Tak banyak yang benar-benar percaya bahwa reinkarnasi itu memang ada. Hatta dan Genta dibuat bingung dengan beberapa keping masa lampau tak tak diketahui dari mana asalnya. Perasaan saling kenal jauh lebih lama dari yang bisa diperkirakan selalu dat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah pertunjukan tadi dan pensi berakhir, Hatta membawa Genta ke rooftop sekolah.
di jalan berpapasan dengan Azkra yang tengah digiring oleh Sadam untuk dibawa ke ruang osis karena berulah.
Azkra ini emang banyak tingkahnya, tapi kali ini Genta bingung kenapa harus sampai berurusan sama anak OSIS yang terkenal ambis itu.
"kenapa?" tanya Genta pelan.
Azkra cemberut, "tiduran di kantin"
"banyak tingkah sih" bisik Genta yang ditarik oleh Hattala menjauh.
keduany sampai di rooftop dengan angin malam menusuk sampai ke tulang, membuat Genta menahan rasa ngantuk sembari mengeratkan selimut di tubuhnya.
Hatta terkekeh, lalu menarik yang lebih muda ke pelukan, "biar hangat"
"suara kakak enak." puji Genta jujur.
Hatta memainkan telinga yang lebih muda, "makasih."
"lain kali nyanyi lagi ya." pinta Genta menyamankan diri di pelukan Hatta.
Hatta berdehem sebagai jawaban dan setelahnya hening. hanya suara jangkrik dan teriakan anak PKS yang menyuruh anak-anak yang ada di tenda diam.
"Genta." panggil Hatta lembut.
yang di panggil berdehem. "hm?"
"makasih udah balik." ujar Hatta pelan.
Genta mengangguk. "makasih juga udah ingat sama aku."
yang lebih tua terkekeh berat. "even this centuries sparated us, my heart just belong to you. even you came with another face, another voice, i pretty sure that aku masih bisa tau kalau kamu itu Gentala."
Genta terkekeh malu di pelukan yang lebih tuan. "so with me. tapi keren juga gak sih kita masih bisa ngerasa kalau kayaknya kita ini ada sangkut pautnya?"
"katanya saat kita ninggalin dunia, hal yang kita bawa itu cuman cinta, makanya kadang rasanya Dejavu saat ketemu orang-orang tertentu" jelas Hatta.
Genta mengangguk dalam diam, dia mengantuk sekarang namun sepertinya sang kakak kelas masih enggan untuk tertidur.
Hattala menghela napas, rasanya ia tak harus menunggu lebih lama lagi untuk menjadikan Genta sebagai pacarnya bukan.
"kakak gak bisa jadi orang romantis. dan mungkin selama ini cara buat deketin kamu beneran nyeleneh banget tapi, mau gak jadi pacar kakak?" tanya Hatta pelan.
Genta tertawa lepas di dalam pelukan yang lebih tua lalu mengangguk cepat, perutnya seakan dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu, "ya mau lah."
"makasih." kata Hatta sembari menahan letupan bahagia di jantungnya sembari mengelus rambut yang lebih muda sayang dan sesekali mengecupnya.
Genta mulai terlelap dalam mimpi setelahnya membuat Jata yang dari tadi menguping di balik pintu rooftop terkekeh.
"tata gue udah gede." katanya lirih lalu muncul dengan dua selimut tebal.
tubuh semampai itu menampakan wujudnya membuat Hatta kaget bukan main. "kirain dedemit."
"sembarangan, mana ada dedemit ganteng gini." sungut Jata sembari menyerahkan dua selimut tebal.
"biar gak mati beku. kasihan Eza ntar bolak balik kantor polisi." katanya pelan sembari meletakkan selimut tadi ke dua tubuh yang saling berpelukan.
Hatta tertawa pelan. "makasih jaja, my bro."
"sama-sama tata, jangan lupa traktiran." kata Jata pelan supaya gak ganggu tibur si kecil Ajimayu.
Hatta terkekeh lalu mengangguk kecil. sembari tersenyum. "aman"
sulung Chaniago itu mendengus sembari berbalik. "Hamka kapan peka coba. ngenes banget gue."
tungkainya ia pacu untuk turun ke bawah, menuju tenda sispala guna meminta izin ke Hamka perihal Genta yang tidur di rooftop.
"ka?" sapa Jata canggung.
Hamka yang sibuk dengan teh susu ditangan menoleh, "eh? kenapa?"
"mau minta izin, si Genta tidur sama Hatta di rooftop" ujarnya.
yang lebih kecil merengut, menampilkan raut aneh, "mereka gak aneh-aneh kan?"
"gak bakalan, gue jamin. lu kenal Hattala kan" ujar Jata.
Hamka tergelak lalu mengangguk ribut, "okay"
"semangat ngawasin adek-adeknya" ujar Jata yang menjauh.
maka setelahnya Hamka tergelak pipinya yang bersemu, berbicara dengan Jatayu jelas bukan pilihan yang bagus untuk kesehatan jantungnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.