Hari yang di tunggu oleh Genta telah tiba. hari ini, mereka bakalan piknik di ladang bunga gak jauh dari kediaman Mahendra.
Hatta terkekeh saat melihat Genta yang keluar dari dalam rumah dengan warna outfit yang senada dengan miliknya. yaitu hijau tua.
Hatta memakai kemeja hijau tua yang di masukkan ke dalam celana kain panjang dan kakinya di baluti oleh sandal dari brand T.V.F footwear.
sedangkan Genta memakai hoodie hijau tua yang di padu dengan celana jeans hitam dan sepatu converse Run Star Hike.
"sepatu mahal nih. " goda Hatta sembari melirik jenaka ke arah sepatu milik Genta.
Genta terkekeh. "ini sepatu abang, kemarin salah beli size."
Hatta ikut tertawa pelan lalu mengangguk dan mengambil alih tas bawaan Genta.
"Ayo piknik!" ujar Genta yang telah duduk nyaman di jok belakang. yang membuat sang pemilik motor tersenyum gemas di balik helm miliknya.
motor melaju meninggalkan perkarangan rumah bernuansa kuno tersebut menuju rumah sederhana yang merupakan tempat Hattala berteduh.
mereka memasuki perkarangan rumah yang penuh dengan berbagai macam tanaman hias. terlihat asri.
"ayo masuk." ajak Hatta setelah turun dari motor.
Genta mengekor dari belakang. rumah Hatta sepi. mungkin karena penghuninya hanya 2 orang.
"Bunda." panggil Hatta.
bunda yang tengah sibuk dengan bekal yang akan Hatta bawa ke tempat piknik buru-buru menuju ke arah ruang tamu yang ternyata udah ada Hatta dan anak lucu yang tengah tersenyum lebar.
Bunda tak bisa menahan gemas lalu mencubit pipi Genta pelan. "manis banget, namanya siapa?"
"Genta tante." jawab Genta malu-malu.
membuat Hatta mendorong pipi bagian dalamnya dengan lidah guna menahan gemas.
"aduh jangan panggil tante, panggil bunda aja. pacarnya Hatta kan?" kata Bunda sambil memeluk bahu lebar milik Genta.
yang di peluk terkekeh pelan, "belum bunda."
"oh belum. cepetan deh Hala jadian terus sering bawa Genta ke sini." kata Bunda gemas.
Hatta tertawa keras. melihat interaksi dua manusia yang paling dia sayang ini membuat matanya sedikit memanas.
sebagai anak tunggal yang harus hidup berdua dengan bunda yang harus membanting tulang sejak ayah pergi untuk selamanya, hari ini adalah hari setelah sekian lamanya bunda bisa tersenyum begitu lebar.
"bunda suka sama Genta?" tanya Hatta pelan.
bunda ngangguk. "banget."
"nanti Genta sering dateng deh." kata Genta senang.
bunda ngangguk. "kata Hala kalian mau bikin kue ya munggu depan?"
"iya bunda, tapi klepon aja sih heheh genta bisanya itu." kata Genta pelan.
bunda menatap ke arah Hatta melas, manis sekali Genta ini, "kok gemes banget sih Hala dapet di manaa."
"dapet di tongkrongan bun. kemaren motornya mogok." kata Hatta santai.
Genta dan bunda sontak tertawa. jangan di tanya bagaimana Hatta sekarang. jawabannya ambyar. dua dunianya sedang tertawa bahagia.
"bikin kue-nya di sini aja. sekalian bunda juga mau bikin kue yang lain." kata bunda mengusak rambut legam itu sayang.
Genta ngangguk semangat. lalu duduk di sebelah Hatta. "iya bunda."
"yaudah, bunda mau beresin bekal Hala dulu. kalian ngobrol aja di sini ya." pamit bunda dan beranjak
Kedua anak adam itu telah sampai di ladang bunga dekat rumah Hatta. sembari membentang kain dan mengeluarkan beberapa makanan dan alat lukis, Hatta memotret Genta dengan kamera film-nya.
"memories will be last forever right." gumam Hatta.
Genta membuka tutup tempat bekal yang berisikan potongan buah. lalu menusuk satu apel dan di arahkan di mulut Hatta. "AAAAA"
Hatta terkekeh lalu melahap potongan buah yang di sodorkan oleh Genta. "terus, mau ngapain?"
"kita mewarnai." kata Genta sambil memamerkan satu tas yang isinya ada peralatan mewarnai.
Hatta mengangguk, lalu membuka bekal yang dibikinin bundanya. "nih makan roti bakarnya."
Genta menyambut satu potong roti bakal lalu memakannya. "kita warnain sesuai nomor ya kak, di sini ada nomornya dan di tutup cat-nya ada nomor."
"kecil banget, emang bakal selesai hari ini?" tanya Hatta sambil mengambil satu kuas.
"setengah kayaknya selesai. biar seru aja." kata Genta santai.
Hatta terkekeh. "lagian sampe sore kita di sini, kayaknya bakal selesai semua."
mereka mulai mewarnai mengikuti nomor-nomor yang tertera sambil sesekali tertawa saat saling melontarkan lelucon lucu.
"Genta." panggil Hatta yang sibuk mengunyah potongan buah.
Genta berdehem sebagai jawaban karena sibuk dengan lukisan. "hm"
"Farhan cerita katanya lo kalo ngeliat Gue ngerasa rindu ya?" tanya Hatta.
yang di tanya menoleh, lalu menghela napasnya pelan. "iya. jangan tanya kenapa, karena aku juga gak tau."
"sama. gue juga ngerasain. tapi sekarang udah gak terlalu." kata Hatta pelan.
"semenjak kita deket, rasa rindunya berkurang." timpal Genta.
Hatta terkekeh sambil menatap ke arah langit, "katanya ada sesuatu di masa lalu yang belum usai di antara kita. lo percaya?"
"aku pribadi gak tau kak. bingung antara percaya sama enggak. realita selalu nahan aku buat percaya sama hal kayak gitu." jawab Genta yang ikut berbaring di sebelah Hatta.
Hatta menoleh, "gimana kalo itu bener?"
"kalo itu bener, aku penasaran sama penyebab kenapa urusan kita di masa lalu itu belum usai." lirih Genta.
"gue juga penasaran."
setelahnya keduanya diam menikmati angin yang menerpa kulit wajah masing-masing.
sampai akhirnya Hattala mendengar dengkuran halus dari arah samping.
kepala itu menoleh, dan melihat sang pujaan hati yang ternyata tertidur pulas."lucu banget sih" gumamnya pelan seraya menyentuh puncuk hidung runcing itu.
Hatta menelisik. mata yang terlihat runcing seperti serigala, hidung mancung, bibir semerah jambu air dan kulit yang seperti gula jawa.
Gentala itu indah, Hatta udah pernah bilang sebelumnya. indahnya Genta itu mutlak.
"apapun yang terjadi di masa lalu, gue harap di masa sekarang takdir memihak ke kita." lirihnya yang mulai ikut terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juwita Malam Season 2 [TELAH TERBIT]
FanfictionTak banyak yang benar-benar percaya bahwa reinkarnasi itu memang ada. Hatta dan Genta dibuat bingung dengan beberapa keping masa lampau tak tak diketahui dari mana asalnya. Perasaan saling kenal jauh lebih lama dari yang bisa diperkirakan selalu dat...