24 - Mantan tapi Menikah

180K 17.1K 2.2K
                                    

Capek-capek move on dari mantan
Eh, ujung-ujungnya nikah.
_____

"Iya, sebentar."

Ana berjalan malas ke arah pintu. Ia membuka pintu masuk dengan ogah-ogahan. Siapa yang berani bertamu dan menganggu jam istirahat Ana?

Walau malam memang belum terlalu dalam, tapi ini sungguh mengganggu.

"Ada apa?" tanya Ana melihat Saka berdiri di balik pintu yang ia buka.

Saka berdehem, "bola lampu di kamar saya mati. Anda punya bohlam?
Kualitas apartemen di sini benar-benar mengecewakan."

Ana mencibir. "Siapa suruh pindah kemari? Tunggu sebentar," jawab Ana. Kemudian dia masuk ke dalam, tak berapa lama kembali dengan bola lampu.

"Ini."

"Ya, ini bohlam yang saya maksud." Kemudian Saka berbalik dan memasuki unitnya sendiri.

Ana menatap tidak percaya dengan gaya songong Saka. "Iya, sama-sama!"

Ana kembali masuk ke dalam unitnya. Bertetangga dengan Saka sepertinya bukan hal baik. Hari-hari Ana akan dipenuhi dengan laki-laki itu. Walau diam-diam Ana harus mengakui bahwa dia senang.

Lima menit Ana duduk di sofa ruang tamu sambil bermain ponsel, bel apartementnya kembali berbunyi. Kemudian pintu digedor dengan tidak sabar.

"Ya Tuhan, siapa lagi ini?" decak Ana. Ia buka pintu dan kembali mendapati Saka.

"Begini, boleh saya pinjam sesuatu?"

Ana bengong untuk sesaat.

"Boleh saya pinjam sendal rumah Anda?"

"Huh?" Ana refleks melihat ke arah bawah, tepat pada kaki Saka. Tanpa alas memang.

Saka menggerak-gerakkan jari kakinya. Kaki Saka terasa dingin bersentuhan langsung dengan ubin. Atau lebih tepatnya Saka tidak terbiasa dengan debu-debu lantai.

"Cepat, kaki saya bisa kotor," pintahnya.

"Tunggu sebentar," kata Ana dan masuk ke dalam rumah. Lalu Ana kembali dan memberikan apa yang Saka minta. Sebuah sendal rumah berwarna pink.

"Apa tidak ada sendal lain?" tanya Saka. Sendal itu terlalu unyu untuk dirinya yang macho.

"Atau lo mau sendal yang gue pakai ini?"

Saka menilai sendal yang sedang Ana kenakan, berwarna pink dengan kepala beruang di atasnya. Ugh, itu jauh lebih unyu. Mata Saka sakit melihat sendal unyu tersebut.

"Yang ini saja." Seperti biasa, laki-laki itu pergi tanpa mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama!" ujar Ana pada udara sekitar.

Lima menit kemudian.

"Boleh saya pinjam sapu?"

"Boleh!"

Kemudian.

"Boleh saya pinjam bantal Anda? Saya lupa bawa bantal."

Ana menghela napas. "Nggak sekalian ranjangnya?"

"Tidak perlu," jawab Saka singkat.

"Ck, tunggu sebentar."

Lalu.

"Boleh saya pinjam piring Anda?"

Beberapa menit kemudian.

"Boleh saya pinjam gelas."

Ana mengerang kesal. Baru saja ia mendaratkan bokongnya di atas sofa bel kembali berbunyi. Tetangga barunya itu sangat menyusahkan. Sungguh menyusahkan!

Mantan tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang