26 ㅡ 1950.

7.8K 1.5K 69
                                    

Genta menatap rembulan yang bersinar terang pada malam hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genta menatap rembulan yang bersinar terang pada malam hari ini. seakan mengejeknya yang masih berlarut dalam kesedihan setahun lalu.

"pak Genta, mengapa belum pulang?" tanya anak yang mungkin umurnya hampir menginjak 15 tahun.

Mata serigala itu tertutup meredam emosi yang memuncak saat melihat pemuda berkebangsaan belanda di depannya.

"apa yang kau lakukan di sini?" tanya Gentala pelan.

yang ditanya terkekeh pelan. "hanya ingin mengambil ketapel ku yang tertinggal pak."

"mengapa tidak besok?" tanya Gentala pelan.

"aku takut jika ketapel ini hilang pak untuk mendapatkannya dari iyok itu susah sekali." ujar anak itu bercerita.

Gentala mengernyit. "maksud mu?"

"aku merampasnya dari iyok." jawab pemuda bermarga Starkenborgh itu tenang.

membuat pemuda yang berprofesi sebagai guru itu tertawa sarkas membuat yang lebih muda mundur sejengkal.

"mengapa kau sangat serakah? mengapa belanda begitu serakah? kalian begitu tega merampas apa yang menjadi hak kami. bukan hanya tanah dan kekuasaan tapi kalian juga merampas hidup serta kebahagiaan kami." seru Genta marah.

Chris Van Starkenborgh. atau biasa di panggil Chris itu tertawa kecil saat mendengar pertanyaan dari sang guru. "aku tidak serakah pak, ini normal. manusia akan melakukan segala cara agar dapat apa yang ia mau."

"awalnya ku pikir, kau hanyalah anak kecil yang tak akan ikut turut adil dalam kelakuan bangsat orang tua mu. tapi sekarang aku sadar. kau itu belanda. di dalam tubuh mu itu mengalir darah bangsa serakah itu. pada dasarnya kau adalah belanda sekalipun kau anak kecil." ujar Genta sambil tertawa miris.

Chris terkekeh di pojokan pintu. "aku minta maaf atas nama bangsa ku. aku tidak ingin seperti ini tapi garis takdir mengikat ku."

"benar. sekalipun kau ingin keluar, garis takdir dan darah perampas telah mengalir dan terikat pada diri mu." lirih sang guru.

"tapi tolong, jangan membenci ku pak. aku tidak ada niat lebih seperti ingin merebut kebahagiaan mu." ujar Chris pelan. rasa bersalah mulai bersarang di hati anak berumur 15 tahun itu.

"aku tidak membenci mu. tapi tetap aku benci belanda. aku benci bangsa mu. aku benci penindas. aku benci penghianat dan perampas." ujar Gentala lalu beranjak dari ruang kelas dengan penerangan minim tersebut.

membuat Chris menatap punggung kecil itu iba. "aku bersumpah di kehidupan selanjutnya kau akan menemukan kebahagiaan mu yang hilang di masa sekarang pak."

pemuda Starkenborgh itu mulai meninggalkan ruang kelas dengan hati yang gundah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juwita Malam Season 2 [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang