Kini kita hanya dua orang asing yang sengaja Tuhan pertemukan kembali.
---"High hells siapa ini?" Ibu Saka bertanya dengan kerutan di kening. High hells yang luput dari pandangan beliau saat masuk tadi.
Saka terdiam.
"Dia ada di kamar mandi, Tante," jawab Maria singkat.
Kerutan pada kening Ibu Saka semakin bertambah. "Dia siapa?"
Untuk sesaat Ibu Saka tidak paham dia siapa yang Maria maksud. Hingga detik berikutnya Ibu Saka mengerti, buru-buru beliau mengambil langkah menuju kamar mandi.
"Ma," panggil Saka dengan nada frustasi.
Ibu Saka membuka pintu kamar mandi dengar kasar. Matanya menajam mendapati Ana di dalam. Ana terkejut bukan main melihat Ibu Saka, dia takut.
"Ma," Saka menarik pergelangan tangan ibunya, namun dihempaskan kasar.
"Kamu ngapain di sini?! Nggak punya rasa malu kamu?! KAMU NGGAK PUNYA RASA MALU SEBAGAI PEREMPUAN?!" bentak Ibu Saka.
Ana yang belum siap dengan situasi ini hanya dapat memandang bingung. Ada sorot takut pada dua bola matanya.
"Sebaiknya Anda pulang," pintah Saka pada Ana.
Kaki Ana gemetaran dengan sudut mata berair dan air mata itu jatuh tanpa diminta. Tidak ada pembelaan yang mampu Ana berikan, harga dirinya sudah tidak ada lagi.
"Nggak tahu diri!" maki Ibu Saka. Entah kenapa emosinya tidak dapat terkontrol jika berhadapan dengan perempuan yang pernah mengkhianati putranya ini.
"Ma, aku yang minta Ana datang," sela Saka.
"Diam kamu!" Ibu Saka tidak ingin mendengar pembelaan apapun dari Saka atas perempuan ini.
"Saka akan menikah sebentar lagi. Jadi tolong, tolong jauhi anak saya! Kamu masih punya harga diri, bukan?!"
Ana menunduk dalam sambil terisak kecil.
"Sini kamu!" Ibu Saka menarik lengan baju Ana. Membawa paksa perempuan itu agar mengikuti langkahnya, membuat Ana berjalan terseok.
"Mama," Saka coba menghalau. Usahanya sia-sia kalah sang ibu memberi tatapan tajam dan kecewa disaat bersamaan.
Saka tidak bisa melakukan lebih mengingat yang berbuat kasar adalah ibunya sendiri. Saka dilema antara ibu atau Ana.
"Dasar nggak tahu malu kamu!" Ibu Saka mendorong Ana saat sampai di lorong. Membuat perempuan itu hampir jatuh jika tidak dapat menyeimbangkan tubuh.
"Maaa, udah!" Saka memohon untuk berhenti menghakimi Ana.
"Jangan pernah muncul di hadapan saya lagi. Dan jangan pernah mengharapkan lebih dari anak saya!" Ibu Saka memekik dengan nada tajam.
"Tidak tahu malu!"
"Munafik kamu!"
"Kasihan laki-laki yang berjodoh denganmu!"
Ibu Saka memaki-maki. Tatapan sinis yang ditujukan padanya membuat nyali Ana tidak tersisa. Yang tersisa hanya rasa malu. Hanya itu yang Ana miliki saat ini.
"Cih," Ibu Saka berdecih dan masuk ke dalam unit. Menyisakan Ana, Saka dan Maria.
Sungguh Saka tidak tahu harus mengambil sikap seperti apa.
Ana membersihkan air matanya kasar. Dengan sisa harga diri yang Ana miliki ia berbalik dan melangkah pergi menuju unitnya sendiri.
"Tunggu!" Ibu Saka kembali keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionHarga diri Ana jatuh pada titik terendah. Ana harus menerima kenyataan bahwa kantor baru tempatnya bekerja dipimpin oleh sang mantan. Jika hanya sekedar mantan tidak masalah, namun dia adalah sosok mantan yang pernah Ana khianati dulu. Dia adalah Sa...