22. Perubahan baru

2.1K 169 22
                                    



Mitha

Aku mendatangi sebuah hotel untuk menjadi tempat beristirahatku sementara. Dengan kartu kredit diberikan oleh pengacaraku sendiri, mampu membiayaiku di hotel nyaman ini.

Selesai melakukan transaksi di meja resepsionis, aku pergi menuju kamar penginapan ditemani oleh bell boy yang membawakan kunci. Aku memberikan uang tips dari dompetku dan memasuki ruangan itu.

Dengan pemandangan kota, aku sejenak merindukan tempat ini. Bahkan saat berada di rumah kediaman White, aku merasakan ada sesuatu yang hilang yaitu kemewahan. Tetapi kini, aku seolah terbiasa dengan keadaan serba sederhana. Bahkan untuk penginapan ini, aku tidak memilih standar orang kaya raya. Hanya penginapan bintang tiga atau empat.

Aku merindukan Megan. Seharusnya aku mendatanginya, tetapi aku ingin sendiri sejenak.

Teringat sesuatu, aku menghubungi Galih dan meminta bertemu dengannya.

Dan Galih memintaku datang ke kantor perusahaan mama yang selama ini tidak ku ketahui banyak.

Setelah menutup teleponnya, aku menerima pesan titik lokasi kantor mama dari Galih.

Galih mungkin perlahan memperkenalkanku pada tanggung jawabku sekarang setelah aku mengatakan sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan Sena White.

Berjam-jam melakukan perjalanan, aku merasakan tubuhku cukup lelah dan memilih istirahat di sisa waktu hari ini.

Aku memejam kedua mata dan entah mengapa rasanya aku begitu tenang disini. Tidak ada pemikiran mengenai apapun bahkan tentang Sena.

Apakah ini karena efek kelelahan atau kebosanan pada setiap masalah yang terjadi?

Mungkin saja.

Dalam hitungan detik, aku sudah tertidur pulas.

Aku terbangun seperti dipaksa membuka mata dan menemukan sinar matahari pagi cukup berusaha menganggu tidurku.

Leherku terasa berat dan aku usahakan untuk meregangkan seluruh bagian tubuhku. Setelahnya, aku memeriksa ponsel dan segera bersiap-siap untuk bertemu dengan Galih.

Berselang waktu, aku sudah selesai dengan penampilanku seadanya dan pergi mencari sebuah taksi. Meminta pada supir taksi untuk menemukan kantor mama sesuai titik lokasi yang ku tunjukkan.

Ia tahu jelas tempat itu dan langsung bergerak menuju kesana.

Setiba disana, aku melihat gedung kantor mama. Tidak besar tapi cukup elit diapit banyaknya gedung di jalan ini.

Aku memasuki tempat ini dan menemukan seorang wanita cantik dengan senyum ramah lalu bertanya,"apakah ada yang saya bisa bantu?"

"Saya cucu Hardiyanta, anak dari Alen Hardiyanta." ucapku pada wanita itu, dia setengah terkejut, seperti menahan rasa tidak percaya atau harus percaya.

"Sebentar. Akan saya hub-"

"Galih sudah tahu. Dan dimana ruangan mamaku?" tanyaku tidak sabar.

"Emm.. Maaf sebelumnya. Saya hanya ingin memastikan." Dia berusaha tidak terlihat jahat di depanku, takut saja kalau aku benar-benar anak dari Alen Hardiyanta atau akan justru disalahkan karena mengizinkan orang lain masuk.

Aku memberikan waktu padanya untuk menelepon Galih dan dia menatapku seperti merasa bersalah. Wanita itu bernama Jenata, terbaca tepat di name tag pada seragamnya.

Jenata memintaku berjalan bersamanya, menaiki sebuah lift menuju lantai tiga. Ada basement di lantai dasar untuk parkir mobil, dan kami menuju lantai teratas yaitu untuk ruangan para petinggi perusahaan yang penting. Wanita di sebelahku menjelaskan sedikit informasi mengenai kantor ini, tidak setinggi gedung kantor elit tapi cukup luas di setiap lantainya dengan banyak ruangan kerja untuk para pekerja.

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang