Susah-susah move on dari mantan
Eh, ujung-ujungnya nikah.
____________________"Pagi, Intan," sapa Ana ketika melewati meja resepsionis.
"Mowning," balas Intan.
Ini hari kesembilan Ana bekerja di kantor properti milik Saka. Waktu berlalu dengan begitu cepat. Ana lanjut melangkah ringan menuju lift, kakinya bergerak cepat saat melihat pintu lift akan tertutup. Tidak ingin tertinggal Ana mengubah langkahnya menjadi berlari kecil.
"Tunggu!" Dan Ana berhasil masuk ke dalam kotal kecil itu.
Mata Ana membola melihat siapa yang ada di dalam lift. Ekspersi Ana berubah pias, ia tundukkan wajanya dalam-dalam tidak berani menatap. Mendadak Ana merasa gugup dan takut.
"Kamu Diana? Ana, bukan?" suara yang sudah lama tidak Ana dengar.
"I-iya," jawab Ana ragu.
Indra dengar Ana menangkap decakan sinis. Wanita yang tampak anggun itu tertawa hambar, kecantikannya tidak pudar walau sudah berusia setengah abad lebih.
"Mau apa kamu ke sini?" tanyanya, dia ibu Saka.
"Aku kerja di sini, Ma, maksud aku Tante," Ana menggigit bibir bawahnya, Ana benar-benar cemas.
"Kerja di sini? Kamu?" suara ibu Saka terdengar penuh amarah.
Jika bercerita tentang dulu, ibu Saka begitu sayang pada Ana. Menganggap Ana sebagai putrinya sendiri. Setiap kali Ana datang berkunjung ke rumah Saka dia selalu disambut hangat oleh ibu Saka dan seluruh keluarga. Bahkan dulu Ana dan ibu Saka sering berbelanja bersama.
Wanita itu menghela napas berat, dan setelah itu ibu Saka tidak menatap pada Ana lagi. Hingga keluar dari lift ibu Saka tidak lagi berbasa-basi. Wanita itu melangkah lebar menuju ruangan putranya.
Ana tahu ibu Saka begitu membecinya. Ana pantas mendapatkan itu.
"Saka," ibu Saka membuka pintu ruang Saka dengan keras. Sebelum menutup pintu itu, ia melihat Ana yang baru tiba di meja sekretaris. Ibu Saka berdecak.
"Apa-apaan kamu?! Kenapa perempuan itu ada di sini?" hardik ibu Saka marah.
Saka bangun dari kursinya, mengerutkan kening coba memahami kemarahan ibunya. Hingga beberapa detik Saka baru paham.
"Oh, Ana? Dia karyawan Saka. Tidak lebih," Saka berjalan menuju satu set sofa yang terletak di sudut ruangan.
"Mama nggak suka dia ada di sini. Apa segitu frustasinya kamu karena dia sampai --"
"Ma," Saka memotong perkataan ibunya. "Saka nggak ada maksud apapun. Dia memenuhi semua kualifikasi yang ada untuk kerja di sini. Saka harus bersikap profesional dong."
Ibu Saka menghela napas. Dia mengambil tempat duduk di sofa panjang, tas jinjingnya ia letakkan sembarang di atas meja.
"Tumben Mama pagi-pagi datang ke sini," Saka mengalihkan topik.
"Kamu udah tiga hari nggak pulang ke rumah! Ke mana aja kamu?"
"Saka tidur di apartemen, Ma. Lagi banyak kerjaan. Kejauhan kalau pulang ke rumah," Saka meminta pengertian.
"Mama takut kamu nggak keurus kalau tinggal sendiri. Mama pengen ada seseorang yang mengurus kamu."
Ah, Saka tahu arah pembicaraan ini.
"Teman Mama ada yang punya anak perempuan cantik. Mama udah pernah ketemu. Dia baik, sopan, ramah dan berpendidikan," ibu Saka meraih tasnya. Mengeluarkan selembar foto perempuan cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Novela JuvenilHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...