50 - Mantan Tapi Menikah

134K 13.3K 4.4K
                                    

"Ma, demi Saka," kata Saka untuk kesekian kalinya. Membujuk ibunya untuk ikut ke rumah Ana sangat tidak mudah.

Besok pagi Ana akan tiba di Indonesia. Sementara hari ini Saka berencana untuk berangkat ke kampung Ana terlebih dahulu, orangtuanya akan menyusul esok hari. Itu pun kalau ibu Saka ingin ikut. Saka ingin mempersiapkan sesuatu yang romantis untuk Ana.

"Mama malas pergi ke luar kota," balas Ibu Saka tak peduli.

"Besok Mama berangkat sama Papa. Biar aku siapkan semua keperluan di sana mulai dari tiket pesawat dan hotel," Saka menjelaskan dengan tenang.

Ibu Saka tidak menyahut.

"Saka, kamu siapakan saja semua keperluanmu. Biar Papa yang bicara dengan Mama," selah Ayah Saka.

Ibu Saka mendelik kesal pada suaminya yang berpihak pada Saka. Suasana di ruang tamu keluarga mereka semakin tegang.

"Mama nggak mau ikut campur urusan Saka dan Ana. Kalau mereka mau nikah, ya sudah nikah sana! Jangan libatkan Mama," ujar Ibu Saka tajam.

"Tapi aku mau Mama terlibat," debat Saka. Dia tatap ibunya dengan dalam.

"Ini bukan demi siapa-siapa, Ma. Ini demi aku, putra Mama sendiri. Aku mau bahagia dengan Ana tanpa melupakan Mama," Saka berujar serius.

Ekspresi Ibu Saka belum melunak.

"Doa seorang ibu tetap yang terpenting, Ma. Jangan biarkan aku kehilangan doa itu."

Ibu Saka menghela napas kasar. "Dasar keras kepala! Kalau nanti kamu nggak bahagia sama perempuan itu, jangan salahkan siapa-siapa. Ini kemauan kamu sendiri. Iya, Mama besok akan ikut, tapi jangan berharap banyak dari Mama. Hanya sekedar hadir saja. Tidak lebih!"

Senyuman Saka menggembang lebar. Ibunya mau datang sudah lebih dari cukup.

"Biar Papa yang siapkan semua dari sini, dan kamu amankan semua urusan di tempat Ana. Mulai dari oleh-oleh untuk keluarga Ana sampai acara pertemuan secara resmi." Ayah Saka coba untuk membesarkan hati putranya.

Saka mengangguk dengan haru. "Iya, Pa."

"Sana siap-siap. Nanti kamu ketinggalan pesawat. Belum lagi kamu mau mempersiapkan kejutan untuk Ana," Ayah Saka tersenyum hangat pada putranya.

Saka tertawa ringan. Dia berencana akan melamar Ana secara pribadi dengan lebih baik sebelum acara temu keluarga. Saka teringat terakhir kali ia memberikan Ana cincin dengan sangat tidak romantis, mana Ana pasang cincin sendiri lagi.

Saka bergegas menuju kamar dan mengemas keperluan seperlunya. Tidak lupa dia mengirim pesan singkat pada Ana, memberi kabar bahwa ibunya ikut datang ke rumah orangtua Ana.

Sebelumnya Saka tidak pernah sebahagia ini. Bahkan senyuman tidak luntur dari bibirnya sepanjang mengepak pakaian dan menyusunnya ke dalam koper.

Malam harinya Saka baru tiba di tempat Ana di lahirkan. Ia menyimpan barangnya ke hotel dan bersih-bersih. Baru kemudian Saka pergi ke rumah orangtua Ana. Malam ini dia akan menginap di sana untuk menyambut Ana besok pagi tanpa terlambat.

"Nak Saka, lebih baik istirahat terlebih dahulu," Ayah Ana mendatangi Saka di ruang tamu.

Saka yang sejak tadi sibuk sendiri menoleh. Saat ini dia sedang mempersiapkan kejutan untuk Ana. Saka menulis perasaannya untuk Ana di kertas oragami, kemudian melipatnya menjadi bentuk burung dan di masukkan ke dalam satu toples kaca besar. Saka kurang pandai dalam hal mengungkapkan kata romantis, menyampaikan rasa untuk Ana lewat tulisan adalah jalan terbaik.

"Mau Om bantu?" tawar Ayah Ana.

"Ini perasaan Saka untuk Ana, kalau Om yang nulis itu bisa beda cerita." Saka tertawa ringan hingga kedua matanya menyipit.

Mantan tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang