29 - Mantan Tapi Menikah

176K 16.9K 1.9K
                                    

Keputusanku adalah mencintaimu
Entah nanti kau patahkan hatiku
Itu urusanmu.
__

"Brengsek! Lo datang dan pergi seenaknya saja!" maki Ana.

Saka berhenti.

Ana berbalik dan menatap Saka yang juga balas menatap.

"Lo kurang ajar!" Wajah Ana memerah. Emosinya meluap begitu saja. Ada bongkahan besar dalam hatinya.

Dan luapan emosi itu berubah menjadi isak tangis yang terdengar dalam. Ana meraung dengan suara tertahan, pelan namun pedih.

"Gue yang salah," isak Ana. Harga diri yang ia pegang teguh kini tak ada lagi.

"Saka," Ana meracau diantara tangisannya. Mencari-cari sisa kebahagiaan yang mungkin masih ada.

Ana mengusap kasar air matanya yang jatuh. Berulang kali ia lakukan itu, membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

Detik berikutnya Ana merasakan tubuh hangat mendekapnya. Membuat nyawa Ana untuk sesaat hilang di awang-awang.

Ana terpaku dan coba meyakini bahwa yang mendekapnya kini bukanlah Saka. Tapi ini memang Saka. Tidak, ini bukan mimpi. Ini nyata. Dan ini Saka.

Ana merasakan usapan lembut di punggungnya. Bersama dengan gerak tangan itu kesedihan Ana seolah hilang untuk sesaat.

"Maaf," suara Saka mengalun pelan.

Dengan kaku Saka melepas Ana, namun tidak sepenuhnya ia biarkan perempuan itu menjauh. Saka letakkan kedua tangannya di bahu Ana.

"Maaf karena saya terlalu keras pada Anda karena itu memang tindakan yang benar. Tapi saya tidak bisa mendengar tangisan Anda lebih jauh lagi," ungkapnya.

Ana membalas tatapan Saka, kedua bola mata laki-laki tetap saja tajam. Ada banyak hal yang tidak dapat Ana baca di sana.

"Saka," cicit Ana.

"Setidaknya kini akhiri semua ini dengan cara baik-baik," Saka mengusap bahu Ana.

"Saya sudah memaafkan Anda sejak lama. Tidak ada niat saya untuk menyakiti. Dan tidak juga untuk kembali," lanjut Saka tenang.

"Kita jalan sendiri-sendiri. Saya tidak punya hak untuk menghakimi Anda. Semua yang saya katakan di kantor separuhnya benar, dan separuhnya lagi keterpaksaan. Ajang balas sakit hati tidak ada sama sekali," Saka menjeda.

"Tapi tentang Maria, saya memang lebih memilih dia."

Air mata Ana jatuh.

"Anda harus bahagia. Tidak ada yang namanya karma atas perbuatan Anda di masa lalu. Karena saya tidak pernah mengharapkan hal buruk pada seseorang yang saya--" Saka memilih untuk tidak mengucapkan kata berikutnya.

Isakan Ana kembali terdengar pelan. Sudut hatinya terasa nyeri mendengar ucapan Saka, laki-laki itu seolah mengucapkan kata selamat tinggal. Mungkin ini akhir kisah mereka.

"Masa lalu berakhir sampai di sini. Tidak ada yang namanya dendam. Saya adalah Saka. Dan Anda adalah sekretaris saya. Kini kita hanya sebatas itu," Saka menepuk bahu kiri Ana, kemudian dia menjauhkan tangannya.

"Ya," ujar Ana keluh. Kenapa terasa sangat sulit?

"Kalau butuh bantuan saya jangan sungkan. Misalnya masalah pekerjaan dan urusan kantor," Saka tersenyum tipis.

Ana mengangguk saja. Ia usap matanya pelan sambil terisak. "Semoga lo bahagia sama Maria. Kalian memang cocok. Dia perempuan yang baik."

"Ya, saja tahu itu. Dia memang baik."

Mantan tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang