The Gift, The Ankle 📍

3.3K 339 0
                                    

It's been three days he has gone.

Entah sampai kapan lagi aku harus menunggu. Ternyata Xavier serius dengan I don't know-nya waktu itu. Masudku, tentang kapan dia akan pulang. Dia tidak memberiku waktu yang pasti sampai saat ini.

Memberiku pesan?

Oh, kami punya cara lain untuk saling berhubungan. Masih ingat dengat invisible earpieces yang ku dapatkan saat di Korea dulu? Xavier kembali memasangkan alat itu di telinga ku setelah sempat di lepas saat aku di rawat di rumah sakit.

The rules was changed.

Jika dulu peraturannya adalah jangan pernah dilepaskan dan dimatikan apapun yang terjadi. Maka sekarang aturannya adalah matikan saat kau tidak membutuhkannya, tapi jangan pernah dilepaskan.

Ya. Xavier meminta ku mematikan alat itu jika tidak dibutuhkan. Namun Xavier berjanji tidak akan pernah mematikan alat yang dia pakai.

Alasannya sungguh sederhana. Dia tidak mau tidur ku terganggu saat dia ada urusan di malam hari. Karena dari alat itu aku bisa mendengar apapun yang dia bicarakan.

I miss him. I do!

Aku memutuskan untuk menekan tombol kecil di alat itu dan membuatnya menyala.

"X.."

No response.

"X..

Again, just silent.

"X, please.."

Oh, ini keterlaluan!

"X!!!" Kali ini aku memanggil namanya dengan keras. Tidak lagi duduk bersandar pada kelapa ranjang, namun sudah berdiri karena pikiran ku sudah ke mana mana tentang keadaan dirinya.

"Miss me, Meng?"

Jantung ku rasanya hampir keluar saat dia tidak menjawab panggilan ku. Aku sudah sangat takut jika terhadi sesuatu hal yang buruk padanya.

"Kau keterlaluan, X!"

Aku marah padanya. Bagimana tidak? Bercandanya sama sekali tidak lucu.

"Ya?"

"Ya! Kau membuat ku takut terjadi sesuatu hal buruk padamu. Are you oke? Tell me that you're fine."

"Ya. I'm fine. Don't worry."

Hening diantara kami.

Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku hanya merindukan dirinya, dan memastikan bahwa dia baik baik saja itu sudah lebih dari cukup.

***********

It's weekend today.

Jika di hari hari weekdays aku bisa sedikit melupakan rindu ku pada Xavier dengan kesibukan sekolah, maka sekarang aku benar benar tidak tahu harus berbuat apa.

Duduk sendirian di living room, itulah yang sedang ku lakukan saat ini.

Pandangan ku tertuju pada kalung berbandul kepala kucing yang masih setia melingkar di leher ku.

It's Xavier's gift, remember?

Xavier's gift. Tentu saja. Jika di pikir pikir lagi, bukan hanya kalung itu saja yang sudah Xavier berikan padaku. Secara langsung atau tidak langsung, si tampan menyesatkan itu sudah memberi ku terlalu banyak hal.

DARK Eyes Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang