Januar yang hendak berjalan menuju kelas namun harus terhenti karena jalannya dihadang oleh Madin yang menunduk.
"kenapa cil?" tanya-nya aneh.
Madin menatap dirinya dengan pandangan malu, "ada waktu?"
"banyak, tapi sekarang gue mau masuk kelas karena pelajaran fisika minat nih gurunya galak" ujar Janu.
pemuda Dinowargo lantas cemberut, lalu mulai memberi jalan ke Janu yang ingin kembali ke kelas, namun pemuda keturunan Minang itu bergeming.
"katanya mau masuk kelas?" tanya Madin heran.
Janu berdecak, lalu menarik lengan Madin untuk dibawa ke kantin, persetan dengan fisika minat. rasa penasarannya jauh lebih penting.
"kenapa nanyain ada waktu?" tanya Janu saat keduanya berada di kantin dalam jam pelajaran.
menantang maut? oh jelas tidak, sekolah mereka tak memiliki aturan tak boleh ke kantin saat jam pelajaran jadi siapapun jelas bebas untuk pergi ke kantin.
"mau jujur" ujar Madin pelan.
sebenarnya gengsi yang ia punya jelas besar, namun perasaan aneh yang menganggu hati tak bisa ia biarkan begitu saja.
biarkan Januar tahu, maka setelahnya biar tuhan yang memberi kejelasan dan jawaban atas perasaan yang bersarang selama beberapa bulan kebelakangan ini.
Janu menyeruput sebotol teh sosro miliknya, "jujur apa?"
"gue suka sama lo" bisik Madin pelan.
pemuda Chaniago itu lantas terdiam, dengan mata yang melebar, melirik ke sembarangan arah dan menatap ke arah Madin.
"for real?" tanya Janu pelan.
rasanya tak menyangka jika manusia kecil dengan mulut sepedas sambel cobek sang mamak menaruh rasa padanya.
"iya" bisik Madin pelan, rasanya malu sekali sampai ia tak sanggup untuk mengangkat wajah.
Janu mengigit bibirnya pelan, kok Madin manis sih, "mau gak sih ajarin gue?"
"apanya?" tanya Madin pelan.
senyum tampan itu mengembang, lalu dengan cepat menarik kedua tangan Madin untuk digenggam erat dengan mata yang tak lepas dari pemuda lucu di hadapan.
"ajarin gue buat suka sama lo" ujar Janu mantap.
Madin mendongak, "serius?"
"iya lah, oke cil? sekarang gue mau masuk kelas. lu jangan lupa masuk juga" kata Janu yang tak lupa mencubit pipi gembilnya Madin dan berlalu.
Madin tergelak, memegang kedua belah pipinya yang menghangat dan tersenyum, "aduh, panas banget"
"kayaknya habis dikasih sabu?" ujar Hatta yang diam-diam memperhatikan Madin dari jendela perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juwita Malam Season 2 [TELAH TERBIT]
Fiksi PenggemarTak banyak yang benar-benar percaya bahwa reinkarnasi itu memang ada. Hatta dan Genta dibuat bingung dengan beberapa keping masa lampau tak tak diketahui dari mana asalnya. Perasaan saling kenal jauh lebih lama dari yang bisa diperkirakan selalu dat...