54 - Mantan Tapi Menikah

180K 13K 4.6K
                                    

"Pagi," sapa Ana sambil tersenyum malu-malu pada Saka. Yang dibalas laki-laki itu dengan senyuman terlampau lebar.

"Sayang, tadi malam seru banget ya," ungkap Ana dengan nada manja.

"Uhuk, uhuk," Saka terbatuk-batuk mendengarnya. "Y-ya tadi malam seru," ujar Saka kaku.

"Dih!" Ana berdecak kesal, niatnya ingin romantis jadi surut.

Perasaan Ana semakin buruk saat Ibu Mertuanya melintas dari dapur, melirik ke arah Ana sebentar dengan tajam sebelum berlalu pergi. Persis seperti penampakan yang numpang lewat.

"Gue kayak lihat setan lewat," bisik Ana pada dirinya sendiri.

Pagi pertama setelah menikah, entah kenapa Saka dan Ana merasa canggung. Saka belum terbiasa dengan status barunya, begitu juga Ana.

"Kamu masak apa?" tanya Saka basa-basi. Dia tarik kursi makan untuk dirinya.

Ana dan Saka masih tinggal di rumah keluarga Saka, besok rencananya mereka akan pindah ke apartemen lama milik Saka. Tinggal di apartemen lebih simpel jika masih berdua.

"Aku masak nasi goreng." Ana meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Saka.

"Wah, ini enak banget," puji Saka canggung.

"Enak? Tapikan belum kamu coba."

Saka merutuki kebodohannya. Dia bingung. Apa yang biasanya dibahas suami-istri pada pagi hari?

Bahas masalah ekonomi negara? Atau perkembangan kurs hari ini?

"Ayo, dicoba" suruh Ana.

Saka cicipi sendokan pertama. Lumayan. Walau sedikit asing. Kecap manisnya terlalu terasa. Sepertinya Ana terlalu lama menggoreng nasi goreng ini karena ada bulir nasi yang terasa keras. Lalu terlalu banyak minyak. Ternyata kemampuan memasak Ana tidak sehebat yang diakui perempuan itu.

"Rasanya nano-nano," ujar Saka jujur. Seketika raut wajah Ana berubah kelam.

Hidup tidak seindah sinetron memang. Biasanya si suami akan makan masakan istrinya sekalipun tidak enak.

Apa aku salah bicara? batin Saka.

Tentu saja salah, di pagi pertama menikah Saka menghina masakan istrinya. Tidak bisakah Saka berbasa-basi sedikit dengan memuji masakan Ana? Dasar si kaku.

"Ma-maksud aku enak! Ini enak. Rasanya seperti hmmm, apa ya? Rasanya seperti nasi goreng. Enak! Serius!" Saka panik dan buru-buru menghibur Ana.

"Sebenarnya selama di Singapura aku cuma belajar masak mie instan. Maksud aku, aku memang belajar  masak. Dan masakannya jadi. Tapi soal rasanya jangan ditanya," Ana menunduk.

"Itu bukan masalah. Aku cari istri, bukan tukang masak," hibur Saka.

Ana mengangkat kepalanya. Dia tatap Saka dengan tatapan berbunga-bunga.

"Saka," panggil Ana.

"Hmmm?"

"Kamu belum pernah bilang i love  you sama aku."

Saka terbatuk-batuk untuk kedua kali, beruntung nasi goreng yang sedang Saka kunyah tidak muncrat keluar.

"Itu-- aku mau ke kamar mandi," ujar Saka panik. Ugh, Saka benci kata-kata romantis, suasana romantis dan sesuatu yang romantis.

Ana cemberut. Saka kabur begitu saja. Suami yang tidak punya jiwa romantis sama sekali, ck. Senyuman Ana mengembang sinis, lihat saja, Ana akan membuat Saka mengatakan kalimat romantis itu dalam keadaan sadar.

Mantan tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang