Sepulang kerja Saka masuk dengan tergesah ke dalam rumah yang ia tempati bersama Ana. Ibu Saka tiba-tiba datang berkunjung sore ini, dan kebetulan Ana sedang tidak ada di rumah.
"Ma," panggil Saka halus.
Ibu Saka menunggu di kursi teras. Dengan cepat Saka buka pintu rumah. Saka mencoba untuk terlihat santai kala memasuki rumah. Dia letakkan tas kerjanya di atas meja ruang tamu.
Ibu Saka menatap Sang Putra dengan tatapan dalam. "Di mana istri kamu?"
"Ana pergi keluar dengan temamnya," jawab Saka apa adanya. Siang tadi Ana meminta izin keluar dengan Tata melalui chat.
"Keluar? Apa perempuan itu sering keluar rumah dan mengabaikan kamu yang baru pulang kerja?" selidik Ibu Saka.
"Ana berhak mendapatkan kebebasan, Ma. Menikah bukan berarti mengekang dia," jawab Saka bijak.
Terdengar decakan sinis dari bibir Ibu Saka. "Jangan letakkan semua kepercayaan kamu pada perempuan yang pernah berkhianat kalau kamu tidak ingin sakit hati."
Saka seolah tertampar dengan perkataan ibunya. Sialnya lagi Saka sudah meletakkan semua kepercayaannya pada Ana.
"Kamu bersih-bersih. Biar Mama siapkan makanan. Apa Ana masak tadi pagi? Mama panaskan saja supaya praktis."
Saka terdiam karena Ana tidak memasak pagi ini. Saka bahkan sarapan di kantor. Tadi pagi Ana terlambat bangun jadi tidak sempat memasak dan harus berangkat kerja.
"Ana masak. Dan makanannya sudah habis, Ma," bohong Saka untuk menghindari kritikan pedas ibunya.
"Mama masakkan nasi goreng dan siapkan teh hangat untuk kamu." Ibu Saka membawa langkahnya menuju dapur. Saka mengikuti dari belakang.
Decakan sinis terdengar dari bibir wanita berusia setengah abad itu kala ia membuka pintu lemari pendingin. Tidak ada bahan makanan dalam lemari pendingin milik Saka. Hanya terdapat beberapa cemilan dan minuman kaleng di sana.
Ibu Saka ragu bahwa anaknya di urus dengan baik oleh Ana. Emosi beliau meluap entah kenapa. Dengan keras ia tutup pintu lemari pendingin itu.
"Apa perempuan itu becus ngurus kamu, Saka?!"
"Ma, Ana selalu melakukan yang terbaik."
"Terbaik apanya? Mama bukan orang bodoh! Dari keadaan yang ada Mama tahu dia bukan istri yang baik," debat Ibu Saka.
Saka diam karena malas berdebat dengan ibunya. Saka lebih memilih mengambil segelas air dan ia teguk hingga tandas. Kepala Saka mendadak sakit.
"Saka, Mama melakukan ini karena peduli sama kamu. Jangan terlalu lembek pada perempuan itu. Ajari dia tentang tanggungjawabnya. Setidaknya dia harus ada di rumah untuk menyambut suaminya pulang bekerja. Setidaknya dia harus memperhatikan makanan suaminya."
Setelah menikah dengan Ana bukan berarti Saka tidak menilai semua tentang Ana.
Selama ini Ana selalu berusaha melakukan yang terbaik. Mulai dari memasak hingga bersih-bersih rumah. Walau masakan Ana tidak enak. Walau Ana suka mengeluh lelah ketika membersihkan rumah.
Saka tahu Ana belum sepenuhnya terbiasa dengan status sebagai seorang istri walau sudah menikah sekian lama.
"Ana butuh waktu, Ma," bela Saka.
Ibu Saka menarik satu ujung bibirnya dan menciptakan senyuman sinis. "Kita lihat sampai di mana batas sabar kamu."
"Bukan sabar namanya jika masih memiliki batas," sahut Saka.
"Mama nggak sabar menanti waktu dimana kamu sendiri yang akan minta lepas dari perempuan itu."
"Itu nggak akan pernah terjadi, Ma."
Keduanya mengakhiri perdebatan kecil itu sebelum berujung pada pertengkaran. Saka memilih pergi meninggalkan dapur untuk bersih-bersih. Hingga Ibu Saka pulang, keduanya tidak mengungkit lagi perihal Ana.
Jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam. Hari semakin gelap dan langit semakin pekat. Saka gundah sebab Ana belum juga pulang. Pesan singkat yang Saka kirim tidak mendapat balasan. Saka khawatir.
Untuk kesekian kalinya Saka coba menghubungi Ana. Dan akhirnya perempuan itu menjawab telepon Saka.
"Kamu di mana?" tanya Saka pada intinya. Terdengar suara berisik dari seberang sana.
"Apa?" Ana jawab dengan berteriak, perempuan itu tidak mendengar jelas apa yang Saka katakan.
"Ana, kamu di mana?" Saka menaikkan suaranya.
"Aku lagi sama Tata. Kami karokean."
Entahlah, jawaban Ana membuat Saka merasa tidak senang.
"Cepat pulang!" Saka mengakhiri sambungan telponnya begitu saja.
Mungkin ini efek pembicaraan tadi sore dengan ibunya. Perasaan Saka berubah menjadi tidak karuan.
Oh ayolah, Ana tidak mungkin melakukan sesuatu yang aneh di luar sana. Ana sedang bersama Tata saat ini.
Tbc
Versi WP nya cuma ada segini ya 😉
Yang mau tau kelanjutannya langsung ada pesan novel MTMSudah ikut PO novel MTM?
Ayo buruan check out hari ini sebelum kehabisan 😘
Aku mau kasih bocoran di extra part book kalian bakal ketemu si kembar anak dari Saka-Ana
🚫 DAN EXTRA PART BOOK CUMA ADA SELAMA PO 🛇
Satu kata untuk Ana 👉
Satu kata untuk Saka 👉
Dua kata untuk Ibu Saka 👉
Tim extra part 👉
Tim sequel 👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...