorang gadis kecil imut tengah meminta tolong padaku.

"Boleh ambilkan aku kue coklat itu, tante cantik?" tanya gadis imut bermata abu ini.

"Tentu saja." Aku mengambilkan sebuah piring kecil dan menarik tusuk yang melekat di kue tersebut lalu menyodorkannya ke gadis itu.

Dia tersenyum lebar padaku, "aku mau lagi." pintanya, memakan sepotong kue itu dengan dua suapan.

Aku menaruh berbagai jenis kue padanya sampai ada empat potong kue dengan rasa berbeda di atas piring kecil di tangannya.

"Makasih, tante." Dia tersenyum sumringah.

"Siapa namamu?" tanyaku dengan senyum.

"Alisa." jawabnya sambil mengunyah kue.

"Tante pelayan disini?" tanya Alisa dan aku mengangguk.

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang