Capek-capek move on dari mantan
Eh, ujung-ujungnya nikah.
_____"Kenapa Anda di sini?" tanya Saka dengan pandangan bertanya.
Ada yang berbeda pagi ini dengan suasana kantor. Kursi yang biasa Ana duduki diisi oleh seorang karyawati berpenampilan modis.
Di mana Ana?
Karyawati bernama Mitha itu berdiri dari posisi duduknya, ia tersenyum formal pada Saka. "Sekretaris Bapak tidak masuk kantor hari ini. Beliau izin karena kurang enak badan, Pak. Saya yang akan menggantikannya hari ini."
Saka tidak menyahut perkataan karyawati itu. Dengan langkah panjang Saka memasuki ruangannya. Kemarin saat makan siang bersama, Ana terlihat baik-baik saja. Kenapa hari ini bisa sakit?
Apa dia salah makan?
Apa dia terlalu lelah?
Apa sakitnya parah?
Hei, untuk apa Saka memikirkan hal itu? Semua ini jelas bukan urusan Saka. Tapi dia kepikiran.
"Membuat khawatir saja," decak Saka sambil membuka dokumen yang kemarin sore belum selesai ia periksa.
Dokumen itu berisi kontrak dengan salah satu stasiun TV lokal yang ada di Bali. Kontrak yang membuat Saka marah saat terakhir kali rapat dengan bagian marketing.
Kontrak itu terlihat tidak menarik di mata Saka. Memikirkan Ana jauh lebih menarik saat ini. Eh?
Saka menghempaskan dokumen tersebut. Fokusnya buyar.
"Baiklah, sudah saya coba untuk tidak peduli. Tapi tidak bisa," maki Saka pelan pada dirinya sendiri. Ia raih kunci mobilnya dan bergegas pergi.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Mitha saat Saka keluar dari ruangan.
Saka tatap sekretaris pengganti Ana tersebut dengan pandangan gusar. "Tolong minta OB untuk membelikan buah."
"Buah? Baik, Pak."
"Ah, sekalian dengan roti tawar."
"Ro--"
"Dengan selai rasa coklat. Dia sangat suka rasa coklat."
Mitha menatap Saka dengan alis terangkat. Dia siapa? Pikir Mitha.
"Belikan juga vitamin," tambah Saka.
"Baik. Siapa yang sedang sakit, Pak? Apa Pak Saka akan menjenguk Ibu Maria? Pak Saka perhatian sekali," Mitha memuji dengan nada sopan.
"Tentu saja bukan!" sambar Saka cepat. "Saya akan menjenguk--"
Saka tidak melanjutkan kalimatnya. Hei, dia tidak perlu menjelaskan hal ini bukan pada bawahannya. Terserah Saka ingin menjenguk siapapun.
"Cepat lakukan perintah saya!" titah Saka.
"Baik, Pak. Akan saya lakukan sesuai perintah. Buah, vitamin, roti tawar dan selai rasa coklat." Mitha segera meraih gagang telepon.
"Tidak perlu!"
Perkataan Saka menghentikan gerakan Mitha yang akan meletakkan gagang telepon ke telinganya. Karyawati itu menatap Saka bingung.
"Tidak jadi, Pak?" tanyanya.
"Biar saya yang lakukan sendiri." Saka bergegas pergi meninggalkan si sekretaris pengganti.
"Hah? Maksudnya Pak Saka yang akan beli buahnya sendiri atau bagaimana?" tanya Mitha pada udara sekitar. Saka sudah pergi jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...