Setiap kali ku buka hati, sakit yang kurasa.
--Saka--
_____"Kenapa tadi nggak datang ke taman?"
Ana tersenyum samar sebab menggunakan kata kamu-kamuan dengan Saka. Jadi ingat masa lalu.
"Tadi saya hampir aja ketahuan sama Mama, jadi saya harus buat alasan yang masuk akal supaya Mama nggak bikin kacau. Makanya saya minta Bayu untuk susul kamu ke taman," Saka menjawab pertanyaan Ana.
"Ternyata si Bayu ada gunanya juga," lanjut Saka.
Ana berdecih mendengarnya.
Sementara itu Bayu dan Tata mereka tinggalkan begitu saja di lorong apartemen Ana. Tadi Saka menarik Ana pergi tanpa mengindahkan Bayu dan Tata, keduanya seolah tak kasat mata di mata Saka.
Maklum saja, namanya juga sedang kasmaran. Dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak.
"Aku kira kamu nggak datang."
Saka menghentikan langkah, Saka lepaskan genggamannya sebentar pada koper yang ia tarik. Kemudian tangan itu ia gunakan untuk mengusap puncak kepala Ana.
"Aku nggak sepengecut itu," ujar Saka diiringi senyuman. Saka merasa lega sekali berada di sisi Ana.
"Ayo, kita harus cepat. Saya ambil tiket ke penerbangan terakhir ke Batam. Saya punya kenalan di sana."
"Tapi aku mau ke Aceh," sanggah Ana.
"Aceh?"
"Kamu... mau ikut?" tawar Ana ragu.
Saka mengangguk cepat. "Ya, Aceh juga boleh. Kita tinggal di sana beberapa waktu. Setelah itu saya punya rencana untuk ngumpetin kamu di Singapura sampai keadaan aman."
"Dih, emangnya aku barang," Ana memukul lengan Saka.
Saka tertawa ringan, tampan sekali. "Sakit," rajuknya.
Dan Ana merasa semua ini seperti mimpi. Rasanya seperti tidak nyata dapat berbagi tawa dengan Saka.
Saka kembali mengenggam tangan Ana. Mereka menelusuri lobi apartemen untuk mencapai pintu utama gedung.
"Saya sudah pesan taksi."
Ana mencerna kalimat Saka dengan debaran jantung yang keras.
"Itu taksinya." Saka lepas genggamannya pada Ana. Tangan Saka mengambil alih koper milik Ana, kini kedua tangan laki-laki itu menarik koper Ana dan kopernya sendiri.
"Ayo," ajak Saka terburu-buru. Seolah dia dikejar oleh waktu.
Ana tarik kedua sudut bibirnya. Saka-nya tidak ingkar janji.
"Saka! Kamu benar-benar nekat!"
Bagai petir di siang bolong, suara Maria mengusik semua mimpi indah Ana.
Ana menoleh, begitu juga dengan Saka. Sosok Maria muncul dengan angkuh bersama adiknya dan seorang laki-laki lain yang tidak Ana kenali.
"Dia perempuan yang aku lihat di kafe sore tadi, Kak," kata Julia, dia adik dari Maria.
"Jangan terbawa emosi, Maria! Main cantik saja. Ingat nama baik kamu," laki-laki yang memperingati Maria ini adalah manager-nya, Mas Tomo biasanya ia dipanggil.
"Kalian berdua benar-benar nggak punya hati!" pekik Maria emosi, membuat mereka kini menjadi tontonan orang-orang sekitar.
Tubuh Ana gemetar ketakutan mendapati banyak orang menatapnya dengan pandangan menghakimi. Kamera ponsel mengarah padanya, Ana tidak siap dengan semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...