Susah-susah move on dari mantan
Eh, ujung-ujungnya nikah.
_____________________Berulang kali Ana melirik angka yang menunjukkan jam di sudut layar komputernya. Hampir jam lima sore dan sebentar lagi jam pulang kantor. Lalu Ana mengalihkan pandangan pada pintu ruangan Saka yang tertutup rapat.
Ana menghela napas kasar. Dia gusar dan tidak tenang. Saka tidak kembali ke kantor sejak makan siang tadi. Laki-laki itu benar-benar meminta Ana mengosongkan jadwal dan pergi karena urusan pribadi. Tidak ada yang salah dengan hal itu, Saka bosnya dan terserah mau berbuat seperti apa. Tapi Ana merasa tidak senang.
Cih, dia benar-benar nggak profesional. Membatalkan semua jadwal dan pergi ketemuan sama cewek lain, dumel Ana dalam hati.
Tangan Ana bergerak mematikan komputer. Merapikan beberapa berkas dan memilih untuk melanjutkan pekerjaan besok hari. Sebaiknya Ana segera pulang. Untuk apa dia menunggu Saka kembali ke kantor? Laki-laki itu pasti sedang bersenang-senang dengan kenalannya.
Ana rogoh tas tangannya yang berwarna hitam, ia keluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang. "Halo, ayo kita bersenang-senang sore ini!"
Ana matikan sambungan teleponnya. Sekali lagi dia menatap pintu ruangan Saka sebelum melangkah pergi. Memangnya Saka saja yang bisa pergi bersenang-senang? Ana juga bisa.
"Lain kali jangan ajak gue senang-senang. Ke mana-mana berdua bareng lo bikin gue kelihatan ngenes sebagai jomblo," ujar Tata kesal.
Ya, orang yang Ana percaya untuk diajak bersenang-senang saat sedang galau hanya Tata. Satu-satunya teman yang bertahan sejak jaman kuliah. Tata sudah mengetahui banyak cerita Ana, membuat Ana nyaman karena tidak perlu menjelaskan lagi tentang dirinya pada Tata.
"Perasaan gue lagi galau, Ta. Si Saka nggak balik ke kantor sejak tadi siang buat ketemuan sama cewek," Chaca meraih kentang goreng yang ada di atas meja kafe.
"Gerah hati lo?" Tata mengejek.
"Ditambah lagi sikap mama-- maksud gue tante Leni yang berubah seratus delapan puluh derajat."
Tata kaget, "lo ketemu sama nyokap Saka?"
"Tadi beliau datang ke kantor. Kayaknya sih mau ngejodoh-jodohin Saka sama anak temannya," Ana menceritakan kejadian tadi pagi pada Tata. Saat dia melihat ibu Saka menyodorkan foto seorang perempuan pada Saka.
"Lo galau karena Saka lagi pendekatan sama cewek lain?" tanya Tata.
Ana menghela napas kasar. "Entahlah, Ta. Entah gue sebal karena Saka dijodohin atau karena gue takut Saka nanti lebih bahagia dari pada gue. Lo tahu sendirikan gue kalah segalanya dari Saka, terutama soal karir. Gue nggak mau ada perasaan menyesal karena udah nyakitin dia."
"Dengki banget lo! Nggak akan lo dapat ketenangan kalau sumber amarah itu ada dalam diri lo sendiri," cibir Tata.
Yang hanya Ana tanggapi dengan helaan napas berat.
"Makanya kalau punya cowok baik itu jangan disia-siakan! Dulu gue sering ingatkan lo buat jangan main api di belakang Saka. Kena karma lo sekarang! Hidup itu lurus-lurus ajalah," Tata mengomel kesal ketika mengingat kebodohan Ana dulu.
"Lo ngomong kesannya kayak gue ini gagal move on. Gue kan bilang cuma nggak mau nantinya ada rasa penyesalan yang besar," debat Ana tidak terima.
"Lo aja yang dulunya ganjen!"
Ana menarik lembar tisu dari kotak tisu yang ada di atas meja. Dia lempar pada Tata, yang sayangnya meleset.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...