Sesungguhnya hati tahu bagaimana cara menyembuhkan setiap luka. Hati tahu bagaimana cara memaafkan setiap kesalahan. Hanya saja, ego sangat pandai membuatnya semakin rumit. Membuat dendam tidak pernah padam, dan kebencian tidak kunjung hilang.
Mungkin itu yang saat ini Saka rasakan.
"Kita pergi." Saka berbalik.
Untuk kesekian kalinya dia berjalan ke arah yang berbeda dengan Ana. Dan dengan bodohnya Ana melangkah di belakang laki-laki itu agar langkah mereka tetap seiring.
"Mbak, tolong siapkan mie instan rasa soto satu box," kata Saka pada seorang pramuniaga yang berdiri tidak jauh darinya.
"Baik, Pak," tanggapnya dengan sigap. Dia tersenyum formal pada Saka dan berlalu untuk menyiapkan pesanan Saka.
Ana melirik Saka sebentar, ternyata laki-laki itu juga sedang melihat padanya.
"Itu untuk balas budi saya," ujar Saka dingin.
"Ini benar-benar rumit. Kalau begini terus, apa sebaiknya saya mengundurkan diri?" tanya Ana.
"Silakan," Saka berbalik. Berjalan menuju kasir.
"Seenggaknya kamu jangan bersikap dingin," Ana coba bersikap lunak untuk menghadapi Saka.
"Saya tidak harus melakukan itu!" tegasnya.
Ana lagi-lagi menghela napas berat, membersihkan sisa air matanya dengan kasar. Ana mengikuti langkah panjang Saka, namun pada gerakan ke lima tiba-tiba Saka berhenti. Membuat Ana juga tidak melanjutkan langkah. Ana merasakan punggung Saka mendadak tegang dan terlihat kaku. Ana maju beberapa langkah, membuat ia berdiri di sisi laki-laki itu.
"Apa lagi sekarang?" Ana mempertanyakan tingkah Saka.
Laki-laki itu tampak menatap lurus ke satu arah. Ana mengikuti arah pandang Saka, dan respons yang Ana berikan juga tidak jauh berbeda dari Saka. Membeku dengan kinerja otak yang mendadak melambat, dunia Ana berhenti di sini. Orang-orang yang berada di sekitar super market mendadak buram, fokus Ana tertuju pada satu sosok yang berdiri di dekat pintu masuk yang terbuat dari kaca bening.
"Bayu," Ana mengumamkan nama yang selalu membekas di hatinya.
Benar, laki-laki itu adalah Bayu. Sosok itu nyata. Seseorang yang telah lama menghilang. Seseorang yang namanya selalu berusaha Ana enyahkan dari dalam ingatannya. Dan seseorang yang dulu berhasil membuat Ana mengkhianati Saka. Dia adalah Bayu Aditama.
Laki-laki itu mengambil langkah mendekati Ana dan Saka. Setiap gerakan kakinya tidak luput dari pengawasan. Suara tapak sepatu hitamnya yang beradu dengan lantai seolah menggema keras dalam indra dengar Ana dan Saka.
"Eh?" Ana tersentak ketika merasakan sesuatu yang hangat di telapak tangan kirinya. Ia menoleh, menatap tangannya yang kini digenggam oleh Saka secara mendadak.
Tubuh Ana meremang tidak menentu. Ia beralih menatap Saka yang tanpa ekspresi. Mata Saka tertuju pada sosok Bayu, sementara tangannya menggenggam tangan Ana.
"Hai," suara Bayu mengudara lugas. Layaknya teman lama yang lama tidak bersua.
Dan Ana merasakan genggaman Saka semakin mengetat.
"Apa kabar?" tanya Bayu.
Ana tidak habis pikir bagaimana Bayu masih memiliki pikiran untuk menanyai kabar setelah apa yang terjadi di masa lalu. Mereka punya hubungan yang begitu rumit.
Saka menarik satu ujung bibirnya. "Lo?"
"Saka?" Bayu membalas dengan nada ringan.
Rasanya Ana ingin segera menemui Tata saat ini juga. Meminta solusi terbaik dari temannya itu yang tahu tragedi percintaan Ana semasa kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...